Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 7

Tanpa berpikir panjang, Tania langsung lari. Dia takut Iwan akan kehilangan akal dan melampiaskan amarahnya kepada bibi dan anak-anak di panti asuhan, sehingga dia pun berlari sekuat tenaga ke arah yang lain. Namun, bagaimana mungkin kedua kakinya bisa berlari lebih cepat daripada van beroda empat. Tak lama kemudian, jalannya lagi-lagi dihalangi. Iwan bersama kedua bawahannya dengan kasar menahan Tania. Tania sangat putus asa. Dia sudah susah payah melarikan diri dari cengkeraman pria tua ini, tetapi apakah hari ini dia harus mati di sini?! "Pak Iwan, bagaimana kita harus menangani wanita ini?!" tanya bawahannya. Iwan tersenyum sambil menggosok tangannya dan berkata, "Kalian ikat dia dan tunggu di luar gang, aku akan mengurus wanita murahan ini!" Saat Tania melarikan diri waktu itu, hatinya terasa sangat gatal. Ini adalah pertama kalinya dia melihat wanita yang melawan dengan begitu keras kepala, bermain dengan wanita seperti ini pasti akan lebih menggairahkan. Kedua anak buah tersebut dengan kasar mengikat tangan dan kaki Tania, lalu melemparkannya ke tanah dan pergi. Bahu Tania yang kurus menghantam dinding, rasanya sangat sakit hingga dia meneteskan air mata. Namun, dia tetap berusaha memaksa dirinya untuk memelototi pria tua itu dengan marah. Tanpa disadarinya, tatapan ini justru makin membangkitkan hasrat pria itu untuk menaklukkannya. Iwan berkata dengan nada mengejek, "Nona, kalau kamu mau menurut, mungkin aku akan mengampunimu. Kalau nggak ... hehe, kamu juga tahu betapa menyedihkannya nasib gadis-gadis yang jatuh ke tanganku!" Seluruh tubuh Tania gemetar, dia sangat ingin mengutuknya. Namun, tangannya merasakan batu bata dan pecahan kaca di bawah. Tania berpura-pura ketakutan dan berkata, "Aku berjanji padamu, asalkan kamu melepaskanku, apa pun akan kulakukan ... bisakah kamu melepaskan tali ini dulu?" "Nggak bisa!" tolak Iwan. "Siapa tahu kamu akan langsung melarikan diri?" Tania menundukkan kepalanya, tampak ketakutan. "Bagaimana bisa aku melarikan diri? Ini sebuah gang kecil, di luar juga ada orang yang berjaga. Kecuali aku bisa tumbuh sayap dan terbang pergi ... " Sambil berbicara dengan Iwan untuk mengulur waktu, Tania berusaha memotong talinya dengan pecahan kaca ... Syukurlah, tali ini sudah lama dibiarkan di mobil dan sedikit rusak, akhirnya dia berhasil memotongnya! Iwan merasa bahwa apa yang Tania katakan ada benarnya. "Oke, aku hanya akan membuka tali di tanganmu." Tania terus-menerus mengangguk. "Baguslah, cepat bantu aku melepaskan tali ini!" Dia memegang erat batu bata di belakangnya, melihat Iwan melangkah mendekatinya selangkah demi selangkah. Saat Iwan menunduk, Tania mengerahkan seluruh tenaganya dan memukul kepala botak itu dengan batu bata! Iwan bahkan tidak sempat berteriak, matanya terbelalak tidak percaya melihat Tania, lalu perlahan dia pun terjatuh ke belakang ... Suara yang terdengar dari dalam gang tidak menarik perhatian para bawahan, kedua orang yang berjaga di luar gang itu bahkan mulai berdiskusi. "Ck ck, kedengarannya sangat intens." "Di seluruh Kota Nagara, siapa yang nggak tahu tentang kebiasaan Pak Iwan itu? Kasihan sekali gadis kecil itu!" Tania dengan susah payah memukul pingsan Iwan, lalu dia berjuang sekuat tenaga untuk melompati dinding di ujung gang. Dari jauh, dia melihat sebuah mobil melintas di jalan. Matanya seketika berbinar, dia berusaha keras