Bab 1109
Avery memeriksa untuk melihat apakah Wesley telah membalas pesannya.
Dia tidak bisa tidak mengirimkan teks sebelumnya untuk menanyakan apakah Shea masih hidup.
Dia benar-benar berharap bahwa dia akan menjawab pertanyaannya.
Di sisi lain, Elliot mengerutkan kening pada pesan teks yang dia terima dari Ben.
Ben bertanya apakah mereka telah tiba dengan selamat di Roburg.
Namun, bukan ini yang menyebabkan Elliot mengerutkan kening, tetapi pesan yang mengikutinya.
[Aku cuma bisa sampai sini aja! Adik kamu, Lilith, tinggal di tempatku sekarang! Peter kembali ke Bridgedale. Dia menolak untuk pergi bersama Peter dan aku nggak bisa biarkan dia mengganggumu! Tapi aku dilema sekarang! Dia nggak mau dengarkan aku sama sekali!]
Elliot langsung kehilangan nafsu makannya saat membaca pesan teks tersebut.
Dia hanya setuju untuk memberi saudara White-nya itu uang saku bulanan. Dia tidak setuju untuk terlibat dalam kehidupan pribadi mereka.
Ben: [Adik kamu nggak suka belajar, Elliot. Aku bilang ke dia kalau aku akan carikan universitas yang bagus, tapi dia lebih baik mati daripada pergi ke kampus. Dia baru dua puluh tahun. Apa lagi yang bisa dia lakukan kalau nggak kuliah?! Kamu perlu kasih dia pelajaran begitu kamu pulang!]
Elliot tidak bisa lagi menahan diri dan mengetik: [Dia udah dua puluh tahun, bukan dua tahun! Simpan naluri kebapakan kamu untuk dirimu sendiri!]
Ben hancur.
[Hai! Aku nggak setua itu! Aku merawatnya seperti kakak laki-laki. Apa hubungannya dengan naluri kebapakan?]
Elliot: [Karena kamu bukan ayah dia, kenapa kamu peduli sama apa yang dia lakukan?]
Ben: [Apa kamu yakin kita nggak perlu peduli padanya?]
Elliot: [Aku yakin.]
Ben: [Kalau gitu, aku nggak akan ganggu dia. Dia bilang mau pergi kerja dan mendapatkan uang. Haruskah aku biarkan dia?]
Melihat betapa bimbangnya Ben, Elliot mengetik: [Sebaiknya kamu terima saja dia sebagai putri baptis kamu!]
Ben menggertakkan giginya dan mengirim WhatsApp: [Oke! Aku akan membiarkan dia pergi kerja, kalau begitu! Setelah dia membangun keberanian, aku akan minta dia untuk menyewa rumah dan hidup sendiri. Tetap di sini bersamaku nggak boleh!]
Elliot meletakkan ponselnya.
Ketika Avery melihat ekspresi dingin di wajahnya, dia meletakkan ponselnya sendiri dan bertanya, "Ada apa? Siapa yang kamu kirimi WhatsApp?"
"Ben." Elliot mengambil cangkir kopinya, meminumnya, lalu berkata dengan dingin, "Dia ambil putri Nathan White."
"Maksud kamu adikmu?"
"Aku nggak bisa terima dia sebagai saudara perempuan aku. Tolong panggil dia dengan nama dia."
"Oh. Kalau begitu, siapa namanya?"
"Aku nggak tahu."
Avery mengambil sepotong makanan penutup dan memberinya makan. "Jangan marah. Ben yang bawa dia masuk. Bukan berarti ada orang yang maksa kamu untuk akui dia."
"Ben cuma bawa dia masuk demi aku."
"Kalau begitu, jelaskan pada Ben bahwa dia nggak perlu merawatnya kalau dia memengaruhi hidupnya. Adik kamu bukan anak di bawah umur. Nggak perlu memperlakukannya kayak anak kecil."
"Aku udah jelasin ini sama dia." Elliot menikmati makanan penutup, lalu menghabiskan kopinya dan menatap mata Avery. "Apa mata kamu terasa lebih baik?"
"Terasa lebih baik sekarang setelah aku pakai obat tetes mata."
"Apa obat tetes mata bisa bantu alergi?" Elliot terkejut.
"Mungkin itu bukan alergi. Saat itu aku gosok mata. Bisa jadi itu semacam infeksi bakteri." Avery tersenyum dan mengubah topik pembicaraan. "Apa kamu tahu cara memotret? Aku pernah membaca secara online tentang perbedaan antara memotret selfie dan minta pacar untuk memotretnya."
"Apa kamu khawatir aku akan bikin kamu terlihat nggak bagus pas di foto?" Elliot menatapnya, geli. "Sini ponselmu. Akan aku tunjukkan keahlianku."
Avery langsung merasa cemas dan menarik ponselnya lebih dekat ke arahnya.
Dia sedang menunggu Wesley untuk membalas pesan teksnya, jadi tidak mungkin dia akan memberikan ponselnya pada Elliot sekarang.
"Pakai pakai ponselmu aja." Pipi Avery memerah saat gelombang rasa bersalah yang jelas melintas di matanya.
Dia tidak terbiasa berbohong, jadi dia mulai merasa panas dan mulutnya terasa kering. Dia mengambil cangkir kopinya dan meneguknya.
"Ada apa? Apa ada rahasia di ponselmu yang nggak bisa kamu tunjukan denganku?" Elliot menggoda dengan sengaja.
Semakin bersalah Avery berperilaku, semakin dia ingin melihat ponselnya.
Lagi pula, dia tidak pernah menyimpan ponselnya dari Avery. Dia bisa melihat ponselnya kapan pun dia mau.