Bab 9
Kebencian sekilas tampak di mata Syane. Tidak lama kemudian, sambil tersenyum, Syane mengangguk dan menjawab, "Oke."
Syane pura-pura bertanya dengan santai, “Kak, kok tiba-tiba berpikir membelikan hadiah untuk Kak Jenny?"
"Jenny kemarin juga ulang tahun," ucap Yovan dengan kesal.
Yovan berpikir, meskipun mereka melupakan ulang tahun Jenny, apakah gadis itu tidak bisa meminta sendiri?
Jadinya, seolah-olah mereka berutang padanya.
Jika begitu, gadis itu tidak perlu kabur dari rumah dan bersikap begitu kasar padanya, 'kan?
"Astaga! Kalau Kakak nggak bilang, aku juga lupa kemarin Kak Jenny juga ulang tahun." Syane terlihat seperti baru ingat. Dengan nada kesal, Syane berkata, "Pantas Kak Jenny sangat marah Ayah dan Ibu memberiku kalung 'Air Mata Malaikat'. Bagaimana kalau aku berikan kalung itu kepada Kak Jenny?"
"Jangan, kalung itu hadiah Ayah dan Ibu buat kamu. Nggak apa-apa, pakai saja."
Yovan menyimpan ponselnya, tatapannya berubah dingin.
"Jenny berani marah, padahal dia bisa makan dan tinggal di rumah Keluarga Linarto dan masuk sekolah yang sangat bagus. Kita sudah kasih yang terbaik, tapi dia masih nggak puas. Dia malah mau mengusirmu dan mengambil kalung 'Air Mata Malaikat'. Dia begitu serakah. Aku mau lihat apa yang bisa dia lakukan setelah dikeluarkan dari sekolah?"
Jenny harus kembali ke rumah Keluarga Linarto dan minta maaf!
Yovan tidak jadi memberi Jenny hadiah. Dia harus menghentikan perilaku buruk Jenny!
Syane menggigit bibirnya dan berkata, "Kak Jenny pergi menemui kepala sekolah. Kalau dia berhasil membujuk Kepala Sekolah ... Lebih baik nggak usah, Kak. Kak Jenny tadi bersikap seperti nggak mengenal kita. Kalau Kak Jenny dikeluarkan dari sekolah, bagaimana kalau dia benar-benar nggak mau mengenal kita lagi?"
"Kamu terlalu baik, masih saja membela dia. Gadis itu bergantung pada kita, mana mungkin dia pura-pura nggak mengenal kita? Ini pasti taktik barunya. Dia pura-pura menjauh untuk menarik perhatian kita. Kamu nggak perlu meminta maaf untuknya."
"Lagi pula, Kepala Sekolah nggak mudah ditemui dan dibujuk. Semua tahu bahwa Kepala Sekolah jarang ada di sekolah. Sekalipun di sekolah, hanya tamu penting yang bisa bertemu dengannya."
"Meskipun hari ini Kepala Sekolah ada di sekolah, aku melihat ada bos dari ibu kota datang, jadi Kepala Sekolah nggak mungkin punya waktu bertemu dengannya."
Syane teringat pada pria tampan dan gagah yang baru saja dia lihat. Pria itu lebih tampan dan berwibawa dibandingkan ketujuh kakak laki-lakinya. Terlihat jelas, pria itu sudah lama memegang posisi tinggi.
Di Kota Udaya, tidak ada pemuda seperti itu.
Syane bertanya, "Kak, maksudmu pria yang kita lihat di ruang kantor Kepala Bidang Akademik? Bukankah dia adalah walinya Narendra?"
Seingat Syane, Narendra hanya berasal dari keluarga kaya biasa, bukan dari kalangan konglomerat.
Namun, kenapa Narendra bisa punya wali sehebat itu?
Yovan menyipitkan matanya dan merenung, "Sepertinya, Narendra juga bukan orang sembarangan. Sebaiknya, kamu jauhi Narendra."
"Aku dan Kak Yogi pernah melihat pria itu di acara perjamuan di ibu kota. Meskipun aku nggak tahu latar belakang keluarganya secara detail, semua orang memanggilnya Pak Bernard. Kudengar, pria itu bisa membuat semua bangsawan di ibu kota jatuh bangkrut."
Syane tampak terkejut. Sambil mengepalkan tangan dengan erat, muncul sebuah hasrat dalam diri Syane.
"Yovan, ada kabar menggemparkan!"
"Jenny benar-benar menemui Kepala Sekolah! Selain itu, Kepala Sekolah nggak mengeluarkan dia dari sekolah!"
Samuel Nugroho bergegas masuk ke ruang kelas, kemudian berhenti di depan meja Yovan.
Yovan tertegun. Dengan tatapan tidak percaya, Yovan bertanya, "Mana mungkin?"
"Aku nggak bohong! Bahkan, Kepala Sekolah memarahi Wakil Kepala Sekolah dan menyuruhnya untuk menarik kembali Surat Pengeluaran Siswa. Aku mendengarnya langsung dari kantornya!"
Syane terkejut dan mencibir dalam hati, "Kenapa gadis desa itu nggak pergi saja? Dia selalu menggangguku!"
