Bab 6
Yovan terdiam.
Yovan sendiri juga bingung. Dia tahu bahwa Jenny bukanlah pencuri kalung "Air Mata Malaikat", karena dia juga menyaksikan ketika Jenny membuktikan bahwa dirinya bukan pencuri kalung Syane.
Bagaimana bisa masalah itu bisa tersebar di sekolah?
Bahkan, rumor yang tersebar menyatakan Jenny adalah pencuri kalung Syane.
Yovan langsung menoleh ke arah Syane.
Syane langsung menunjukkan ekspresi tidak percaya dan terluka, matanya juga berkaca-kaca dan hampir meneteskan air mata.
"Kakak, kamu nggak memercayaiku?"
Hati Yovan langsung melunak. Setelah ragu sejenak, dia memilik memercayai adik kesayangannya, Syane.
"Aku tentu memercayaimu. Tenang saja, aku tahu apa yang terjadi."
Yovan mengangkat tangan dan mengelus kepala Syane.
Syane tersenyum bahagia, kemudian melirik ke arah Jenny.
Jenny bisa melihat tatapan mata Syane yang penuh kebanggaan. Saat melihatnya, Jenny memutar mata.
Yovan berbalik dan bertanya dengan sinis, "Jenny, kamu mau pakai trik apa lagi? Kamu sengaja membiarkan orang-orang menyalahkanmu, memfitnahmu, pura-pura jadi korban agar aku memaafkan semua kesalahanmu sebelumnya? Aku hampir masuk ke dalam jebakanmu!"
Jenny langsung tertawa. Sambil bertepuk tangan, Jenny berkata, "Imajinasimu bagus sekali, cocok jadi penulis novel. Baiklah, aku ikuti rencana kalian. Semua ini memang aku yang rencanakan, aku memang sengaja ingin semua orang mengira aku pencuri, menghina aku, meremehkan aku ... karena aku hina di mata kalian! Kalian sudah puas sekarang?"
Senyuman Jenny menghilang, lalu berkata dengan nada dingin, "Aku malas membuang-buang waktu bicara dengan orang seperti kalian."
Yovan merasa marah. Dia hendak mengatakan sesuatu, tetapi akhirnya dia mengurungkan niatnya.
Yovan merasa bahwa ada sesuatu yang tidak beres, tetapi tidak bisa menjelaskan di mana letak masalahnya.
Saat melihat penampilan Syane yang manis dan polos, Yovan makin yakin dengan pemikirannya bahwa Jenny yang sengaja mencari masalah.
Tepat pada saat itu, terdengar suara sindiran dari seseorang.
"Wah, pertunjukan yang seru. Ada beberapa orang yang hebat sekali dalam membalikkan fakta!"
Semua orang tiba-tiba menoleh ke arah Narendra, si remaja yang walinya dipanggil ke sekolah itu.
Yovan melirik ke arah Narendra, kemudian matanya langsung bergetar, seolah-olah melihat seseorang yang menakutkan. Selama beberapa saat, Yovan tidak bisa berkata apa-apa.
Bernard yang berdiri di samping Narendra juga berbicara dengan tegas. Setiap kata yang keluar dari bibirnya yang tipis seperti sebilah pedang yang tajam.
"Kelakuan para siswa jadi seperti itu, sepertinya semua guru di sekolah ini kualitasnya buruk."
Bernard memiliki postur yang tegap dan tinggi, wajahnya tampan, tetapi ekspresinya dingin. Sepasang mata hitamnya seolah-olah mampu melihat semua kebohongan mereka.
Ekspresi Yovan sedikit berubah, tetapi dia tetap diam.
Jenny menyipitkan matanya. Sepasang mata hitam legam Jenny tampak sedang mengamati dan merenungkan.
Syane memandang Bernard. Dengan tatapan penuh keheranan, Syane segera membela diri, "Pak, kamu salah menilai kakakku ... "
Sebelum Syane selesai bicara, Yovan langsung menarik tangan Syane untuk menghentikannya.
Terlihat jelas bahwa kedua pria itu bukan orang yang bisa dilawan Keluarga Linarto.
Kepala Bidang Akademik tidak menyadari suasana yang aneh, akhirnya dia berdiri dan menegur, "Sebaiknya, kamu fokus mengurus anakmu sendiri. Anak ini sering bolos sekolah dan kabur ke warnet. Katanya, kamu juga jarang berada di rumah dan kurang mendisiplinkan anak ini, kamu juga harus tanggung jawab ... "
"Blablabla ... "
Mentang-mentang dia adalah Kepala Bidang Akademik, jadi dia mulai mengkritik Bernard panjang lebar.
Sepertinya, Kepala Bidang Akademik ingin memanfaatkan kesempatan ini untuk melampiaskan emosinya karena Jenny.
Narendra langsung cemas dan mencuri pandang ke wajah Bernard. Sambil menutup wajah, Narendra berkata dalam hati, "Paman Buyut belum pernah dikritik seperti ini!"
"Sial sekali! Kemarin Paman Buyut baru pulang dari luar negeri, lalu menerima telepon dari sekolah. Sekolah meminta dia datang ke sekolah," pikir Narendra.
