Bab 301
Xander mengangkat alis.
"Astaga, alasanmu itu ... malah lebih baik nggak usah cari alasan sekalian!" kata Siska.
"Lalu bagaimana aku harus menanggapinya!"
"Apa kamu benar-benar berpikir Shania bisa bangkit dari keterpurukan begitu saja?"
"Pak Xander, si Shania itu tiap malam mengalami rabun jauh dan dekat sekaligus, sudah seperti orang buta. Dia bisa lihat tangannya sendiri saja sudah untung."
Dia berkata dengan nada pasrah, meminta sahabatnya menyerah saja.
Shania mengatupkan bibirnya, dan tampak tenang.
"Nggak apa-apa, yang penting kita bisa buktikan kalau dia memang nggak bisa melihat dengan jelas. Soal orang mau percaya atau nggak, itu urusan mereka."
Xander menyilangkan tangan di dada, terdiam tanpa berkomentar apa pun.
Jeffry dan Teddy saling pandang, sama-sama tidak tahu harus berkata apa.
"Wah, sejuk sekali ... "
Sandi berseru riang, menikmati embusan angin.
Dia hanya mengenakan celana pendek dan sandal jepit, rambut hitam lembutnya berantakan ditiup angin. Wajahnya manis, tub

Naka-lock na chapters
I-download ang Webfic app upang ma-unlock ang mas naka-e-excite na content
I-on ang camera ng cellphone upang direktang mag-scan, o kopyahin ang link at buksan ito sa iyong mobile browser
I-click upang ma-copy ang link