Bab 6
Saat aku sedang menelusuri pesan-pesan di ponsel, Jeffry tiba-tiba menelepon lagi. Aku tak sempat bereaksi dan jariku kebetulan menekan tombol terima.
Suara di seberang terdengar menghela napas lega.
[Katya! Bukannya kamu keras kepala sampai telepon saja nggak kamu jawab? Apa sekarang sudah mulai goyah?"]
[Kamu tahu nggak, sikapmu yang semaunya ini membuat orkestra terkena dampak besar!]
[Rosa bahkan mengira itu salahnya. Gadis itu sudah menangis beberapa hari. Lebih baik cepat hentikan lelucon ini dan kembali untuk minta maaf padanya!]
[Kalau nggak, mungkin aku harus pertimbangkan lagi urusan membuat surah nikah itu!]
Nada bicara Jeffry dingin dan penuh kesombongan karena merasa bisa menekan aku.
Aku tertawa. "Nggak perlu repot mempertimbangkannya."
"Jeffry, aku sudah bilang, kita putus saja."
Setelah mengatakan itu, aku langsung menutup telepon dan memblokir nomor kontak Jeffry.
Lalu aku membuka media sosial dan mengunggah sebuah pernyataan.
[Aku dan Pak Jeffry sebelumnya hanya menga

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda