Bab 6
Shayne menatap Merry seolah sedang melihat istri yang suka mengacau.
"Aku nggak pernah melakukannya, untuk apa mengaku?"
Merry mengerti kalau seorang pria tidak akan pernah mengakui perselingkuhannya.
Meskipun tertangkap basah selingkuh di ranjang, mereka selalu bisa mencari alasan lain.
Merry terlalu malas untuk mengoceh dengannya. Dia mengeluarkan surat cerai dari tas dan melemparkannya ke arah Shayne.
"Ini surat cerai. Lihatlah dulu. Kalau nggak ada masalah, tanda tangani."
Setelah pulih, Merry tidak pernah keluar rumah. Besok dia ingin pergi ke vila untuk ambil barang-barangnya, jadi dia sudah menyiapkan surat cerai di dalam tas.
Karena bertemu Shayne di sini, lebih baik langsung diserahkan padanya.
Ucapan kasar Merry dan sikap menentangnya terhadap Nenek telah membuat Shayne kesal.
Merry beberapa kali mengancam akan bercerai, ini membuat Shayne semakin marah.
"Merry, sudah cukup."
Begitu selesai bicara, dia melihat dokumen yang Merry lempar.
Kata "surat cerai" begitu mencolok di bawah cahaya lampu jalan.
Shayne terdiam dan langsung membaca surat cerai tersebut.
Begitu membalik halaman terakhir, dia melihat nama Merry sudah ditandatangani di bawah.
Tatapan Shayne langsung menjadi muram.
Ternyata Merry sudah menyiapkan surat cerai.
Apakah ini trik barunya atau ....
"Merry ...."
Shayne hendak mengatakan sesuatu sebelum disela oleh Merry.
"Kalau kamu kira aku mengacau lagi, ya ... besok pagi ayo ketemu di Kantor Catatan Sipil jam sembilan."
Sepasang mata gelap Shayne semakin dalam.
Tidak lama, Shayne pun berbicara.
Shayne mencibir, "Dulu kamu pakai segala cara agar aku menikahimu dan sekarang mau bercerai, kamu anggap aku ini apa?"
Jawaban Shayne benar-benar di luar dugaan Merry.
"Shayne, kamu nggak suka aku, 'kan?"
Pria itu menjawab tanpa ragu, "Benar."
"Karena kamu nggak kamu suka aku dan sekarang Sofie sudah kembali untuk mencarimu. Sepertinya ... dia tidak keberatan kamu menikah lagi. Bukankah kalian berdua bisa bersama secara sah setelah bercerai denganku?"
Merry terdiam dan senyuman sinis muncul di bibir merahnya.
"Mungkinkah Pak Shayne lebih suka sensasi selingkuh?"
Shayne tiba-tiba menunduk dan wajah tampannya perlahan mendekati telinga Merry.
Aroma segar pohon pinus tercium di sela napasnya.
Napas Merry agak tercekat.
"Bukankah seharusnya kamu lebih tahu kenapa aku nggak menceraikanmu dariku?"
Bulu mata Merry agak bergetar, "Shayne, apa maksudmu?"
"Merry, kamu sengaja menanyakan ini?" Pria itu berbisik di telinganya, "Kalau bukan gara-gara kamu membujuk Kakek untuk mengancamku dengan saham, bilang aku nggak boleh menggugat cerai selama tiga tahun kecuali aku punya anak atau sahamku di Grup Wilson akan dibekukan selamanya. Kalau bukan karena itu, kamu pikir aku mau selalu mengalah padamu selama ini?"
Suara Shayne begitu dingin bagaikan butiran es yang menetes di piring, terdengar sangat merdu.
Akan tetapi, setiap kata yang diucapkannya begitu dingin yang meresap ke dalam hati.
Tangan dan kaki Merry menjadi dingin.
Kakek Adrian ... tidak mengizinkan mereka bercerai?
Dia belum pernah mendengar Kakek Adrian menyebutkan masalah ini.
Pantas saja Shayne tidak pernah menyebut masalah cerai meskipun Sofie telah kembali.
