Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 2

Nia lupa bagaimana dia bisa pergi meninggalkan klub tadi. Hujan deras mengguyurnya, dan dia benar-benar linglung sekarang. Hanya percakapan orang-orang di ruang VIP tadi yang masih terngiang-ngiang di kepalanya. Winda ... setiap kali nama itu disebut, tubuh Nia akan gemetar hebat. Dia tidak mengerti kenapa meski Winda telah pergi ke luar negeri, wanita itu masih saja bisa menghancurkan hidupnya seperti sekarang. Semua karena gelar primadona kampus. Hanya karena foto candid Nia berhasil mengalahkan foto Winda yang sudah banyak diperbaiki. Wanita itu sampai membawa segerombolan orang untuk mengadang Nia di toilet. Winda menyiksanya dengan berbagai cara, bahkan sampai membenamkan kepala Nia ke dalam kloset. Karena menolak minta maaf, kehidupan Nia berubah seperti di neraka. Dia diupukuli ramai-ramai, ditusuk jarum, sepatunya diisi paku payung, bahkan dikucilkan teman sekelasnya. Nia juga dibuat kehilangan pekerjaan paruh waktunya. Bahkan dia juga difitnah dengan keji. Winda juga banyak menyuruh anak orang kaya untuk sengaja mendekati Nia. Pernah sekali Nia tidak sengaja mendengar rencana jahat mereka. Mereka ingin menjebak Nia dengan mengiming-imingnya uang, lalu merusaknya, dan akhirnya membuangnya dengan kejam. Beruntung, rencana Winda selalu gagal. Bahkan sampai wanita itu akhirnya pergi belajar ke luar negeri di tahun ketiganya, dia tidak pernah benar-benar menghancurkan Nia. Tapi, waktu itu Nia sudah depresi berat dan mulai melukai dirinya sendiri. Saat itu, Toni pun muncul. Toni berbeda dengan kebanyakan pria kaya yang selalu menatap Nia dengan tatapan menilai tubuhnya seperti barang. Tatapan pria itu terlihat begitu tulus. Toni seolah memahami kesulitannya, dan mau mendengarkan apa yang dia butuhkan. Setelah tahu bahwa Nia punya nenek yang harus minum obat jangka panjang, Toni sama sekali tidak merendahkannya. Pria itu malah berusaha membantunya. Toni juga membantunya mencarikan tempat magang dan bekerja sambilan. Saat perpindahan sif tempat kerja, Toni akan menemaninya makan malam sederhana di minimarket. Pria itu akan menepuk lembut kepalanya sambil berkata, "Kamu hebat, Nia. Kamu sudah bekerja keras." Pernah suatu kali nenek Nia jatuh sakit saat dia di luar kota. Toni rela datang membantu membawa neneknya ke rumah sakit. Pria itu juga terus menemani nenek. Nia baru bisa pulang keesokan paginya. Toni waktu itu terlihat kelelahan, tapi masih bisa tersenyum dan menenangkannya, "Nenek nggak apa-apa, jangan cemas. Kamu sendiri jangan sampai kelelahan." Saat itu, sebuah suara di dalam hati Nia berbisik, "Ini dia orangnya. Cobalah percaya pada Toni. Apa pun akhirnya nanti, syukuri saja yang ada sekarang." Setelah itu, Toni memang benar-benar baik padanya. Bahkan pria itu berani melawan keluarganya sendiri demi bisa bersama Nia. Nia kembali teringat hinaan Satya, "Dasar bodoh! Mana mungkin keluarga sebesar Keluarga Gunardi mengizinkan anak mereka menikahi gadis yatim piatu? Cuma karena dua orang yang disuruh pura-pura memihaknya, ditambah Kak Toni juga ikut pura-pura memperjuangkannya, Nia malah makin cinta." "Memang bodoh. Bisa-bisanya dia nggak mencium keanehan apa pun selama tiga tahun ini." "Dia memang bodoh. Sampai sekarang, dia bahkan masih mengira Toni tulus mencintainya." "Bodoh, bodoh sekali ... " Nia terjatuh di bawah derasnya guyuran hujan. Air matanya bercampur dengan air hujan yang terus menetes. "Bodoh sekali ... " Nia membatin. "Nia, kamu benar-benar bodoh ... bodoh sekali," batinnya. Nia mendongak lalu tertawa menggila. Dia membiarkan air hujan menghantam keras wajahnya. Ponselnya berbunyi, ada telepon dari perawat neneknya. "Nia, cepat ke sini, Nenek kritis!" Kepala Nia terasa berdengung sejenak, otaknya terasa kosong. Bahkan tangan dan kakinya sampai lemas. Tapi kemudian dia bangkit dan bergegas ke tepi jalan untuk mencegat kendaraan. Namun, semua mobil yang berlalu-lalang itu hanya mengedipkan lampu, dan malah membunyikan klakson panjang sambil berlalu begitu saja. Saat mau ke rumah sakit dengan berlari, sebuah mobil Land Rover berhenti di depannya. Seorang pria berwajah tegas, bertanya ke mana tujuannya. Nia tidak sempat