Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 2

"Kak Victor, beberapa tahun ini kamu pasti nggak bahagia, 'kan?" " Aku tahu kamu nggak cinta dia, malam ini kita ketemu, ya. Aku kangen kamu." Sampai layar ponsel meredup, Julie masih belum tersadar dari lamunannya. Dia naik taksi, lalu menuju kantor Victor. Di perjalanan, Julie menatap keluar jendela. Hujan rintik-rintik seakan tidak pernah berhenti. Victor tidak suka Julie datang ke kantornya. Karena itu, setiap kali mencarinya, Julie selalu lewat pintu belakang dan naik lift barang. Setelah asisten pribadi Victor, Mike, melihat Julie datang, dia hanya menyapanya dengan dingin, "Nona Julie." Di sisi Victor, tidak ada seorang pun yang benar-benar menganggap Julie sebagai istrinya Victor. Julie hanyalah sosok yang tidak boleh muncul. Saat Victor melihat ponselnya dibawa Julie, alisnya berkerut. Julie selalu begitu. Entah itu makan siang, dokumen, pakaian, atau payung. Selama Victor lupa, dia pasti akan mengantarkannya. "Bukannya aku sudah bilang, kamu nggak usah repot-repot anter barang." Julie tertegun. "Maaf, aku lupa." Sejak kapan ingatannya jadi seburuk itu? Mungkin karena melihat pesan yang dikirim Clara. Seketika, dia ketakutan. Dia takut Victor akan menghilang begitu saja .... Saat hendak pergi, Julie menoleh ke arah Victor. Akhirnya, dia tidak tahan untuk bertanya, "Victor, kamu masih suka sama Clara nggak?" Belakangan ini, Victor merasa Julie menjadi aneh. Dia bukan cuma sering lupa, tetapi juga suka menanyakan hal-hal aneh. Dengan sikap seperti itu, mana pantas dia menjadi istrinya Victor? Victor menjawab dengan kesal, "Kalau kamu terlalu nganggur, cari sesuatu buat dikerjakan." Akhirnya, Julie tetap tidak mendapat jawaban. Dulu, Julie pernah mencoba mencari kerja. Namun, para tetua Keluarga Luliver menolak dengan alasan jika dia keluar bekerja, itu akan mempermalukan Keluarga Luliver. Ibunya Victor, Yanny Gunandar, bahkan pernah balik bertanya dengan tidak sungkan. "Kamu mau semua orang tahu kalau Victor menikahi istri cacat yang punya masalah pendengaran?" Istri cacat .... Sepulang ke rumah, Julie berusaha menyibukkan diri. Meski rumahnya sudah dibersihkan hingga tidak berdebu, Julie tetap tidak berhenti. Hanya dengan begitu, dia masih bisa merasa dirinya dibutuhkan. Sore ini, dia tidak menerima pesan dari Victor. Biasanya jika begitu, entah Victor sedang marah atau terlalu sibuk .... Larut malam. Julie tidak bisa tidur. Tiba-tiba, ponsel di sisi tempat tidurnya berdering. Setelah beberapa saat, Julie baru menyadarinya dan meraih ponsel itu. Ternyata nomor asing. Saat diangkat, terdengar suara manis yang selalu membuat Julie takut. Clara. "Halo, ini Julie? Victor lagi mabuk, kamu bisa jemput dia nggak?" ... Klub Termita. Victor duduk di kursi utama. Dia minum dengan pikiran melayang. Di sampingnya, Clara dikerumuni para pewaris kaya yang menyuruhnya bernyanyi. "Clara, bukannya kamu pulang buat kejar Pak Victor?" "Ayo nyanyi sekalian ungkapin perasaan ke Pak Victor." Clara memiliki wajah imut, cantik dan mudah bergaul. Terlebih lagi, dia adalah cinta pertama Victor. Para pewaris keluarga kaya itu pun senang menjodohkan mereka. Clara tidak banyak basa-basi. Dia langsung memilih sebuah lagu cinta. "... Sejak kubertemu, ku telah jatuh hati padanya ...." Suaranya sangat merdu, hingga semua orang terdiam. Saat Julie sampai di depan pintu ruang VIP, Clara baru selesai bernyanyi. Di dalam, orang-orang sedang membujuk Victor. Suara sahabatnya, Steve Grayson, terdengar paling jelas. "Victor, kamu sudah menunggu Clara tiga tahun. Sekarang, akhirnya dia kembali, cepat tunjukkan sikapmu." "Clara sudah lebih