Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 7

Kayla tetap tidak bisa memanggilnya dengan sebutan kakak. Karena Kayla sangat menyukainya. Saking sukanya dia, meskipun Matthew memandangnya dengan dingin dan pura-pura tidak melihatnya, Kayla tetap bahagia, asalkan bisa berada di dekatnya. Namun, Matthew memang tidak menyukainya. Karena orang yang ada di dalam hatinya terlalu penting, dia bahkan tidak bersedia memberi kesempatan untuk berinteraksi atau mengenalnya lebih dalam. Namun, Kayla juga mengaguminya. Dalam hidup yang serba cepat ini, hanya mencintai satu orang adalah hal yang sangat langka. Selera Kayla dalam memilih pria cukup bagus, 'kan? Jadi, meskipun hatinya terasa perih, Kayla rela mengorbankan dirinya demi kebahagiaan orang lain. Matthew bilang, bros itu bisa diambil kapan saja darinya, atau jika perlu, dia akan mengantarkannya langsung. Saat Kayla menyetujuinya, dia merasa jauh lebih lega dari sebelumnya. Menurut Kayla, dirinya sangat baik. Suatu hari nanti, akan ada seseorang yang memperlakukannya seperti berlian berharga. ... Mendengar Natalie memanggil putranya pergi di momen yang penting, Margaret sangat marah hingga memukul meja. "Wanita itu bahkan nggak ada separuh baiknya dibandingkan Kayla! Kenapa Matthew bisa begitu tergila-gila? Aku harus mencari kesempatan lagi agar mereka bisa lebih dekat. Kecantikan dan sifat baik seperti Kayla jelas lebih cocok untuk putra kita." "Bu, nggak perlu repot-repot lagi. Aku sudah bicara dengan Kayla," jawab Matthew sambil membawa Chris yang kelelahan masuk ke dalam rumah. Melihat orang tuanya yang masih belum tidur di jam 3 subuh, Matthew merasa tidak berdaya. "Lagi ngobrolin apa?" "Tunggu sampai aku menyesuaikan diri dengan jet lag, aku akan bercerai dengannya," ucap Matthew sambil membuka kerah bajunya dan duduk di sofa. "Kayla juga setuju?" Margaret agak terkejut. "Ya, aku baru saja mengantarnya pulang, dia bahkan mendoakan aku. Seperti yang Ibu inginkan, mulai sekarang kita adalah kakak beradik." Margaret tidak menyangka bahwa mereka berdua sudah mendiskusikannya dan sepakat. "Gadis cantik seperti bunga itu menikah denganmu, tapi selama tiga tahun ini kamu hanya menjadikannya hiasan, dan sekarang bercerai begitu saja? Matthew, kamu yakin nggak akan menyesal?" "Nggak menyesal!" Margaret tersedak, sampai tak bisa berkata-kata lagi. Dia menarik suaminya naik ke lantai atas sambil terus memaki, "Kayla yang begitu baik dia nggak mau, malah memilih yang seperti itu. Matanya memang sudah sembuh, tapi otaknya malah bermasalah. Benar-benar bodoh!" ... Kayla bergadang dua malam berturut-turut. Jadi, dia tidur dan baru bangun setelah makan siang. Kayla mencium aroma masakan. Dia keluar dari kamar tidur, dan melihat Vina, temannya, sedang memasak bubur. Kayla bersandar di dinding dekat pintu dapur, tersenyum dan berkata, "Halo, gadis baik hati!" "Yang Mulia Putri, mandilah dan setelah itu makan." Kayla benar-benar lapar. Tanpa buang waktu, dia segera mandi, lalu duduk di meja makan. Sambil makan, dia bertanya pada Vina, "Bukannya kamu bawa orang ke Kota Astria untuk syuting?" "Ibu mertuamu nggak tenang memikirkanmu, jadi menyuruhku datang merawatmu," jawab Vina, sambil memberikan bubur yang sudah disiapkan padanya. "Kamu benar-benar mau bercerai dengan Matthew?" "Ya." "Kamu sudah menunggunya selama enam tahun, dan akhirnya hanya berakhir seperti ini?" Vina merasa kasihan padanya. "Saat itu, kalau bukan karena kamu, Matthew pasti sudah mati." Melihat sahabatnya yang tampak marah, Kayla berkata, "Aku sudah lelah. Sejujurnya, melihat Matthew begitu bersikeras memilih Natalie, aku cukup tersentuh." "Tersentuh? Lalu, bagaimana denganmu, sejak kecil sudah ... apakah kamu benar-benar rela?" Bulu mata Kayla bergetar. "Nggak rela meninggalkan ibu mertuaku." Vina tertawa geli melihat ulahnya. "Bercerai juga bagus. Di Kota Andara banyak pria yang lebih baik dari Matthew. Mau ikut aku keluar malam ini? Aku carikan beberapa untukmu?" "Oke! Aku mau yang tampan," jawab Kayla tanpa rasa sungkan. Begitu selesai berbicara, telepon dari ibu mertua masuk, memintanya untuk makan malam di rumah dan sekaligus membahas pembagian harta gono-gini setelah perceraian. Kayla membeli kue kesukaan Margaret, lalu menuju rumah Keluarga Walker. Di ruang tamu, selain orang tua Matthew, ada seorang pengacara juga. [Kayla, panggil si berengsek itu turun,] ucap Margaret. Kayla naik ke lantai atas, mengetuk pintu kamar Matthew. Dia menunggu cukup lama, tetapi tidak ada yang merespons. Kayla masuk ke dalam kamar. Karena tidak melihat Matthew, dia hendak pergi ke ruang baca. Namun, Kayla mendengar suara dari belakang. Dia menoleh dan melihat Matthew yang baru keluar dari kamar mandi. Tubuhnya masih basah kuyup, rambut yang biasanya rapi kini berantakan di dahinya. Tetesan air mengalir pelan dari rambutnya, menyusuri bahu, kemudian mengikuti garis tubuh yang jelas, melewati otot dada dan perut, sebelum akhirnya menghilang di balik handuk yang melilit pinggangnya ...

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.