Bab 9
Tiga hari kemudian, Johan dan Selvi baru kembali bersama anak-anak.
"Mama! Aku kelaparan, cepat masak!"
"Ya, Tante Selvi juga harus makan supaya tambah sehat."
Begitu Rovan dan Ryan masuk, mereka langsung berteriak ke arah kamar di lantai atas, membuat Johan tersenyum tak berdaya.
"Tunggu, Papa bantu Tante Selvi duduk dulu. Setelah lama di rumah sakit, dia pasti merasa nggak nyaman."
Selvi tersipu-sipu dan mengangguk, lalu merangkul bahu Johan dengan erat. "Begitu sampai, kalian langsung merepotkan Nila. Bukankah itu kurang sopan?"
"Apanya yang nggak sopan. Lagi pula dia di rumah juga nggak sibuk. Kalau sampai terjadi sesuatu padamu, baru aku akan menyesal seumur hidup."
Setelah mengucapkan itu, Johan dengan hati-hati meletakkan Selvi di sofa. Ketika menengok, dia melihat surat cerai dan secarik catatan di atas meja kopi.
Sekilas, dia langsung mengenali tulisan tangan Nila.
Senyumnya perlahan memudar, dan ekspresi anehnya membuat orang lain ikut memperhatikannya.
Rovan bergumam, "Surat

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda