Webfic
Buksan ang Webfix app para sa higit pang kahanga-hangang content

Bab 159

"Sebelum meninggal, aku ingin melihat laut." "Itu permintaanku yang terakhir, bolehkah?" Liana berkata dengan lirih, air matanya tak berhenti mengalir. Tiba-tiba, seluruh ruangan dipenuhi dengan suasana yang sangat sedih. "Kak Liana!" "Liana!" Desi dan Karin tak kuasa menahan tangis, air mata mereka mengalir tak terbendung. Mereka tidak pernah mengira perpisahan ini akan datang secepat itu. Mereka merasa tidak sanggup untuk berpisah. "Kenapa? Kenapa kamu tega melakukan ini?" "Kak Devan, apa kamu benar-benar nggak menyukaiku?" "Aku mohon, tolong jangan buat kami menderita lagi!" Marco memohon dengan suara serak sambil menatap Devan. Pada saat ini. Devan tampaknya menjadi orang yang paling jahat. Keputusan Devan membuat semua orang tak habis pikir. "Lucu sekali." "Di hadapan semua orang, kamu masih memilih ini." "Padahal dia hanya anak angkat, tapi kamu tega mengorbankan putri kandungmu." "Kamu benar-benar sanggup melakukannya?" "Marco ini cuma anak angkat, 'kan? Atau jangan-jangan, Lian

Naka-lock na chapters

I-download ang Webfic app upang ma-unlock ang mas naka-e-excite na content

I-on ang camera ng cellphone upang direktang mag-scan, o kopyahin ang link at buksan ito sa iyong mobile browser

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.