Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 5

Ketekunan Hanna akhirnya membuat Stanley menerimanya. Hanna pernah dengan polosnya percaya bahwa menikah dengan Stanley berarti dia akan memperoleh cinta. Namun, masa-masa indah mereka hanya bertahan satu tahun. Sudah dua tahun Stanley tidak pernah mengucapkan sepatah kata mesra pun di ranjang. Setiap hari setelah menyapanya singkat, pria itu akan langsung pergi ke kantor dan baru pulang pukul sembilan atau sepuluh malam. Setengah tahun lalu, saat dia resmi menjadi pewaris Grup Sentana, Stanley kembali berbicara padanya tentang segala hal, dari urusan sehari-hari hingga rencana masa depan, dari hal-hal yang remeh hingga impian setinggi langit. Dia mengira masa-masa manis itu akan kembali, tetapi kehangatan malam itu hanya seperti bunga yang mekar sesaat. Dia selalu menutupi kekurangan Stanley, dan menyalahkan kesibukan perusahaan yang terlalu berat. Dia berharap ketika semuanya mereda, pria itu akan kembali memperhatikannya. Namun, kehadiran Sheila kini menjadi pukulan telak yang menghancurkan harapan terakhirnya. Hanna membasuh wajah, membuka pintu, dan turun ke bawah, hanya untuk melihat Stanley berdiri di pintu sambil mengatur para pembantu memindahkan koper. Sheila berdiri di belakangnya, tampak terkejut dan tersentuh. "Benarkah aku boleh tinggal di sini? Kalau Kak Hanna nggak mau melihatku, bagaimana?" Mata basahnya seperti mata rusa kecil, membuat Stanley mengusap kepalanya lembut. "Nggak akan. Kamu baru kembali dan nggak banyak mengerti. Bagaimana aku bisa tenang membiarkanmu tinggal sendirian di luar?" "Berhenti semua, apa maksudnya ini?" Hanna berdiri di tangga, menatap semua orang dengan dingin. Mendengar suaranya, Stanley menoleh, alisnya terangkat. "Sheila baru pulang dari luar negeri, dan masih merasa asing. Biarlah dia tinggal dua hari di rumah kita." Dengan amarah memuncak, Hanna berkata sinis, "Rumah kita? Ini rumah kita berdua. Kamu membiarkannya masuk, memangnya aku sudah setuju?" Stanley tidak menyangka Hanna yang biasanya patuh bisa menentangnya, suaranya sedikit melembut. "Hanna, dengar, jangan buat keributan tanpa alasan." Langkah-langkah pembantu yang membereskan barang sama sekali tidak terpengaruh. Sheila malah memeluk lengan Stanley. "Apa Kakak nggak suka padaku? Kalau begitu, sebaiknya aku keluar dan tinggal di tempat lain saja." "Tinggal di sini saja, nggak boleh pergi." Stanley menegaskan sambil menatap Hanna, lalu menggandeng Sheila naik ke lantai atas "Tapi Kak Hanna kelihatannya nggak senang, aku nggak mau merusak hubungan kalian ... " Keduanya naik ke lantai atas, sambil menempel mesra. Angin menerbangkan rambut Hanna, lalu menjatuhkannya lagi dengan kesepian Setetes air mata pun jatuh di tangga. Hanna berendam di bak mandi, setengah tertidur. Aroma yang familier menyeruak, Stanley mengangkatnya dan mengeringkan rambutnya dengan hati-hati. Sambil bersentuhan erat, Stanley perlahan masuk. "Jangan rewel, hanya tinggal dua hari saja. Apa yang terjadi pagi tadi memang salahku, lain kali aku akan beri tahu kamu sebelumnya." "Kamu sudah menjadi Nyonya Sentana, apa pun yang kamu mau bisa kamu dapatkan, tapi dia nggak punya apa-apa, aku nggak bisa berbuat apa-apa." Pria itu berusaha keras menenangkan istrinya. Suara-suara kecil terdengar, membangkitkan gairah pria tersebut. Saat tubuh mereka bersentuhan, setetes air mata panas mengalir, tertangkap oleh lidah Stanley. "Stanley ... aku bukan hanya istrimu saja ... " Suara Hanna serak, ujung jarinya meninggalkan bekas di punggung Stanley. Stanley seolah mendengar lelucon, dan tersenyum pelan. "Kalau begitu apa lagi, istriku?" Rasa mual yang hebat membuat Hanna tak kuasa mendorong pria yang sedang 'menggarapnya' itu, tapi Stanley justru mengekangnya lebih erat

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.