Bab 22
Setelah Toni pergi, Satya datang dari balik tenda. Dia berjalan menghampiri Nia.
"Nia, maaf."
Nia mendongak menatapnya dan berkata, "Aku tahu. Tolong pergi dari sini."
"Nggak, kamu nggak tahu!"
Tatapan Satya menyiratkan seolah dia tidak terima. "Nia, kamu nggak tahu! Dari dulu aku sudah menyukaimu. Aku sudah menyukaimu sejak pertama kali melihatmu!"
"Tapi, waktu itu kamu sudah jadi pacar Toni, aku ... "
Raut wajah Nia seketika berubah jadi suram. Dia lalu membalas dengan sinis, "Makanya kamu mau pura-pura jadi Toni, lalu tidur denganku, mempermainkanku, dan akhirnya melukaiku, begitu?"
"Itu yang kamu bilang suka?"
"Bukan begitu, aku ... " Satya kehabisan kata-kata. Dia hanya bisa menggigit bibir dan tidak tahu harus membela diri seperti apa lagi.
Dia memang tidak bisa membela diri.
"Aku cuma ... " Suara Satya sudah terdengar parau dan seolah tidak sanggup bicara lagi, "Aku terus memendam perasaanku dan memanipulasi diriku sendiri ... "
"Setiap kali kita tidur bersama, aku selalu bertan

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda