Bab 16
Di bawah langit malam bertabur bintang, Arlo duduk tenang di bangku batu, dikelilingi oleh sinar lembut cahaya bulan.
Dia membiarkan lengannya bertumpu di lutut Safira, tetapi tatapannya tidak pernah berpaling dari wajah Safira.
Kilauan cahaya bulan melapisi kulit Safira yang lembut, membuatnya terlihat memikat meski gelap menyelimuti.
Arlo terkejut ringan oleh dinginnya salep yang menyentuh lukanya, membawanya kembali dari dunia lamunannya.
"Luka bakar ini lumayan serius. Kalau nggak diobati dengan benar, nanti bisa meninggalkan bekas permanen. Kamu kan mahasiswa kedokteran, kok bisa ceroboh begini?" ujar Safira dengan nada prihatin.
"Ah, nggak apa-apa. Aku laki-laki, bekas luka di lengan ini nggak akan jadi masalah. Siapa juga yang bakal pedu ...."
"Aku peduli."
Helaan napas Safira yang berat, membuat Arlo terpaku.
Setelah menyelesaikan pengolesan salep, Safira menatapnya sambil berkata dengan serius, "Arlo, kamu harus kembali ke kampus besok. Aku mengerti perasaanmu, tapi saat ini a

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda