Bab 111
Namun...
Untuk pertama kalinya, Sandi begitu membenci kebodohannya sendiri.
Mengapa baru sekarang dia sadar betapa baiknya Mama?
Dia memohon, "Mama, bisakah maafin aku?"
Aku menatapnya yang menangis begitu menyedihkan, tapi anehnya, hatiku tetap tenang, tanpa gejolak. "Dimaafin atau nggak, memangnya itu penting?"
Tangis Sandi langsung terhenti. Dia menatapku dengan mata terbelalak.
"Siapa pun itu, saat melakukan sesuatu, harus sudah siap dengan konsekuensinya," ujarku dengan tenang.
"Karena ada hal-hal yang, begitu salah dilakukan, nggak bisa diulang kembali."
Sandi buru-buru mengusap air matanya. "Tapi aku masih anak-anak ... "
Aku tetap tenang dan berkata, "Anak-anak pun harus bertanggung jawab atas pilihannya."
Sandi berusaha menahan tangis, tetapi tetap tidak mampu mengendalikan emosi ...
"Semoga setelah semua ini ... " Aku melanjutkan pelan, "Kamu bisa lebih hati-hati dalam mengambil keputusan."
Meskipun terisak, Sandi tetap mengangguk patuh. "Baik."
Aku menoleh ke arah Jimmy yang

Naka-lock na chapters
I-download ang Webfic app upang ma-unlock ang mas naka-e-excite na content
I-on ang camera ng cellphone upang direktang mag-scan, o kopyahin ang link at buksan ito sa iyong mobile browser
I-click upang ma-copy ang link