memikirkan keselamatannya sendiri dan buru-buru naik ke mobil tersebut. Saat tiba di rumah sakit, dokter sudah mengeluarkan pernyataan kritis. "Gagal napas, nggak ada gunanya melakukan upaya penyelamatan lagi. Sebaiknya kamu temani Nenekmu di saat-saat terakhirnya." "Bruk!" Nia langsung berlutut di lantai, tangannya bergetar hebat saat menggenggam tangan neneknya. Nenek terlihat memaksakan senyum saat berkata, "Nia ... jangan menangis ... Maafkan Nenek, Nenek nggak bisa bertahan sampai hari pernikahanmu ... " Nia menggelengkan kepala, dia tidak sanggup mengatakan apa pun dan hanya terus menangis sedih. Nenek melihat ke sekeliling seperti mencari seseorang, lalu berkata, "Mana Toni ... Nenek mau bertemu dengannya ... " "Ya." Nia membalas dengan suara serak yang begitu lirih, nyaris tidak terdengar. Dia lalu mengeluarkan ponselnya dan menghubungi nomor Toni berulang kali. Tapi teleponnya selalu saja ditolak. Dia pun segera mengirimkan pesan. [Toni, Nenek gagal jantung, dia nggak sanggup bertahan lagi. Cepat ke rumah sakit, Nenek mau bertemu denganmu untuk terakhir kalinya.] [Toni, Nenek menunggumu. Dia mau bertemu sebentar, kamu bisa datang, 'kan?] [Toni, kumohon ... ] Nia mengetik cepat di layar ponsel dengan tangan gemetar. Kedua matanya sudah memerah dan basah air mata. Butiran air matanya bahkan sampai jatuh membasahi layar ponsel. Di saat seperti ini, Nia sama sekali tidak memedulikan semua kepalsuan Toni, yang penting pria itu mau datang. Saat ini yang terpenting adalah neneknya bisa pergi dengan tenang. Tapi, sama sekali tidak ada kabar dari Toni. Nia pun berhenti mengirimkan pesan, dia berusaha memaksakan senyuman sambil masih memegang erat tangan neneknya. Semua itu demi menghibur neneknya. "Nenek, Toni sepertinya berhalangan ke sini. Jangan cemas, hubungan kami baik-baik saja dan akan menikah minggu depan." "Nenek, aku akan hidup bahagia ... Nenek jangan cemas." Nenek lalu balas mengeratkan genggaman tangannya. Sambil menatap mata Nia, dia berkata, "Nia ... hiduplah dengan baik ... kamu harus hidup bahagia ... " Kemudian tangan nenek terkulai, tatapan terakhirnya penuh dengan kekhawatiran ... Nia menatap kosong telapak tangannya sendiri, lalu ambruk berlutut di lantai. Dia menangis pilu dengan suara serak. Malam itu, dengan hati yang sudah mati rasa, Nia menyelesaikan semua prosedur untuk mengurus pemakaman neneknya. Selama itu pula dia tidak pernah mendapatkan pesan balasan dari Toni. Di sela-sela waktu menunggu, Nia mengeluarkan ponselnya dan membuka daftar hitam Facebook miliknya. Lalu, dia membuka blokir akun Winda, dan masuk ke halaman profil wanita itu. [Tadinya mau pulang lebih awal karena mau bikin kejutan, tapi malah aku sendiri yang dapat kejutan!] Di dalam unggahan tersebut juga ada foto di bandara. Di dalam foto tersebut ada Toni yang sedang memegang sebuket bunga segar. Kening pria itu terlihat berkeringat, tapi senyuman di wajahnya terlihat begitu hangat. Selain itu, ada juga foto mereka berdua. Winda tersenyum manis dalam foto tersebut, sementara Toni melihatnya dari samping dengan penuh cinta. Nia tersenyum pahit, lalu mematikan layar ponselnya. Besok siangnya, dia kembali ke rumah sakit sambil memegang abu neneknya untuk melakukan dua hal. Pertama, dia sudah membuat janji untuk melakukan aborsi tiga hari lagi. Kedua, dia mau menyerahkan formulir pendaftaran untuk Dokter Tanpa Batas. Direktur rumah sakit menatapnya dengan kaget, "Bukankah sebentar lagi kamu mau menikah?" Nia terdiam sejenak sebelum akhirnya menjawab, "Batal. Direktur, aku harus pergi, lebih cepat lebih baik." Melihat sorot mata Nia yang masih memerah, ditambah dengan ekspresinya yang terlihat diburu waktu, direktur rumah sakit itu pun tidak banyak basa-basi. Dia segera berkata, "Kebetulan kamu datang tepat di batas waktu pendaftaran. Beberapa hari ini kamu libur dulu untuk siap-siap." "Seminggu lagi, kumpul di rumah sakit dan siap berangkat." "Baik." Seminggu kemudian, artinya bertepatan pula dengan hari pernikahannya dengan Toni. Nia bukan cuma akan pergi hari itu, tapi juga akan memberikan hadiah besar yang tidak akan pernah mereka lupakan seumur hidup.

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.