Bab 352
Kebakaran itu bukan kesalahanku.
Usai menghela napas, aku bicara dengan volume suara yang kecil, "Davin, kenapa kamu nggak membiarkan Fendi saja untuk membawanya pergi? Lagi pula, dia kakaknya Ceno."
"Dia sendiri yang nggak mau." Davin menggenggam tanganku dan menarikku pergi dari sana. Dia bilang, Tami tidak bersedia.
"Ini rumahnya dan Ceno, dia yang mau menjaganya. Dia nggak berniat pergi dan nggak mau dibawa pergi. Kalau dipaksa, bisa-bisa dia jadi gila," jelas Davin dengan pelan.
"Tapi, jangan biarkan dia terus-terusan melakukan bisnis semacam ini." Kurasa, membiarkan hal itu sangatlah kejam.
"Setiap orang punya pilihan dan pola pikirnya sendiri soal hidup. Artinya, dia juga punya pilihan sendiri." Davin sudah tak sabar ingin segera membawaku pergi dari sana.
Tujuannya supaya aku segera menjauh dari tempat itu.
"Argh! Tolong ..."
Seketika, terdengar suara teriakan seorang wanita dari arah sebelah rumah Tami.
Aku terdiam sejenak, lalu menatap Davin. "Mungkin ada yang lagi butuh bant

Naka-lock na chapters
I-download ang Webfic app upang ma-unlock ang mas naka-e-excite na content
I-on ang camera ng cellphone upang direktang mag-scan, o kopyahin ang link at buksan ito sa iyong mobile browser
I-click upang ma-copy ang link