Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content
Istri BayanganIstri Bayangan
By: Webfic

Bab 6

Ketika Amelia sadar, yang terlihat di depannya adalah langit-langit rumah sakit yang pucat. "Akhirnya kamu sadar!" Si perawat menghela napas dengan lega. "Lukamu cukup parah, jadi harus segera menghubungi pihak keluarga." Perawat itu terdiam sejenak, lalu mengeluh, "Lihatlah Nona Clara di sebelah. Kalian sama-sama jatuh ke laut, tapi Pak Alex nggak pernah meninggalkannya. Padahal lukanya jauh lebih ringan darimu, tapi Pak Alex tetap merawatnya dengan sepenuh hati. Lalu, keluargamu juga nggak muncul walaupun ini sudah dua hari ... " Amelia hanya tersenyum dan tidak mengatakan apa pun. Tepat pada saat itu, pintu kamar rawat tiba-tiba didorong terbuka dengan kencang. Alex berdiri di pintu dengan ekspresi masam, dia menatap Amelia dengan sorot tajam. Perawat itu sontak tertegun seolah tidak mengerti kenapa Pak Alex muncul di sini, tetapi segera pergi saat melihat betapa masamnya ekspresi Alex. Begitu pintu kamar rawat ditutup, Alex langsung membalikkan nampan obat di atas meja di samping tempat tidur. Bunyi botol kaca yang pecah pun terdengar dengan nyaring, tablet-tablet obat berserakan di atas lantai. "Apa kamu yang mendorong Clara ke laut?" Suara Alex terdengar sangat dingin. Amelia sontak tertegun. Dia tidak mengerti kenapa Clara masih ingin menjebaknya. Batin Amelia terasa begitu lelah. "Aku nggak melakukannya." "Kamu masih mau berkilah?" Alex mencengkeram pergelangan tangan Amelia dengan kuat sampai tulang Amelia terasa nyaris remuk. "Clara sendiri yang memberitahuku! Bukannya dulu kamu sangat berbesar hati? Kenapa tiba-tiba berubah jadi begini?" Alex pun tertawa dengan dingin seolah-olah menyadari sesuatu. "Jangan-jangan ... semua toleransimu sebelumnya itu cuma pura-pura? Cuma buat menarik perhatianku?" Wajah Amelia tampak pucat karena kesakitan, tetapi dia hanya balas menatap Alex dengan tenang. Amelia bahkan merasa malas untuk menjelaskan. Sorot tatapannya itu membuat Alex jadi marah. Dia melepaskan tangan Amelia. "Oke. Kalau kamu nggak mau mengaku salah, tanggung sendiri akibatnya." Setelah itu, Alex berbalik badan dan berjalan pergi. Suaranya terdengar dingin dan tajam menusuk. "Mulai sekarang, kamu nggak akan lagi dirawat dokter ataupun perawat. Kamu tanggung saja sendiri rasa sakit itu!" Selama beberapa hari setelah itu, Amelia mengalami masa yang sangat sulit. Tidak ada dokter yang memeriksa kondisinya, tidak ada perawat yang mengganti perban di tubuhnya. Amelia terpaksa menyeret tubuhnya yang penuh luka dan berjalan perlahan ke depan lemari obat, lalu mengobati dirinya sendiri dengan gemetar. Amelia terjatuh beberapa kali ke atas lantai hingga lututnya memar, tetapi dia tetap bangkit sambil menggertakkan gigi. Alex mungkin mengira bahwa Amelia, sebagai "putri kesayangan Keluarga Kresta", tidak akan mampu menahan penderitaan seperti ini. Sayangnya, Alex tidak tahu bahwa dia bukanlah Emily. Amelia bukan seorang gadis terhormat yang dibesarkan di dalam rumah kaca. Dia adalah Amelia yang tumbuh besar di pedesaan dan dibuang oleh orang tuanya sejak kecil. Saat sedang sakit pun Amelia harus menanggungnya sendiri. Bagi Amelia, rasa sakit ini sebenarnya bukan apa-apa. Beberapa hari kemudian, Amelia baru saja menyelesaikan prosedur keluar rumah sakit. Saat sedang merapikan barang-barangnya, pintu kamar rawat tiba-tiba didorong terbuka dengan keras. Alex masuk dengan ekspresi muram dan langsung menggenggam pergelangan tangan Amelia. "Ikut aku." "Buat apa?" tanya Amelia sambil mengernyit. "Gary menculik Clara," jawab Alex, suaranya terdengar tegang. "Gary secara khusus memintamu untuk ditukar dengan Clara. Dia bilang akan membebaskanmu setelah tiga hari." Rasanya