Dalam situasi seperti ini, Narendra ingin sekali membongkar latar belakang keluarganya yang sebenarnya.
Identitas mereka sangat dihormati dan istimewa di Kota Udaya. Demi bisa menjalani kehidupan seperti orang biasa, selama ini latar belakang keluarga mereka selalu disembunyikan.
Bahkan, di sekolah pun, Narendra mengaku sebagai anak dari keluarga kaya biasa.
Kepala Bidang Akademik itu pasti tidak menyangka bahwa pria yang barusan dia kritik adalah seorang bos besar.
Jika Narendra memberi tahu identitas asli Paman Buyut yang sebenarnya, Kepala Bidang Akademik pasti terkejut setengah mati.
Ekspresi Bernard tampak makin muram dan tatapannya terlihat tajam.
Secara perlahan, Kepala Bidang Akademik yang biasanya berbicara tegas pun menjadi takut dengan aura Bernard.
Ucapan Kepala Bidang Akademik mulai kacau balau, akhirnya dia memutuskan untuk diam.
Wali Kelas justru sudah ketakutan sejak tadi saat melihat Bernard.
Wali Kelas mengira orang tua Narendra yang akan datang ke sekolah. Dia tidak menyangka bahwa yang datang adalah pria muda yang memiliki aura menakutkan.
Kepala Bidang Akademik menggosok telapak tangannya dengan gugup. Dengan tergagap, dia berusaha mencairkan suasana yang canggung. "Kalau begitu ... cukup untuk hari ini. Narendra, kamu dan walimu sudah boleh pulang."
Narendra merasa lega, kemudian melirik ke arah Paman Buyut.
Bernard masih menatap Kepala Bidang Akademik dengan tatapan dingin, seolah tatapannya itu sudah membeku di sana.
Setelah mendapat tatapan dingin Bernard, Kepala Bidang Akademik merasa menyesal telah mengkritiknya.
Akhirnya, Bernard melangkah dengan kakinya yang panjang, berbalik dan pergi.
Saat mengalihkan pandangan, Bernard masih melirik ke arah Jenny.
Jenny agak mengangguk sebagai bentuk ucapan terima kasih.
Anehnya, Jenny merasa tertarik dengan pria misterius itu.
Setelah Bernard pergi, suasana dalam ruangan tidak terasa tegang lagi.
Mereka semua menyadari suasana berubah tegang ketika melihat ekspresi Bernard berubah muram.
Betapa menakutkannya auranya sampai membuat semua orang menjadi tegang.
Kepala Bidang Akademik makin gelisah. Dia menyesali tindakannya yang terlalu impulsif.
Jenny juga berbalik dan berjalan menuju pintu keluar.
Yovan memperhatikan gadis yang memiliki punggung tegak dan model rambut kucir ekor kuda itu. Meskipun Jenny dikeluarkan dari sekolah, gadis itu seolah-olah tidak peduli.
Yovan langsung berteriak, "Jenny, kamu sudah dikeluarkan dari sekolah! Sekarang kamu hanya punya dua pilihan, yaitu tinggalkan sekolah ini atau minta maaf kepada aku dan Syane. Kalau kamu minta maaf, aku bisa membantumu tetap sekolah di sini."
Jenny mengangkat alisnya dengan santai, lalu berbalik dan bertanya, "Alasan aku dikeluarkan dari sekolah karena aku dituduh mencuri kalung 'Air Mata Malaikat' milik Syane, tapi aku terbukti nggak bersalah. Jadi, apa dasarnya sekolah mengeluarkanku?"
"Apa butuh alasan untuk mengeluarkanmu dari sekolah?" Yovan berkata dengan nada mengejek, "Kamu sebenarnya hanyalah gadis desa, tapi dapat hak istimewa bisa sekolah di sini. Mulai sekarang, sekolah ini nggak menerima siswa miskin, apa alasan ini belum cukup kuat untuk mengeluarkanmu?"
Ternyata mereka terus menganggap Jenny sebagai orang desa.
Tidak heran, mereka menjaga jarak, bahkan menghina Jenny.
Jenny berkata dengan nada sinis, "Kalau mau mengeluarkanku dari sekolah, suruh Kepala Sekolah yang melakukannya."
Yovan berkata dengan sinis, "Kepala Sekolah sangat sibuk, mana mungkin bisa menyempatkan diri untuk mengurus seorang siswa pindahan biasa? Lagi pula, hari ini Kepala Sekolah harus menemui tamu penting, nggak punya waktu meladeni kamu."
Sekolah terkemuka yang terletak di Kota Udaya ini juga merupakan sekolah swasta elite yang bergengsi dengan fasilitas pendidikan yang bagus dan tenaga pengajar yang hebat.
Tentu saja, kepala sekolah ini juga bukan orang biasa.
Kepala Sekolah tidak hanya memegang kekuasaan, tetapi juga memiliki hubungan baik dengan banyak pemimpin di dunia politik dan bisnis.
Para tamu terhormat di sekolah ini, juga pasti bukan orang biasa.
Jenny merasa curiga dan berpikir, "Jangan-jangan tamu penting yang akan ditemui Kepala Sekolah adalah ... pria itu?"