Bab 166
"Tenang saja, mereka itu nggak berguna," sahut Fendi dengan tenang.
Davin masih merasa kesal. Dia meraih tanganku dan dengan sengaja menunjukkan tangannya yang terluka karena terkena pecahan kaca. "Shani ... sakit," katanya.
Aku memperhatikan luka yang berdarah di tangannya itu. Namun, luka ini jauh lebih kecil daripada luka yang dia buat saat melukai dirinya sendiri.
"Ambil kotak obat." Aku menarik tangan Davin dan duduk di atas sofa, lalu mengobati luka di tangan Davin itu dengan hati-hati.
Tiba-tiba, Davin bergerak mendekatiku. Dia mengendus-endus tubuhku, sorot tatapannya mendadak menjadi lebih serius, tetapi langsung berubah menjadi tenang kembali. "Shani ... kamu habis ketemu dengan Arya."
Aku sontak menatap Davin dengan kaget. Kok dia bisa tahu?
"Aku bisa mencium bau tubuhnya, nggak enak," jawab Davin sambil mengernyit.
Aku refleks mengendus-endus tubuhku sendiri, lalu menatap Davin. Apa pria satu ini memiliki penciuman setajam anjing? Kenapa peka sekali?
"Dia ... "
Saat aku hen

Naka-lock na chapters
I-download ang Webfic app upang ma-unlock ang mas naka-e-excite na content
I-on ang camera ng cellphone upang direktang mag-scan, o kopyahin ang link at buksan ito sa iyong mobile browser
I-click upang ma-copy ang link