Bab 20
Begitu mendengar bahwa dia harus bekerja di Grup Puspita, ekspresi Weni langsung berubah menjadi tidak senang dan sedih. Dia menggelengkan kepala. "Lupakan saja, perusahaan pamannya Gio pasti bukan tempat yang baik, aku nggak akan bekerja di sana!"
"Gio dan pamannya nggak bisa disamakan. Kamu bisa mencoba dulu, kalau merasa cocok, kamu bisa lanjut."
"Aduh, Grup Puspita nggak seterkenal Grup Cempaka, ia masih perusahaan kecil, bagaimana kalau suatu hari nanti bangkrut?
"Kita harus melihat jauh ke depan, bagaimana kalau nggak bangkrut, malah menjadi perusahaan besar? Kalau nanti memang begitu, kamu mungkin nggak bisa bergabung lagi."
Weni memandangku dengan ekspresi tidak percaya, seolah-olah aku sedang bercanda dengannya.
Aku menatapnya dengan tulus. "Weni, pikirkan baik-baik, bagaimana?"
Setelah itu, aku melihat ke arah Joana dan yang lainnya. "Kalian juga harus mempertimbangkannya."
Joana dan beberapa temannya bukan dari Ibu Kota, mereka berencana untuk kembali ke kampung halaman sete

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda