Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 3

Sepasang mata dingin pria itu terbelalak karena terkejut dan perlahan membuka pintu. Di dalam ruang kerja, seorang wanita duduk di depan piano besar dengan punggung membelakanginya, jari-jari yang ramping memainkan tuts hitam dan putih. Flinton berbaring di atas piano, menopang wajah mungilnya yang tembam. Mata yang bulat melengkung seolah sedang tersenyum. Flinton tersenyum. Sejak kecil, Flinton jarang tersenyum. Mungkin karena Darren lalai meluangkan waktu bersamanya, anak itu menjadi agak pendiam sejak kecil, tidak suka bertemu orang, berbicara maupun tersenyum. Darren jarang melihat anak ini tersenyum. Darren tertegun sejenak, lalu membuka pintu lebar-lebar. Musik piano langsung berhenti. Darren merasa tenggorokannya tercekat. "Siapa kamu!?" Vinnia berbalik dan sebuah wajah cerah nan cantik muncul. Dia menatap Darren, sepasang mata yang jernih agak melengkung dan bibir merahnya membentuk senyuman acuh tak acuh. Sorot mata Darren menjadi dingin. Itu bukan dia ... bukan orang itu. Namun wajah ini tidak asing. Vinnia. Darren tidak mengikuti industri hiburan, tetapi tahu nama ini. Aktris muda paling terkenal di Holenia, dipuji oleh penggemar sebagai "Mutiara Timur" dan "Wanita Cantik Holenia." Dengan film debut "Si Cantik Nasional", Vinnia memulai debut bersama seorang aktor papan atas Holenia. Setelah lima tahun berkarya, kini dia telah menjadi artis papan atas dengan kekayaan bersih ratusan miliar. Gaya berpakaian Vinnia membuat banyak wanita kaya dari kalangan atas iri, tetapi juga menjadi keberadaan yang mengusik mereka. Flinton juga menoleh, mata yang besar dan jernih berkilat. Melihat itu adalah Darren, dia memanggil dengan suara kekanak-kanakan, "Ayah." Melihat Darren mengalihkan pandangan darinya, Vinnia langsung yakin pria ini sama sekali tidak mengenalinya. Heh. Mana mungkin pria ini mengenalinya? Bintik-bintik di wajah telah memudar sepenuhnya, membuat penampilannya berubah total. Mantan istri yang buruk rupa dan sudah meninggal telah kembali sebagai Vinnia, seorang artis papan atas Holenia yang tentu saja tidak pernah Darren duga. Vinnia berdiri dan Flinton mengira wanita itu akan pergi, jadi dia meraih ujung gaun Vinnia dan menggenggamnya erat-erat. Bibir mungil dikerucutkan seolah enggan membiarkannya pergi. Wanita ini mirip dengan wanita yang telah dia impikan berkali-kali. Seperti ibunya. Dalam mimpi, wanita itu memanggil nama Flinton dengan lembut dan memeluknya. Rasanya begitu hangat dan menenangkan. Vinnia menatapnya dan berkata, "Aku sudah harus pergi." Mata Flinton tiba-tiba memerah dan alisnya berkerut dengan wajah memelas. Vinnia baru saja selesai memberikan keterangan di kantor polisi dan tengah bergegas ke perusahaan, tetapi si kecil ini tidak mau membiarkannya pergi. Ketika Keluarga Sinor datang untuk membawa pulang anak itu, si kecil meringkuk dalam pelukannya dan tidak mau pergi. Vinnia mencoba menghiburnya untuk waktu yang lama, tetapi gagal. Dia pun terpaksa mengantarnya pulang. Mengetahui anak ini adalah putra Darren dan Judy, seharusnya Vinnia tidak terlalu peduli, terutama mengingat dua anak yang tewas dalam kandungan karena Judy .... Rumah Keluarga Sinor juga merupakan tempat yang tidak ingin Vinnia kunjungi lagi. Vinnia menahan kebencian sebisa mungkin. Ruangan itu remang-remang, hanya diterangi satu lampu. Aura dingin pria itu terasa menyesakkan dari jarak beberapa meter. Pengasuh itu menjelaskan, "Ini Nona Vinny yang menyelamatkan tuan muda di bandara." Darren menghampiri Flinton dan mengulurkan tangannya. "Ayah gendong." Flinton malah berbalik dan melemparkan diri ke pelukan Vinnia. Vinnia menggendong Flinton dan Flinton membenamkan wajah di lengan wanita itu, memeluk lehernya. Vinnia berkata dengan santai, "Anak ini nggak dekat denganmu." Wajah tampan Darren menegang. "Diam." Vinnia terkekeh, "Pak, kamu sombong sekali. Aku menyelamatkan putramu dan nggak ada satu pun ucapan terima kasih, benar-benar menganggapku nggak ada. Inikah caramu memperlakukan penyelamat putramu?" Darren mencibir, "Nandi, bawa Flinton pergi." "Baik." Nandi berjalan mendekat untuk membawa Flinton