Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 7

Teriakan Serena menarik perhatian ibu mertua dan para pembantu Keluarga Atmadja. Semua orang berkumpul di depan pintu. Nayara dicekik dan ditekan ke ranjang oleh Serena yang marah. Rasa sesak perlahan menyergapnya. Dengan putus asa, dia menatap Elvano yang terdorong jauh dan masih belum sempat bereaksi. "To ... long ...." Suara tipis seperti dengungan nyamuk itu tidak menyadarkan Elvano. Untungnya, ibu mertua membuka kerumunan dan mendekat. Nayara mengira ibu mertuanya datang untuk menolongnya, tapi dia salah. Salah besar. Ibu mertua dengan hati-hati melindungi Serena sambil berkata penuh perhatian, "Serena, kondisi janinmu memang sudah nggak stabil, jangan sampai terganggu karena hal sepele ini!" Wajah Nayara memerah, suaranya tersangkut di tenggorokan sehingga tak mampu mengeluarkan sepatah kata pun. Sang ibu mertua sama sekali tidak peduli keadaannya, sebaliknya hanya memedulikan kandungan Serena dan melindunginya dengan baik. Rasa duka dan putus asa menyeruak bersamaan di hatinya. Saat Nayara merasa dirinya hampir pingsan, Elvano yang linglung sangat lama akhirnya tersadar dan segera memeluk Serena dari ranjang. Dia memeluk erat Serena, seakan takut terjadi sesuatu pada anak dalam kandungannya. Ibu mertua juga berada di samping, menatap Serena dengan khawatir sambil menyuruhnya duduk di kursi. Suaranya sangat cemas, "Serena, kamu baik-baik saja? Apakah perutmu terasa nggak nyaman?" Nayara bernapas pelan sambil menatap Elvano. Sementara itu, perhatian Elvano sepenuhnya tertuju pada Serena. Ucapan ibu mertua sepertinya menyadarkan Elvano. Dia menatap Serena dengan cemas, "Serena, kamu baik-baik saja?" Mata Serena membelalak marah sambil menunjuk Nayara dengan wajah memerah, "Kamu berani menggoda kakak iparmu? Aku belum pernah melihat wanita nggak tahu malu sepertimu! Kalau anak dalam kandunganku gugur, semuanya gara-gara kamu!" Saat berbicara, Serena menangis karena marah dan langsung memeluk Elvano. Tangisannya menyayat hati, sangat menyedihkan. Para pembantu yang mengintip dari luar pintu kamar berbisik, semuanya mengecam Nayara. "Perbuatan yang melanggar moral seperti ini pun bisa dilakukan nyonya kedua Keluarga Atmadja. Padahal dulu aku mengira dia sangat setia pada tuan muda kedua!" "Tuan muda kedua belum lama meninggal, bagaimana dia bisa melakukan hal seperti ini?" Ibu mertua segera mengusir para pembantu yang menonton di luar kamar, "Lihat apa? Kalian dibayar untuk bekerja. Kenapa kalian semua begitu santai?" Para pembantu bubar dan akhirnya kamar menjadi tenang. Hanya saja tangisan sedih Serena terdengar sangat menusuk telinga. Mungkin karena kelelahan menangis, Serena menengadah dengan wajah memelas menatap Elvano, "Elric, dia yang menggodamu bukan?" Hati Elvano terasa sakit saat menatap mata Serena yang memerah karena menangis. Kini Serena akhirnya hamil. Selama anaknya bisa lahir dengan selamat, dia bisa menyelesaikan semuanya dan kembali pada Nayara. Jadi saat seperti ini, jangan sampai terjadi masalah apa pun. Dia menepuk lembut bahu Serena, "Serena, jangan marah lagi. Adik ipar minum kebanyakan dan terlalu merindukan Elvano, jadi salah mengenal orang." Nayara menggertakkan gigi sambil tersenyum tipis, menatap Elvano yang sedang menenangkan Serena. Minum kebanyakan, salah mengenal orang. Bagus sekali alasannya. Meski Elvano berkata begitu, Serena masih marah. Dia menatap ibu mertua yang selalu melindunginya dan berkata dengan penuh kesedihan, "Ibu, aku susah payah bisa hamil, tapi ada yang membuat masalah. Kalau sampai anaknya gugur, jangan salahkan aku. Salahkan saja orang yang membuat masalah!" Sambil berbicara, Serena sengaja menatap Nayara yang masih berbaring di ranjang. Ibu mertua juga orang yang pandai mengambil hati, tahu bagaimana menenangkan Serena. Dia menyilangkan tangan dan menatap Nayara dengan kesal, "Nayara, kakak iparmu bukan orang yang berhati kecil. Bangkitlah dan minta maaf padanya, masalah ini dianggap selesai!" Nayara menahan diri dan duduk perlahan, bibirnya pucat, tapi auranya tetap kuat. Dia tertawa dingin, "Aku? Minta maaf padanya?"

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.