Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 7

Tidak lama kemudian, Arvin juga sudah pulang kerja. Makan malam hari ini sangat mewah. Sebelumnya, kehidupan Sharleen di Keluarga Thio juga tidak kekurangan, tapi jelas jauh berbeda jika dibandingkan Keluarga Wirawan. Namun Sharleen tidak berani sembarangan. Dia perhatikan dulu Tito dan Leoni menerima handuk panas dari pelayan lalu mengusap tangan, baru dia meniru dan mulai minum sup. Dia memang suka minum sup lebih dulu sebelum makan. Terutama sup ini yang entah direbus pakai apa, rasanya sangat enak. Sandra melirik cara Sharleen minum sup, lalu berkata sinis, "Ada orang yang hanya memikirkan diri sendiri. Nggak ambilkan sup untuk suaminya yang baru keluar rumah sakit. Wajar saja, sup sirip ikan hiu ini sangat mahal, mungkin bahkan belum pernah melihatnya." Saat bicara, dia mengambilkan semangkuk sup untuk suaminya. Seketika, Sharleen tampak seperti istri yang tidak perhatian, egois, dan tidak punya wawasan. Benar saja, Leoni sampai mengerutkan alis. Aditya juga menatapnya dengan nada mengejek, "Benar, entah bagaimana dia bisa jadi istri orang, sama sekali nggak bisa dibandingkan dengan kakak ipar." Sharleen tetap tenang, menelan supnya lalu berkata, "Kakak ipar pasti sangat mencintai kakak, ya." "Tentu saja, aku dan Arvin pernah kuliah bersama di luar negeri." Sandra mengusap sudut bibirnya dengan tisu dan terlihat sangat elegan. Sharleen tersenyum tipis, "Kakak ipar baik sama kakak karena cinta, sedangkan aku hanya memikirkan diriku sendiri karena di hatiku memang tidak ada perasaan pada Aditya." Suasana di meja makan langsung berubah. Aditya meletakkan sumpit dan tatapannya menjadi rumit. Sandra tidak senang, "Kamu tahu nggak seberapa hebatnya Aditya di keluarga kita? Usianya masih muda, tapi sudah mengendalikan perusahaan bernilai ratusan triliun. Dia juga tampan, bahkan artis pun kalah tampan. Di luar sana ada banyak putri konglomerat yang mengejarnya. Kalau bukan kamu yang kebetulan beruntung, mana mungkin bisa memenuhi syarat menikah dengannya. Jangan nggak tahu diri." Leoni juga mengangguk setuju. Meski pernikahan menolak bala dengan Sharleen membangunkan putranya dari koma, tapi dia lebih memihak anaknya. "Aditya memang sangat hebat." Sharleen mengangguk tulus, "Dia kaya dan tampan. Tapi apa karena dia punya semua itu, aku harus jatuh cinta padanya? Jadi sebenarnya aku mencintai uangnya atau wajahnya? Maaf, aku bukan orang yang sedangkal itu." Sandra langsung terdiam, ekspresinya jadi jelek, "Maksudmu apa, mengejek para putri keluarga terpandang yang menyukai Aditya berpikiran dangkal? Kamu lebih mulia?" Leoni juga jadi tidak senang. Aditya adalah anak yang dia dapat di usia tua, tentu saja dia sangat menyayanginya. Dia benar-benar tidak suka cara bicara Sharleen. "Aku nggak bermaksud begitu." Saat menghadapi tekanan Sandra, Sharleen hanya mengedipkan matanya yang hitam dan polos, "Aku nggak akrab dengannya, sebelumnya juga nggak kenal. Apakah gara-gara menikah, aku harus cinta mati padanya? Itu terlalu palsu, 'kan?" Kata-katanya memang benar, tapi keluarga kaya yang terbiasa dipuji tentu tidak suka mendengar kejujuran. Sandra melihat wajah mertuanya yang tidak senang dan segera hendak menyerang lagi, "Kamu ...." Tapi Tito menyela, "Sudahlah, Sandra. Sharleen nggak salah. Anak ini jujur, nggak suka berbelit. Aku lumayan suka padanya." Itu sudah kedua kalinya Tito mengatakan suka padanya malam ini. Sharleen bisa merasakan tatapan Aditya sudah sedingin es. Sudahlah, masalahnya bahkan sudah jadi seperti ini. Lebih baik isi perut sampai kenyang