Syane mengubah ekspresinya menjadi gadis pengertian. Syane menghibur Yovan dengan nada lembut, "Kakak, jangan khawatir. Kupikir, alasan utama Jenny nggak mau keluar dari sekolah karena takut berjauhan dengan kita. Kalau dia dikeluarkan dari sekolah, dia akan sulit ketemu kita."
Di depan orang, Syane dan Yovan hanya memanggil nama depan "Jenny", terapi tidak pernah menyebutkan nama belakangnya. Oleh karena itu, tidak ada yang tahu bahwa Jenny adalah adiknya Yovan.
Meskipun tahu bahwa Jenny punya hubungan dengan Yovan, yang diketahui orang, Jenny adalah pelayan di rumah Yovan.
Meskipun sebagian besar siswa di sekolah ini berasal dari orang kaya, tetap ada orang biasa yang bergantung pada orang kaya, datang ke sekolah hanya untuk menjadi teman belajar mereka.
Jadi, semua siswa menganggap bahwa Jenny hanya teman belajar Syane.
Setelah mendengarkan ucapan adiknya, Yovan berkata sambil mengernyit, "Baiklah, biarkan dia tetap sekolah."
Ketika Jenny masuk ke kelas sambil memegang buku pelajaran, seluruh siswa di kelas menatapnya sambil membicarakannya.
"Besar sekali nyalinya menemui Kepala Sekolah."
"Entah bagaimana dia bisa membujuk Kepala Sekolah. Kemungkinan Kepala Sekolah nggak mengeluarkannya karena menghormati Keluarga Linarto."
"Tentu saja. Dia hanyalah gadis desa. Gadis itu beruntung karena Keluarga Linarto memilih dia untuk menjadi teman belajar Syane."
" ... "
Jenny pura-pura tidak mendengar ucapan mereka. Dia duduk di kursi barisan paling belakang, kemudian membuka buku pelajaran dan membacanya.
Syane tiba-tiba berdiri dari kursinya. Sambil membawa buku latihan, dia menghampiri Jenny. Dia mengajak Jenny bicara dengan suara pelan, tetapi masih bisa terdengar jelas di kelas.
"Jenny, ini adalah buku latihanmu, masih banyak jawaban yang salah. Aku sudah membenarkannya untukmu, cepat lihat lagi, jangan sampai ketinggalan pelajaran."
Setelah mendengar ucapan Syane, topik pembicaraan para siswa menjadi berubah.
"Syane memang teman belajar yang baik, tapi Jenny nggak tahu berterima kasih. Waktu di ruangan kantor Kepala Bidang Akademik, kata-katanya menyudutkan Syane."
"Ini nggak adil buat Syane. Meskipun nilai Jenny jelek, Syane masih mau membantunya. Tapi, lihatlah, apa yang dilakukan Jenny padanya?"
Jenny menatap Syane. Dengan tatapan sinis, Jenny bertanya, "Memutarbalikkan fakta hanya untuk menarik perhatian orang, menurutmu itu menyenangkan?"
Syane menjawab dengan mengernyit, "Jenny, aku tahu kamu marah karena orang-orang salah menuduhmu sebagai pencuri kalung 'Air Mata Malaikat', tapi bukan aku yang menjebakmu. Bisakah kamu bicara baik-baik denganku? Aku tulus ingin membantumu."
Ekspresi Syane terlihat tidak berdaya, seolah-olah Jenny telah menindasnya.
Yovan segera mendekat. Dengan nada serius, Yovan berkata, "Jenny, kamu ini nggak tahu berterima kasih. Syane sudah membantumu memperbaiki jawabanmu yang salah, seharusnya kamu bilang terima kasih!"
Jenny tersenyum sinis.
Jenny selalu berada di peringkat bawah juga berkat Syane memperbaiki jawaban yang salah.
Syane adalah ketua kelas dari Kelas Unggulan. Semua tugas dan lembar ujian yang dikumpulkan harus diserahkan kepadanya.
Dulu Jenny tidak tahu hal itu. Dia selalu bingung alasan jawaban ujiannya selalu salah, buku latihannya sering hilang entah ke mana, jawaban di buku latihan juga selalu salah.
Sementara itu, Syane datang menghiburnya dan memberinya buku latihan baru, lalu membantunya memperbaiki jawaban yang salah.
Semua orang yang melihat pasti akan menganggap bahwa Syane sangat baik kepada Jenny, seharusnya Jenny berterima kasih padanya.
Bahkan, kakaknya juga berpikir demikian.
Sampai akhirnya, Jenny mencoba mengerjakan soal yang dia siapkan, kemudian mencocokkan dengan kunci jawaban. Hasilnya, ternyata semua jawabannya benar.
Sejak itu, Jenny mengerti bahwa ini adalah tipu daya Syane untuk menarik simpati orang.
Tujuannya agar semua orang menganggap Syane adalah gadis yang baik hati, tidak egois, dan ringan tangan.
Juga untuk membuat orang-orang menganggap Jenny adalah murid bodoh, tidak tahu berterima kasih, egois, dan tidak berguna!
"Baiklah, kalau begitu, aku ingin lihat soal-soal mana saja yang jawabanku salah."