Pantas saja Shayne tidak pernah menolak untuk tidur dengannya.
Merry dengan bodohnya meyakinkan diri sendiri kalau Shayne masih menganggapnya sebagai istri dan masih menyukainya.
Kalau tidak, untuk apa dia menyentuh wanita yang tidak disukai?
Ternyata semuanya itu karena ingin Merry hamil.
Hati Merry terasa sakit begitu teringat anak yang telah tiada sebelum lahir.
Dia menatap Shayne dan bertanya, "Kamu akan langsung mencampakkanku begitu aku melahirkan anak Keluarga Wilson?"
Suara pria itu sangat dingin. "Aku tahu alasanmu menikah denganku. Tenang saja, setelah cerai, aku akan memberimu banyak uang untuk kamu hamburkan, juga akan memberimu tunjangan hidup tambahan setiap bulan. Soal anak ...."
Shayne terdiam sejenak. "Kuharap kamu nggak akan pernah muncul di hadapannya lagi."
Ini berarti anak itu harus putus hubungan dengannya?
Ternyata Shayne sudah memikirkan segalanya.
Hanya saja Merry tidak tahu apa-apa dan mencoba menggunakan anak untuk membuat Shayne berubah pikiran.
Saat kehilangan anak, Shayne malah bersama wanita lain dan bahkan tidak tahu anak itu ada.
Kuku Merry tanpa sadar menusuk telapak tangannya.
Hatinya terasa sangat sakit.
Tatapan muram Shayne tanpa sadar tertuju padanya.
"Merry, kamu nggak hamil, 'kan?"
Sorot mata Merry menjadi dingin.
"Tentu saja ... nggak."
Tidak seharusnya Merry menggunakan anak sebagai alat untuk mempertahankan pria itu.
Pantas saja anak itu meninggalkannya.
Merry tidak layak menjadi ibu dari anak itu dan Shayne bahkan tidak layak mengetahui keberadaan anak itu.
Dia mendongak perlahan untuk menatap mata gelap pria itu dan berkata perlahan, "Sekalipun ada, akan kugugurkan!"
Shayne tertegun selama beberapa detik dan sorot matanya menjadi muram.
"Mau digugurkan?" Dia mencibir, "Kamu sudah berusaha begitu keras untuk menikah dengan Keluarga Wilson, apa kamu rela melepaskan jaminan yang bisa membuatmu menikmati kemewahan dan kejayaan ini?"
"Tinggal tiga bulan lagi sampai batas waktu tiga tahun. Merry, sekarang kamu malah minta cerai denganku ... mungkin kamu tahu niatmu yang sebenarnya lebih baik dariku, 'kan?"
Hati Merry sudah mati rasa karena sakit, tetapi dia malah tertawa terbahak-bahak.
"Pak Shayne, menurutmu apa niatku?"
Shayne mengejek, "Kamu belum melahirkan anak untuk Keluarga Wilson dan masa tiga tahun hampir habis. Bukankah kamu menggugat cerai saat ini cuma untuk bernegosiasi denganku dan membagi keuntungan setelah cerai?"
"Bagi keuntungan?" Merry mengangkat dagu yang indah, keangkuhan yang belum pernah muncul sebelumnya terpancar di matanya. "Maaf, uang Keluarga Wilson nggak cukup untuk menarik perhatianku."
Bagi Shayne, Merry adalah wanita yang mencari keuntungan dan serakah.
Dia sama sekali tidak percaya apa yang Merry katakan.
"Merry, tinggal tiga bulan lagi. Jadilah istri yang baik. Setelah kita cerai, aku akan memberimu sejumlah uang. Aku nggak peduli bagaimana kamu bertemu Dean, tapi sekarang kamu tetap istriku."
Pria itu menatapnya tanpa ada sedikit pun kehangatan.
"Nggak peduli seberapa nggak sabarnya kamu ingin cari pasangan lain, tetap saja harus tunggu tiga bulan. Aku nggak mau dengar gosip buruk selama waktu ini. Kalau kamu mencoreng citra Keluarga Wilson, aku nggak akan memberimu sepeser pun."