melambaikan tangannya untuk menarik perhatian mobil itu. Namun, mobil itu tidak menunjukkan tanda-tanda akan berhenti, dan tampaknya akan melewatinya. Tania takut jika dia terlambat, dia akan ditangkap lagi. Dia menggigit bibirnya, lalu langsung berlari ke jalur mobil tersebut! Dia lebih baik mati tertabrak mobil daripada jatuh ke tangan orang gila itu! "Ckiiiitttt!" Mobil itu mengeluarkan suara rem yang nyaring, tetapi tetap saja, mobil itu tidak bisa langsung sepenuhnya berhenti dan akan menabrak tubuh kurus Tania! Tania menutup rapat kedua matanya. Untungnya pada detik terakhir, sang sopir membanting setir dan berhenti. Tania menghela napas lega, dia merasa seolah-olah telah selamat dari bencana. Dia segera melompat ke kursi pengemudi dan berkata, "Pak Sopir, tolong antar aku, aku mohon ... " Belum selesai dia berbicara, dia mendengar suara serak yang berkata, "Tania, lagi-lagi kamu!" Tania terkejut, suara itu sangat familier. Dia menoleh ke kursi belakang mobil dan seketika terkejut. "Pak Ethan!" Ternyata itu adalah Ethan, dia benar-benar muncul di sini?! Tania tampak terkejut, tetapi di mata Ethan, ekspresi itu tampak seperti niat jahat. "Wanita ini benar-benar hebat, bisa mengejarku sampai ke sini!" Nada bicara Ethan sangat dingin. Tania tidak punya waktu untuk menjelaskan, dia pun memohon, "Pak Ethan, tolong biarkan aku naik ke mobil ... " Wajah malang gadis kecil itu membuat sang sopir tua merasa iba. "Pak Ethan, ini ... " "Jalan!" Nada Ethan sangat dingin. Ethan paling benci dengan wanita yang suka mengganggu dan berpura-pura seperti ini. Wanita ini terus-menerus menguji batasannya, benar-benar membuatnya lelah. "Nggak, nggak boleh jalan!" Tania berusaha menghalangi di depan mobil. "Kecuali kamu menabrakku sampai mati, aku nggak akan membiarkanmu lewat!" "Tania, kamu kira aku nggak berani?!" Tatapan Ethan sangat menakutkan dan dingin. Tania ketakutan. Ethan adalah Raja Neraka Kota Nagara, metode yang digunakannya sangat kejam, dia benar-benar bisa melakukan hal semacam itu! Tania tiba-tiba teringat percakapan antara Erina dan Ethan, lalu dia buru-buru berkata, "Pak Ethan, kalau aku mati, maka penyakitmu nggak akan bisa disembuhkan. Kalau hal itu sampai menghambat nenekmu untuk memeluk cucunya, itu nggak bagus, 'kan?" "Kamu masih berani mengancamku?!" Ethan makin marah. Tania menelan ludah. "Nggak, aku bukan mengancam, aku hanya mengatakan fakta!" Ethan tidak bisa membuang-buang waktunya untuk Tania, jadi dia pun menarik napas dalam-dalam. "Cepat naik ke mobil!" Tania terus-menerus mengucapkan terima kasih, "Terima kasih, Pak Ethan! Terima kasih Pak Ethan!" Dia segera duduk di samping Ethan. "Duduk di depan." Ethan tidak ingin melihat wajahnya, dia merasa jijik. "Tapi di depan bisa kelihatan ... " Ketika sedang berbicara, Tania tiba-tiba melihat Iwan dan dua bawahannya muncul di depan! Ternyata Iwan bangun secepat itu. Kalau dia sampai tertangkap, semuanya akan berakhir! Tania langsung melemparkan dirinya ke dalam pelukan Ethan. Suhu tubuh gadis itu panas, dan aroma segar setelah mandi masih tercium dari rambutnya. Ethan tercengang dan langsung marah besar. "Kamu ... " Sebelum dia dapat melanjutkan perkataannya, Iwan yang sedang memegangi kepala datang menghalangi mobilnya. Nada bicara pria tua itu sangat dingin. "Semuanya turun dari mobil sekarang! Menurutlah atau aku akan membuat kalian menyesal!"

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.