Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 3 Penanggung Jawab Baru

Setelah menenangkan anak buahnya, Susan tidak punya niat untuk pulang ke rumah, jadi dia memilih untuk bermalam di kantor. Keesokan harinya, dia menelepon pihak klien lagi. Panggilan telepon itu segera ditolak. Susan mengerutkan keningnya. Sekarang sudah jam sepuluh pagi. Kenny mengeluh. "Penanggung jawab baru ini benar-benar nggak menghargai kita. Bukannya proposal ini sudah disetujui mereka sebelumnya? Ini jelas pelanggaran kontrak!" "Tunggu sampai mereka datang saja." Setelah bergadang semalaman, mata Susan terlihat merah. Dia sekarang juga tidak punya ide. "Katanya jam sepuluh mau datang, tapi sampai sekarang masih nggak muncul! Bu Susan, aku rasa mereka memang sengaja!" Kenny mondar-mandir di kantor. Susan berdiri dan berkata, "Mungkin mereka dalam perjalanan. Aku ke toilet dulu." Matanya sekarang terasa perih. Dia harus bersemangat menghadapi situasi selanjutnya. Setelah selesai merias wajah, Susan keluar dari toilet dan melihat pelat nomor yang familier dari jendela koridor. Dia juga melihat seorang wanita memakai baju luaran abu-abu kecokelatan turun dari mobil. Tanpa sadar, jantungnya berdebar kencang. Itu adalah mobil Hardy. Jangan-jangan wanita ini adalah penanggung jawab yang baru? Pemikiran Susan segera terbukti. Wanita itu berdiri di depannya dan memperkenalkan dirinya sambil tersenyum, "Maaf, ada hal mendesak di perjalanan yang membuatku terlambat. Aku Milana Soediro, penanggung jawab proyek Nusa Biru kali ini." Ternyata cinta pertamanya Hardy adalah kliennya! Tidak ada yang menyadari wajah Susan yang tiba-tiba berubah pucat. Susan memaksakan diri untuk tersenyum dan berkata, "Halo, Nona Milana. Aku ingin tahu apa ada hal yang kurang memuaskan dari proposal yang kami buat? Kami bisa melakukan revisi ... " "Nggak perlu diubah. Aku nggak terlalu puas dengan proposal ini. Kalian buat ulang saja." Milana langsung menolak mentah-mentah hasil kerja mereka. Susan terdiam sejenak, lalu dengan sabar berkata, "Meski nggak puas, Nona Milana seharusnya menjelaskan alasannya. Lagian, proposal ini sudah disetujui penanggung jawab sebelumnya ... " Milana mengangkat tangannya dan tersenyum. "Itu sebabnya, dia digantikan olehku. Apa masih perlu aku jelaskan lebih lanjut?" Susan mengangkat pandangannya dan melihat kebencian yang terpancar di mata Milana. Dia mengerti. Ini sama sekali bukan masalah proposal, tetapi Milana sengaja menolak proposalnya karena tidak menyukainya. Susan tiba-tiba teringat perkataan Riana. Wanita jalang yang disebut ibu mertuanya sudah muncul di hadapannya. Bahkan, secara terang-terangan mencari kesalahan dalam pekerjaannya. "Nggak perlu." Susan menyembunyikan kegelapan di matanya, lalu mengambil barang-barangnya, dan bersiap pergi bersama Kenny. Saat hendak pergi, Milana menghentikannya dan berkata, "Bu Susan, meski aku kurang puas dengan proposal ini, kamu bisa mengajukan proposal baru. Lagian, perusahaan kalian dan Nusa Biru sudah bekerja sama selama satu hingga dua tahun, 'kan?" Tangan Susan mengepal erat, tetapi senyum di wajahnya tidak berubah. "Benar, sudah dua tahun." "Jadi, aku masih sangat percaya pada perusahaan kalian. Aku bisa memberi kesempatan pada kalian," seru Milana. Susan mengerti bahwa perusahaan tidak akan mengorbankan Nusa Biru hanya karena masalah pribadinya. Mengingat Nusa Biru selalu menjadi klien besar bagi perusahaan. "Kalau begitu terima kasih, Nona Milana." Susan tidak ingin mengambil proyek ini karena dia sangat jelas apa yang ingin dilakukan Milana. Milana berdiri dan berjalan ke depan Susan. Dia mengulurkan tangannya dan berkata sambil tersenyum, "Aku menantikan kemampuan Nona Susan. Aku yakin kamu nggak akan mengecewakanku." Susan menatap tangan itu selama dua detik, lalu menjabat tangan Milana, dan berkata sambil tersenyum, "Semoga kerja sama kita menyenangkan." "Nona Susan, apa kamu punya waktu nanti? Aku ingin traktir kamu makan siang." Milana diam-diam mengeratkan genggaman tangannya. Wajah Susan tetap tenang. "Nggak usah. Aku masih ada rapat nanti." Milana menunjukkan ekspresi kecewa. "Baiklah. Kalau begitu, aku pamit dulu. Aku masih ada kencan nanti." Kata 'kencan' sengaja dia ucapkan dengan penekanan khusus.

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.