Bab 21
Toni yang terbaring di ranjang rumah sakit, terlihat memiringkan kepala dan terus menatap ke arah Nia.
Baru setengah bulan berpisah, tapi dia merasa seperti sudah sangat lama, terasa seperti seabad.
Namun, dia dan Satya sangat senang karena ternyata Nia masih hidup.
Nia melihat mata Toni yang sudah berkaca-kaca. Tapi wanita itu hanya memasang ekspresi datar.
Dia sama sekali tidak merasa tersentuh, muak, ataupun benci. Perasaannya benar-benar datar, mati rasa.
Atau mungkin, Nia memang sudah mengubur semua perasaannya dalam-dalam.
Dia memeriksa luka Toni, menyuntiknya dengan antibiotik, dan menjelaskan hal-hal yang harus pria itu perhatikan. Dia melakukan tugasnya sebagai dokter secara profesional, lalu berbalik pergi.
"Nia ... "
Toni memanggil dengan suara serak dari belakang. Tapi Nia terus melangkah pergi.
Mereka bertiga berada di rumah sakit yang sama, tapi Toni dan Satya tidak punya kesempatan untuk bicara dengan Nia.
Selain hari saat Toni harus dioperasi dan saat memberikan obat pe

Naka-lock na chapters
I-download ang Webfic app upang ma-unlock ang mas naka-e-excite na content
I-on ang camera ng cellphone upang direktang mag-scan, o kopyahin ang link at buksan ito sa iyong mobile browser
I-click upang ma-copy ang link