jantung Amelia seperti berhenti berdetak selama sepersekian detik. Gary Utomo dikenal sebagai seorang mesum di kalangan mereka. Pria itu selalu menatap Amelia dengan sorot yang menjijikkan dan membuat merinding. "Nggak mau." Amelia langsung menolak. Alex balas menatap dengan dingin. "Kamu nggak punya pilihan lain." Alex menatap Amelia dan nada bicaranya pun melembut. "Gary tertarik padamu, jadi dia nggak akan ngapa-ngapain kamu. Yang penting kamu patuh. Setelah ini, aku akan setujui apa pun permintaanmu." Amelia pun mengangkat pandangannya dan tiba-tiba tersenyum. "Oke, kalau gitu aku minta sebuah pesta pernikahan." Alex sontak terkejut. "Apa?" "Dulu kita kan cuma mendaftarkan pernikahan kita, nggak ada pesta," jawab Amelia dengan tenang. "Aku minta kamu memberiku pesta pernikahan." Ini adalah salah satu bagian dari rencana Amelia. Saat Emily kembali, perlu diadakannya sebuah pesta pernikahan yang megah agar semua orang dapat menyaksikan secara langsung peralihan identitas "Nyonya Emily". Alex terdiam cukup lama, tetapi akhirnya mengangguk. "Oke, aku setuju." Ketika Amelia dibawa ke vila Keluarga Utomo, Gary sedang bersantai di sofa dan tersenyum lebar melihatnya. "Nyonya Emily, sudah lama nggak bertemu." Amelia menahan rasa mualnya saat jemari Gary mengelus wajahnya dan tidak menghindar. Siksaan selama dua hari pertama masih tergolong "ringan". Gary hanya menyuruh orang untuk mengambil darah Amelia, satu tabung demi satu tabung. Amelia sudah mati rasa dengan rasa sakit saat jarum menusuk pembuluh darahnya, tetapi hatinya tetap terasa bergetar saat melihat darahnya mengalir masuk ke dalam tabung-tabung kaca itu. Pada hari ketiga, Amelia mendengar bisikan pengawal di luar pintu dalam keadaan setengah tidur. "Apa Tuan Muda sudah gila? Apa Tuan Muda benar-benar akan menguras habis darah wanita itu, lalu menjadikannya spesimen?" "Ssst, jangan kencang-kencang ... Tuan Muda bilang wanita itu cantik banget, jadi dia ingin menjadikan wanita itu spesimen setelah mati agar bisa disimpan selamanya ... " Sekujur tubuh Amelia sontak terasa dingin. Ini yang Alex pastikan "tidak akan kenapa-kenapa"? Amelia bahkan terancam harus mengorbankan nyawanya di sini! Rasa dingin yang menusuk tulang pun menjalar dari telapak kaki hingga ke punggungnya. Amelia menggigit bibirnya dengan keras, tubuhnya baru berhenti gemetar saat dia merasakan rasa darah. Saat para pengawal sedang lengah, Amelia meraih hiasan kristal di tepi tempat tidur dan melemparkannya ke arah jendela dengan sekuat tenaga. "Prang!" Pecahan kaca pun bertebaran. Amelia memotong tali dengan tepi beling yang tajam, lalu melompat dari lantai dua. "Krak!" Terdengarlah bunyi itu dari pergelangan kaki kanannya. Rasa sakit yang hebat membuat pandangan Amelia menggelap, tetapi dia tidak berani berhenti. Dengan pergelangan kaki yang terkilir, Amelia terhuyung-huyung berlari kabur dari rumah Keluarga Utomo kembali ke vila Keluarga Giarno. Ketika membuka pintu ruang tamu, Amelia melihat Alex sedang berlutut dan mengoleskan obat di pergelangan kaki Clara dengan hati-hati. "Alex ... " Clara berujar dengan mata yang berkaca-kaca, "Nona Emily sudah lama banget nggak pulang, apa kamu sama sekali nggak khawatir?" Gerakan Alex terhenti sejenak, lalu dia menjawab dengan nada yang sangat lembut, "Yang kukhawatirkan cuma kamu. Kenapa kamu nggak memberitahuku waktu kakimu terkilir? Kamu mau aku mati khawatir?" Amelia berdiri di pintu dengan tubuh yang basah kuyup. Pergelangan kakinya bengkak parah, tetapi dia bahkan tidak mendapatkan lirikan sedikit pun. Amelia berjalan melewati kedua orang itu dengan ekspresi datar. "Emily?" Alex baru menyadari keberadaan Amelia dan sontak bangkit berdiri. "Kamu ... "

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.