dulu menyatakan perasaannya padamu." Julie terpaku di tempat, sambil menggenggam telapak tangannya dengan erat. Kebetulan saat itu, pintu ruang VIP dibuka oleh seorang pria yang hendak ke toilet. Namun, begitu melihat Julie, dia tertegun. "Nona Julie." Semua orang yang hadir menoleh ke arah pintu. Dalam sekejap, ruangan itu menjadi sunyi hingga tampak aneh. Sekilas, Julie melihat Victor di kursi utama. Tatapannya jernih. Dia jelas tidak mabuk. Julie sadar, dirinya sudah ditipu oleh Clara. Begitu melihat Julie, mata Victor menegang. Sementara yang lain, termasuk Steve yang menyarankan Victor menerima pernyataan Clara, tampak kikuk. Seharusnya Julie tidak muncul di tempat seperti ini. "Julie, jangan salah paham. Steve cuma bercanda. Aku dan Victor hanya teman biasa." Justru Clara yang lebih dulu memecah keheningan. Belum sempat Julie menjawab, Victor sudah bangkit dengan kesal. "Tak perlu kamu jelaskan padanya." Setelah berkata, dia langsung berjalan ke depan Julie. "Kenapa kamu datang ke sini?" "Aku kira kamu mabuk, jadi aku datang menjemputmu," jawab Julie dengan jujur. Victor terkekeh dingin. "Sepertinya apa yang aku bilang tadi, kamu sama sekali tak ingat." Dia menurunkan suaranya, hingga hanya terdengar oleh mereka. "Kamu pikir selama tiga tahun ini, semua orang sudah lupa kalau aku ditipu tiga tahun lalu ? Jadi kamu datang dan ingin mengingatkan mereka lagi?" Julie tersentak. Tatapan Victor menjadi masam. "Berhenti mencari perhatian. Sikapmu begini cuma bikin aku makin muak!" Selesai berkata, dia meninggalkan Julie begitu saja. Julie menatap punggungnya yang tegap. Dia tidak tersadar untuk waktu lama. Hari ini mungkin adalah hari di mana Victor berbicara paling banyak padanya. Namun, kata-kata itu juga paling menyakitkan. Para pemuda kaya di dalam ruang itu menatap Julie yang ditinggalkan, tanpa rasa iba sedikit pun. Steve bahkan berkata pada Clara yang pura-pura sedih tanpa memedulikan Julie. "Clara, kamu terlalu baik. Hal begini mana perlu dijelaskan?" "Kalau saja Julie tak menipu Pak Victor untuk menikah, yang dinikahi Victor pasti kamu. Kamu tak perlu pergi jauh ke luar negeri dan hidup susah." Kuping Julie berdenging, tetapi setiap kata-kata itu terdengar jelas. Dia lebih tahu daripada siapa pun. Entah Victor menikahi Julia atau tidak. Hal yang pasti adalah dia tidak akan menikahi Clara yang tidak punya latar belakang keluarga. Clara tahu betul hal itu. Jadi, dia memilih putus dan pergi jauh ke luar negeri dulu. Namun, akhirnya, kenapa semua malah jadi salahnya Julie? Julie pulang ke Vila Glendale. Seperti biasa, rumah itu sunyi dan gelap gulita. Bagaimana saat dia keluar, begitu pula saat dia kembali. Victor tidak pulang. Julie berdiri di depan pintu sambil memegang payung. Dia merasa seolah seluruh tubuhnya diselimuti kegelapan. Tiba-tiba, dia enggan masuk ke rumah yang selalu hanya ada dirinya seorang. Dia memilih duduk di gazebo, lalu menatap hujan dingin sambil diterpa angin malam. Entah sudah berapa lama, tiba-tiba sosok anggun muncul di hadapannya. Clara! Wanita itu berdandan rapi, mengenakan sepatu hak kecil, lalu duduk di sampingnya. "Malam ini dingin banget. Kamu cari Victor di tengah malam, malah ditertawakan, rasanya gimana?" Mendengar itu, Julie tidak menjawab. Clara tidak peduli. Dia terus bicara sesuka hatinya. "Kamu tahu nggak? Awalnya, aku sangat iri sama kamu. Kamu punya keluarga baik, Ayah yang sayang kamu. Hidupmu tanpa beban seumur hidup." "Tapi, sekarang aku justru kasihan sama kamu. Kamu diam-diam suka Victor belasan tahun, tapi dia tak pernah memberimu sedikit pun cinta."

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.