Bab 19
Primus tidak bisa terus menunggu lagi.
Dia harus membuat sebuah keputusan akhir yakni membuat Evita kembali ke sisinya, atau hancur bersama.
Kesempatan itu datang pada suatu senja di akhir pekan.
Bryan ada rapat bisnis mendadak dan harus terbang ke kota sebelah. Sementara Evita sendirian pergi ke tepi tebing di pantai timur Pulau Bentari. Itu tempat yang relatif sepi dan terkenal dengan matahari terbenam yang indah untuk dijadikan objek lukisan di pesisir pantai. Di sana dipenuhi karang tajam, ombak menghantam tebing, dan jarang ada orang.
Saat Primus mengendarai mobil dan tiba di sana dengan tergesa-gesa, matahari terbenam sedang menyapu lautan dengan warna jingga yang muram namun indah.
Dari kejauhan, dia melihat Evita duduk di atas batu besar yang rata, memasang papan lukis, menggoreskan warna dengan tenang. Angin laut menerbangkan rambut dan gaunnya. Dari samping, dia tampak begitu tenang dan cantik, seolah menyatu dengan tempat ini.
Pemandangan itu terlalu indah, sampai membuat ha

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda