Bab 255
Petapa muda itu langsung mengerti dan pergi.
Yavin menekuk lututnya, tidak berlutut di atas alas sembahyang, melainkan langsung bersujud berat di lantai.
Suaranya sangat serak.
"Petapa, saya ingin memohon satu batang bambu ramalan lagi."
Vian berhenti memukul tabuh kayu ikan, menyatukan kedua telapak tangan.
Dia menatap pemuda di depannya.
Di antara alis pemuda ini tersimpan amarah yang kuat. Seorang yang keras kepala.
Namun, pemuda ini memiliki jalinan takdir dengan Dewa.
"Tuan, hari ini nggak ada bambu ramalan," kata Vian. "Tuan, lepaskanlah. Segala sesuatu nggak bisa dipaksakan."
...
Kehidupan Myria berjalan seperti biasa.
Dia tidak mendengar kabar apa pun tentang Yavin.
Setengah bulan kemudian, saat membawa neneknya kontrol ulang ke Dokter Agus, dia membiarkan sang nenek duduk di kursi istirahat, lalu pergi mengambil obat dan bertemu dengan Susan.
Myria tidak tahu apakah semua orang dari keluarga terpandang memang selalu bersikap semena-mena seperti ini.
"Kak Yavin sudah seminggu n

Naka-lock na chapters
I-download ang Webfic app upang ma-unlock ang mas naka-e-excite na content
I-on ang camera ng cellphone upang direktang mag-scan, o kopyahin ang link at buksan ito sa iyong mobile browser
I-click upang ma-copy ang link