Bab 18
Satu jam kemudian, mereka berdua sudah selesai mendaftarkan pernikahan.
Rasyid menyerahkan kartu hitam pada Carla. "Ini semua tabunganku. Kalau nanti butuh uang, pakai saja kartu ini. Pinnya pakai tanggal lahirmu."
Carla menggeleng dan berkata, "Nggak usah, aku punya uang sendiri."
Tanpa ragu, Rasyid menyodorkan kartu itu ke tangannya. "Kamu sekarang sudah jadi istriku. Sudah sewajarnya aku menafkahimu."
Dia lalu menunduk, menatap perut Carla yang masih belum terlihat membesar. Rasyid tersenyum senang tanpa sadar.
"Bukan cuma menafkahimu, tapi juga anak kita."
Carla mengerutkan kening. "Aku menikahimu bukan untuk mencari sumber uang."
Waktu menikah dengan Bimo dulu, Carla berhenti bekerja sesuai permintaan pria itu. Dia pun tinggal di rumah dan jadi ibu rumah tangga.
Padahal, sebelum ibunya meninggal, wanita itu sudah menyerahkan seluruh sahamnya di Grup Wicaksono untuk Carla.
Jumlah dividen per tahunnya saja sudah sangat besar.
Carla belajar animasi di bangku kuliah. Dia akan memperba

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda