Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 1

Di hari ulang tahun pernikahan yang ke-10, Anna malah mengantarkan suaminya sendiri, Ivan, ke ranjang kakak iparnya. Anna berdiri di depan pintu. Dia mendengar suara ranjang berderit dari dalam kamar. Desahan rendah seorang pria terdengar bercampur dengan suara isak pelan seorang wanita. Suara-suara itu berpadu jadi satu, membuat hati Anna bagai ditusuk pisau hingga berdarah-darah. Tidak lama setelah itu, orang tuanya, Hadi dan Mita, datang dengan tergesa. Kedua mata mereka tampak memerah karena marah. Mita mengangkat tangan dan menampar keras wajah Anna. "Aku kan sudah menyuruhmu untuk mengambilkan sampel sperma seperti enam tahun lalu. Bisa-bisanya kamu membiarkan kakak iparmu diperlakukan begitu." Mita menangis lalu kembali memukul Anna sekuat tenaga. "Kamu memang cuma anak angkat, tapi kami nggak pernah jahat padamu selama ini. Bahkan saat Rian masih hidup, dia juga sangat sayang padamu. Apa kamu mau buat kakakmu nggak bisa istirahat dengan tenang di alam baka?" Anna menggigit bibir rapat-rapat. Dia menggertakkan gigi, berusaha keras menahan diri menghadapi kegilaan ibunya. Tapi kedua matanya sudah berkaca-kaca. Beberapa hari lalu, Anna mendapatkan kabar mengejutkan, rasanya seperti disambar petir di siang bolong. Keponakannya, Riki, ternyata anak kandung suaminya, Ivan. Orang tuanya menjelaskan bahwa kakaknya, Rian, sulit punya anak. Bahkan sudah beberapa kali mencoba metode bayi tabung, tapi tetap saja gagal. Demi melanjutkan garis keturunan Keluarga Roslan, mereka diam-diam mengambil sperma Ivan, lalu menggabungkannya dengan sel telur Gina, kakak ipar Anna. Hal itu seharusnya dikubur menjadi rahasia selamanya. Sayangnya, di hari Rian meninggal, Riki malah didiagnosa mengidap leukimia. Anak itu hanya bisa diselamatkan menggunakan darah dari tali pusat saudara kandung. Di tengah keributan itu, pintu kamar tadi malah tiba-tiba terbuka lebar. "Pergelutan" di dalam kamar sudah berakhir. Ivan terlihat keluar bertelanjang dada. Dia hanya menggunakan handuk sepinggang. Tatapannya langsung tertuju pada Hadi dan Mita. Dia menatap tajam dua orang itu. "Apa-apaan kalian ini. Kalian mau memanfaatkanku demi meneruskan garis keturunan keluarga kalian tanpa imbalan?" Hadi dan Mita gemetar ketakutan. Mereka langsung kehilangan keberanian. Sejak Rian meninggal, Grup Roslan memang bisa bertahan berkat Ivan. Hal itu pula yang membuat mereka jadi diam-diam memakai spermanya. Mereka harap, setelah Ivan mengetahui kebenaran ini, pria itu masih mau mengabdi sepenuhnya pada Keluarga Roslan. Suasana terasa begitu hening. Ivan lantas mengalihkan pandangannya. Tatapannya pun berakhir di sosok Anna. "Kenapa kamu cuma diam di situ? Cepat masuk dan bantu kakak iparmu. Dia pasti kelelahan." Kata "lelah" yang terucap dari bibir pria itu, dulu merupakan sebuah rayuan selalu dia bisikkan ke telinga Anna. Hati Anna terasa amat perih, dia sampai membungkuk memegang dada. "Kenapa? Nggak terima?" Ivan mendengus sambil mencengkeram dagu Anna. Dia menatap tajam wajah Anna yang matanya sudah terlihat sedikit bengkak karena menangis. "Kamu sudah mengorbankan suamimu sendiri demi Keluarga Roslan. Sekarang kamu nggak terima kalau harus sedikit menderita?" Anna menunduk dan menahan air matanya. Desakan keluarga, nyawa Riki, serta masa depan Keluarga Roslan, seolah menjadi pedang tajam yang mengarah pada Anna. Dia mau tidak mau harus menghadapi kekacauan yang memalukan ini. Hah, memang konyol. Ivan sudah bertahun-tahun menguasai dunia bisnis. Dia sedang dalam masa jayanya sekarang. Mana mungkin dia akan diam saja saat orang lain hendak mengendalikan hidupnya. Pria itu lebih dulu mengetahui kebenarannya daripada Anna. Tapi berpura-pura tidak tahu, dan malah menunggu keputusan apa yang akan Anna ambil. Saat sudah memastikan bahwa istrinya memihak Keluarga Roslan dan melawannya, Ivan yang selama ini dikenal tenang pun jadi hilang kendali. Dia mengamuk dan menghancurkan semua yang ada di sekitarnya. "Anna, kamu kira aku mau terus melindungi Keluarga Roslan kalau bukan karena mencintaimu?" "Tapi lihat apa yang kamu lakukan padaku. Kamu membiarkan keluargamu memperalatku, menjadikanku seperti hewan peliharaan keluargamu, hah?" ... Tanpa sadar, kedua mata Anna memerah dan berkaca-kaca saat mendengar ucapan Ivan. Kata-kata pria itu seperti jarum yang menusuk hatinya. Cengkeraman tangan Ivan pada dagu Anna sedikit mengendur saat melihat ekspresi wanita itu. Tapi nada bicaranya masih terdengar dingin saat berkata, "Kalau kamu nggak mau, aku juga nggak akan peduli lagi soal nyawa keponakanmu itu." "Aku mau," ucap Anna yang tiba-tiba angkat bicara. Dia mengusap air matanya lalu menarik napas dalam sebelum masuk kamar. Raut wajah Ivan makin suram melihat sikapnya. Dia menatap dingin Anna sambil tersenyum kejam. "Haha, anak yang berbakti. Kalau begitu, selama aku berusaha memberikan cucu kedua untuk Keluarga Roslan, kamu akan jadi pelayan keluarga ini sekaligus budakku." "Baiklah." Anna menyetujui dengan suara lirih. Kedua matanya terpejam sejenak, berusaha menerima pahitnya kenyataan. Kakak iparnya, Gina, duduk di tepi ranjang dengan wajah ketakutan. Tangisnya makin menjadi saat melihat Anna masuk. "Anna, maafkan aku ... Semuanya pasti nggak akan jadi begini kalau saja tubuhku masih sanggup menjalani prosedur bayi tabung." "Kamu nggak perlu banyak bicara lagi." Anna mengatakannya sambil melambaikan tangan dengan lemas. Ivan serta Hadi dan Mita sama-sama perlu melampiaskan amarah mereka. Tapi kakak iparnya tetap harus hidup dan jadi bagian Keluarga Roslan, serta membesarkan kedua anaknya. Itulah sebabnya, Anna yang jadi sasaran pelampiasan semua orang.
Bab Sebelumnya
1/16Bab selanjutnya

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.