Bab 58
Urat-urat di pelipis Lucio menegang, matanya penuh badai emosi yang siap meledak.
Aku bahkan bisa melihat pembuluh darah di lehernya, seolah darah kemarahan mengalir deras di dalamnya.
"Kenapa kamu berani menamparku?" Aku berteriak-teriak dengan histeris.
Sepanjang ingatanku, tak pernah ada yang berani menyentuhku dengan kekerasan.
Akan tetapi, dia dengan berani menampar mulutku tadi!
Meskipun bukan tamparan di pipi yang memalukan, tetapi menampar mulut juga sama buruknya!
"Kenapa kamu tampar mulutku? Atas dasar apa kamu lakukan itu?"
Lucio mencengkeram daguku, mata yang tajam menatapku lurus. "Tarik kembali ucapanmu tadi!"
"Nggak mau!"
Aku menatapnya dengan tajam. "Kenapa aku harus menariknya? Kamu bisa melakukan hal seperti itu, tapi nggak mau mendengar omongan orang?"
Lucio langsung melemparku ke ranjang, suasana romantis yang menggoda sebelumnya segera lenyap.
Dia menatapku dengan sikap dingin. "Natalie, bagaimana kamu bisa ngomong kata-kata sekeji itu?"
"Yang lebih keji itu orang

Naka-lock na chapters
I-download ang Webfic app upang ma-unlock ang mas naka-e-excite na content
I-on ang camera ng cellphone upang direktang mag-scan, o kopyahin ang link at buksan ito sa iyong mobile browser
I-click upang ma-copy ang link