Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 4 Konfrontasi di Kantor Polisi

Saat terkungkung di dalam pernikahan ini, aku terus dikelilingi oleh hawa negatif. Kecelakaan mobil ini justru membuatku sadar bahwa orang bajingan akan mendapatkan balasan yang setimpal. Jadi, aku tidak seharusnya mempersulit diri sendiri dan menikmati hidupku setelahnya. Orang bilang yang namanya pria itu akan mengalami tiga peristiwa besar yang membahagiakan. Dipromosikan, mendapatkan kekayaan dan ditinggal mati istri. Karena aku tidak boleh terlalu keras pada diri sendiri, jadi hari itu aku pergi ke bar dan memesan banyak pelayan pria. Setiap orang yang kupesan benar-benar menyenangkan hatiku. Suatu saat nanti jika aku punya waktu luang, aku bertekad akan mendirikan barku sendiri. Kebahagiaanku ternyata tidak bertahan sampai dua hari, karena ibu mertuaku dan Tasya mendatangi rumahku. "Dasar jalang! Keluar kamu! Dasar pembawa sial! Dasar nggak tahu malu!" Ibu mertuaku terus mengumpat sambil berdiri dan berkacak pinggang. Dari kamera pengawas di koridor, aku bisa melihat wajah Tasya yang berdiri di dekat ibu mertuaku tampak penuh luka goresan. Sepertinya, ibu mertuaku marah sekali dengan ucapan Tasya di rumah sakit tentang Randy yang cacat dan sekarat. Ckckck, coba lihat semua luka itu. Pasti ibu mertuaku melakukannya dengan sekuat tenaga. Caci maki ibu mertuaku makin menjadi. Para tetangga di sekitar pun mulai diam-diam membuka pintu masing-masing untuk menyaksikan kehebohan ini. "Dasar jalang! Kamu bahkan nggak mau merawat suamimu yang kecelakaan mobil dan kerjanya cuma keluyuran semalaman tanpa pulang! Kamu segitu nafsunya mau cari simpanan, 'kan!" Alih-alih membuka pintu, aku hanya menyalakan fungsi percakapan yang terpasang di kunci elektronik pintu rumah. "Aku sudah menandatangani surat cerai dan langsung kuserahkan ke calon menantumu. Kalau kamu terus asal bicara, nanti kulaporkan ke polisi." Ibu mertuaku sontak tampak terkejut. Kenapa dia sepertinya tidak tahu soal surat cerai itu? Tasya juga refleks tergagap dan menghindari topik pembicaraan. Dia segera menggunakan alasan lain untuk membuat keributan. "Nggak usah banyak bicara! Kembalikan uangku yang kamu dapatkan dari hasil menipu itu!" Aku berdiri di pintu sambil membersihkan telingaku. "Kamu sendiri yang menawarkan mau memberikannya padaku. Kenapa sekarang malah bilangnya aku menipumu?" "Kamu! Kamu ini penipu!" Tasya menendang pintu rumahku dengan marah. "Aku penipu? Menurutku, kamu cuma nggak mau menghadapi kenyataan kalau Randy sudah cacat dan kamu nggak bisa hidup enak lagi ke depannya." Aku tidak percaya Tasya memang tulus mencintai Randy dan ingin menjadi pasangan hidupnya. Wajah Tasya sontak memucat. Dia tahu dia tidak bisa membiarkanku terus berbicara seperti ini. Itu sebabnya dia menoleh dan mulai memprovokasi ibu mertuaku. "Paginya Randy ingin bercerai, terus sorenya kecelakaan mobil. Mungkin Rania pelakunya!" Astaga, logika sampah macam apa itu? Akan tetapi, ibu mertuaku langsung menyetujuinya. "Sudah kuduga!" Ibu mertuaku menepuk pahanya, lalu duduk di atas lantai dan mulai menangis. "Astaga! Anakku kan baru kali ini memukulmu? Suami mana coba yang nggak memukul istrinya? Tapi, kamu malah membuatnya kecelakaan mobil! Dasar wanita jahat!" Kedua wanita itu menangis dengan makin kencang, sampai-sampai penghuni lantai lain dan satpam pun berdatangan untuk menyaksikan kehebohan ini. "Dasar kamu ini wanita jahat! Orang gila! Pembunuh!" Ibu mertuaku menangis sambil membenturkan kepalanya ke dinding dengan berlebihan, tetapi itu justru membuat banyak orang menaruh simpati kepadanya.

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.