pergi. Flinton memelototi Nandi dan menendang tangan pria itu dengan kaki pendeknya. "Minggir." Mata tajam Darren menjadi dingin. "Flinton?" Suaranya mengandung peringatan. Flinton dengan berat hati membiarkan Nandi membawanya pergi. Setelah Nandi membawa anak itu pergi, Darren berbalik dan bertanya dengan nada merendahkan, "Terima kasih? Bagaimana kamu mau Keluarga Sinor berterima kasih padamu? Katakan apa permintaan." Vinnia berdiri, sosoknya anggunnya terlihat begitu indah di bawah cahaya dan bayangan. Dia menghampiri Darren, mendongak dan sebuah wajah menawan muncul di hadapannya. Tinggi Darren 190 sentimeter dengan aura yang mengesankan, tetapi Vinnia sama sekali tidak terintimidasi oleh auranya dan menyebut angka dengan santai. "200 miliar." Pria itu mengangkat alisnya dengan anggun. "200 miliar?" Darren duduk di bangku dengan wajah datar, bibir tipisnya agak terbuka dan berkata perlahan, "Kamu memerasku." Vinnia terkikik, "Memerasmu? Pak Darren pasti tahu apa itu pemerasan. Toh dengan status Pak Darren, satu hentakan kaki saja bisa mengguncang pasar keuangan global. Aku mana berani memerasmu, Pak Darren?" Darren mengetukkan jari yang ramping di atas meja, kilatan berbahaya terpancar di matanya. "Alasan?" Vinnia berkata, "Pak Darren, itu cuma 200 miliar. Keluarga Sinor lebih kaya daripada negara dengan kekayaan yang begitu banyak. Apa 200 miliar itu banyak? Kamu merasa putra kesayanganmu nggak sebanding dengan 200 miliar?" Darren menatapnya. 200 miliar bukanlah jumlah yang kecil, tetapi juga bukan jumlah yang besar baginya. Bukannya Darren tidak mampu, hanya saja tidak pernah ada yang berani meminta sebanyak itu di hadapannya. "Jangan bilang Pak Darren nggak punya 200 miliar?" Vinnia berjalan ke samping Darren, merangkul bahu pria itu dengan lembut dan berbisik di telinganya, "Bagaimana kalau kuberi kamu 200 miliar dan malam ini kamu akan menjadi milikku?" Sorot mata dingin Darren menyimpan luapan emosi yang mendalam. Mata Darren panjang dan dalam dengan sudut terangkat. Tatapannya selalu dingin dan cuek, membawa kesan sombong tanpa kehangatan atau emosi. Vinnia tersenyum menawan. "Semua orang bilang Pak Darren itu sangat istimewa di antara manusia dan sangat tampan. Setelah melihatmu, ternyata rumor itu memang benar. Wanita mana yang nggak menginginkan pria sepertimu?" Darren berkata dengan nada dingin, "Tahu apa yang kamu lakukan nggak?" "Aku nggak cuma tahu apa yang kulakukan, tapi juga tahu alasanku kembali ke Negara Kartan kali ini ...." Vinnia tersenyum lebar, "Tujuanku kembali adalah kamu." Bibir tipis Darren melengkung ke atas. Menarik. Sudah lama sejak hal menarik seperti ini terjadi. "Nandi," panggil Darren. Nandi langsung mengerti dan mengeluarkan buku cek dari tas kerjanya. Darren berdiri, satu tangan di saku celana dan tangan lainnya memegang pena. Wajah yang tampan terlihat tenang, namun memancarkan ketampanan yang memikat. Vinnia menyilangkan tangan dan berjalan santai di ruang kerja. Dia menghampiri meja, membalik bingkai foto yang tertelungkup di atas meja. Bingkai foto itu berisi foto tiga orang bersama. Darren, Judy dan Flinton. Keluarga yang harmonis. Suara langkah kaki mendekat dari belakang. Sebuah tangan kekar membanting bingkai foto ke atas meja dan suara dingin pria terdengar. "Siapa yang mengizinkanmu menyentuh barangku?" Vinnia menoleh dan cek yang telah diisi berada tepat di hadapannya. Vinnia menerima cek sebesar 200 miliar dengan tanda tangan yang kuat dan akrab di bagian bawahnya, Darren. Dia tersenyum, menatap bingkai foto di atas meja dan tiba-tiba berkata, "Kudengar istri Keluarga Sinor diculik lima tahun lalu." Wajah tampan Darren menegang. Vinnia melanjutkan, "Aku juga mendengar dalam kasus penculikan itu, selain Valenna sang istri, artis besar Judy si simpanan itu juga terlibat. Pak Darren membawa uang tebusan 200 miliar dan akhirnya memilih untuk menebus simpanannya." Vinnia berkata sambil memainkan cek 200 miliar di tangannya dan mengejek, "200 miliar. Wanita malang itu tewas dalam kebakaran itu bersama kedua anak yang manis di dalam kandungannya, tragis sekali."

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.