dulu. Sharleen menenggak dua mangkuk sup, lalu makan satu setengah mangkuk nasi. Melihat itu, Sandra benar-benar jijik, "Makan begitu banyak, orang bisa mengira kamu sudah lama nggak makan." Arvin hanya bisa menyikutnya, memberi isyarat jangan banyak bicara. Tapi Sandra malah memelototinya, jelas tidak mau berhenti. Sharleen yang wajahnya putih mulus, pura-pura bingung, "Aku makan kebanyakan ya? Maaf, aku nggak tahu kalau di Keluarga Wirawan nggak boleh makan banyak." Selesai bicara, dia buru-buru meletakkan sumpit. Suasana langsung hening. Ekspresi semua orang terlihat jelek. Aditya justru merasa cukup terhibur. Lihatlah, bukankah ini wanita yang kalian carikan untukku? Biar wanita itu membuat mereka emosi juga, supaya mereka tahu bagaimana hari-hari yang dia jalani. Leoni menegur dengan suara dingin, "Siapa yang bilang Keluarga Wirawan nggak boleh makan banyak? Sharleen, jangan sembarangan bicara. Kalau sampai terdengar keluar, orang bisa salah paham seolah Keluarga Wirawan memperlakukanmu dengan nggak adil." "Ibu, jangan marah. Wanita dari keluarga kecil memang begitu. Nanti diajari pelan-pelan saja, jangan sampai membuat malu Keluarga Wirawan saat keluar." Sandra malah menambahkan minyak ke api. Sharleen langsung memonyongkan mulutnya, "Aku makan banyak kalian salahkan, aku bilang nantinya akan makan lebih sedikit kalian juga marah. Jadi aku harus bagaimana?" Dalam sekejap, dia seperti dirugikan. Di kepala Sandra langsung terlintas kata-kata yang paling sering diucapkan putrinya yakni ratu drama. Dia benar-benar merasa muak. Sebelum bicara, Tito sudah membentak keras, "Makan saja masih harus diributkan? Apa Keluarga Wirawan kekurangan makanan? Sudah selesai ribut belum?" Wajah Leoni dan Sandra langsung memerah karena malu. Apalagi Sandra, dia sudah bertahun-tahun menikah ke Keluarga Wirawan, tapi belum pernah ditegur mertuanya di meja makan. Matanya langsung memerah, bangkit dan masuk ke kamarnya. "Sharleen, jangan ambil hati dengan kakak iparmu." Arvin buru-buru mengejar untuk menenangkan istrinya. "Aku juga sudah kenyang." Aditya yang sejak tadi menonton drama hanya melirik Sharleen penuh arti, lalu bangkit dan naik ke lantai atas. "Ayah, Ibu, aku pergi cari Aditya dulu." Sharleen buru-buru pamit dan ikut naik. Mana berani dia menghadapi mertuanya sendirian, terutama ibu mertuanya, yang terlihat tidak menyukainya. Leoni mendengus melihat punggung keduanya, "Entah bagaimana Keluarga Thio mendidik anak, lidahnya tajam dan terlihat palsu, sama sekali nggak pantas untuk Aditya." "Apa yang palsu? Jelas kalian yang cari masalah. Anak muda bisa makan banyak itu berkah. Memangnya kamu mau anakmu cari istri yang makan secuil dan selalu diet untuk menjaga penampilan agar tetap ramping? Wanita seperti itu bisa melahirkan?" Tito berkata dengan kesal. Kalimat itu membuat Leoni terdiam. Ya, masuk akal juga. ... Di lantai dua. Sharleen mengikuti Aditya masuk ke kamar. Ini kedua kalinya dia masuk ke ruangan itu. Sebelumnya dia tidak sempat melihat jelas, tapi sudah buru-buru dibawa ke rumah sakit. Sekarang, dia tidak tahan untuk menoleh ke sekeliling. Aditya mencibir, "Sharleen, nggak disangka kamu pintar main drama." "Aku nggak main drama, aku hanya bicara apa adanya." Sharleen mendongak. "Apakah semua orang kaya begitu pelit? Bahkan nggak diizinkan makan sampai kenyang?" Satu kalimat itu saja, membuat Aditya kehilangan muka. Sebelumnya dia hanya menonton keributan, tapi saat api merambat mengenainya, Aditya langsung marah, "Siapa suruh kamu makan sebanyak itu, seperti babi!"

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.