Bab 89
Alestan tidak pernah mengalami malam seperti malam ini, di mana dia terus terdiam, terpesona.
Seluruh darah di tubuhnya kembali naik ke kepala.
Dia merasa seharusnya tadi tidak mandi air hangat.
Seharusnya dia mandi air dingin lagi.
Nayara tidur dengan setengah sadar, merasakan pelukan hangat di sampingnya. Tanpa sadar dirinya menyelusup ke dalam.
Mendekapkan tubuhnya ke dalam dada seseorang.
Aroma cedar dan pinus itu begitu wangi.
Banyak pria yang memakai aroma cedar dan pinus, tapi aroma di tubuh Alestan begitu unik.
Sampai-sampai Nayara ingin bersandar lebih dekat ke pelukannya, ingin menciumnya lebih mesra.
Di pelukannya, Alestan merasa bagaikan ada seekor kucing kecil, jantungnya tak bisa berhenti berdetak kencang.
Deg-deg, deg-deg!
Kucing kecil itu tidak tenang, menempel di pelukannya sambil bergumam sesuatu.
Alestan tidak bisa mendengar dengan jelas, hanya bisa mengerutkan alis dan bertanya sabar, "Kamu bilang apa?"
Akhirnya, setelah Nayara menggumam tiga kali dengan kata-kata y

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda