Bab 63
Lalu dia segera menutup telepon.
Nayara belum sempat mengembalikan ponsel ke Adelindra, telepon Alestan masuk.
"Ini nomorku."
Suara Alestan terdengar tegas.
Nayara bertanya-tanya, bagaimana dia bisa punya nomornya?
Padahal mereka tidak pernah bertukar nomor.
Tapi belum sempat dipikirkan, suara rendah Alestan terdengar lagi, "Kamu telepon karena masalah mahar ya?"
Nayara merasa heran, dia bahkan bisa menebak apa yang ingin dikatakan.
Tapi bagus, jadi tidak perlu berpikir bagaimana mulai bicara.
Dia mengangguk pelan, "Hmm, maharnya ... terlalu banyak."
Walau tidak melihat detailnya, dari sekilas saja sudah terlihat harganya tidak murah.
Semua barang mahal, Keluarga Santosa bahkan tidak sanggup bayar satu atau dua barang, apalagi sampai satu ruang tamu.
Di ujung telepon, Alestan terdengar tenang.
"Selama kamu nggak merasa sedikit, itu cukup."
Ucapan ini membuat Nayara agak malu. Dia sama sekali tidak merasa sedikit, malah kebanyakan!
Saat Nayara bingung bagaimana menyampaikan maksudnya, A

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda