Bab 7
Menghadapi sikap meremehkan Shayne, Merry berkata dengan wajah datar, "Shayne, aku pasti akan menceraikanmu!"
Setelah mengatakan itu, Merry berbalik dan pergi.
...
Merry berkeliling di taman belakang.
Mungkin karena telah kehilangan muka di pesta itu atau enggan meninggalkan Sofie sendirian di luar, Shayne dan Nyonya Besar Nera sudah pergi ketika Merry kembali.
Kevin telah kembali ke perjamuan.
Merry berjalan ke sisi Kevin dan bertanya, "Ke mana saja kamu tadi? Kok lama sekali baru kembali?"
"Aku pergi menemui Tuan Besar Samuel." Kevin menatap Merry dengan senyuman lembut tersungging di wajahnya, "Aku juga sudah dengar apa yang terjadi tadi. Untung saja ada Dean yang membantumu."
Merry tiba-tiba mengerti sesuatu. "Kak, kamu sengaja pergi?"
Kevin tersenyum tanpa menyangkalnya.
"Tentu saja, lebih baik berikan kesempatan menjadi pahlawan dan menyelamatkan gadis cantik ini kepada Dean. Kalau nggak, Shayne akan mengira nggak ada yang menginginkan adikku."
"Kak, sejak kapan kamu jadi kekanak-kanakan begini?" Merry menghela napas tanpa daya, "Kamu tahu aku nggak punya perasaan apa pun pada Kak Dean. Aku cuma menganggapnya sebagai kakak."
Kevin mengangkat alisnya. "Ada aku saja sudah cukup, ngapain butuh begitu banyak kakak?"
Merry ingin mengatakan sesuatu, tetapi disela oleh Kevin.
"Oh ya, kamu sudah menganggur selama tiga tahun dan menyerahkan semua pekerjaan padaku. Bukankah sudah waktunya untuk kembali bekerja?"
"..."
Kevin menatapnya dan berkata, "Merry, meski kamu kabur dari rumah demi Shayne, Ayah dan Ibu tetap menyayangimu. Mereka melihat hubunganmu dengan Shayne nggak begitu baik di berita, jadi mereka mengutusku ke sini untuk membantumu."
"Membantuku?"
Kevin mengangguk. "Meski Keluarga Wilson nggak sekaya keluarga kita, pengaruh mereka di Negara Zazie nggak bisa diremehkan."
"Kamu menikah dengan Keluarga Wilson dengan tangan kosong. Ayah dan Ibu khawatir kamu akan diremehkan orang lain, jadi mereka menyuruhku untuk memberikan proyek besar kepada Shayne, sekaligus serahkan semua aset Keluarga Lumanto kepadamu."
Merry mengerutkan kening. "Kontrak dengan Grup Wilson sudah ditandatangani?"
Proyek besar yang Kevin sebutkan jelas bukan proyek biasa. Bahkan keluarga kaya raya seperti Keluarga Lumanto pun tidak berani meremehkan.
Kevin meliriknya dan berkata, "Kontrak sudah ditandatangani sehari sebelum kamu meneleponku. Aku ingin memberimu dan Shayne kejutan, tapi ternyata ...."
Merry terdiam beberapa saat. "Aku dan Shayne sudah mau cerai, nggak bisakah kerja sama ini dihentikan?"
Kevin menggelengkan kepalanya dengan menyesal. "Grup Wilson telah berkembang pesat selama bertahun-tahun dan Shayne memang orang yang cakap. Ayah dan Ibu merasa merekalah yang bersalah dalam apa yang terjadi padamu sebelumnya, jadi mereka memberikan proyek sebesar ini kepada Shayne untuk menebusnya ...."
"Kalau melanggar kontrak, itu seperti memberikan setengah dari Grup Lumanto kepada Grup Wilson."
Merry memejamkan mata dan menarik napas dalam-dalam.
"Maaf, saat itu akulah yang terlalu egois dan membuat orang tua kita sedih."
Kevin tidak bermaksud menyalahkannya. "Ini cuma proyek, nggak masalah kalau sudah diberikan. Oh ya, bagaimana obrolanmu dengan Shayne?"
Sorot mata Merry terlihat kesal. "Dia nggak mau cerai."
"Kenapa?"
Merry menjelaskan seluruh cerita.
Setelah mendengar ini, Kevin menghela napas pelan.
"Ini Negara Zazie. Kalau dia nggak mau menceraikanmu, kamu nggak bisa berbuat apa-apa. Tapi barusan dia bilang mau tunggu sampai masa tiga tahun habis sebelum menceraikanmu."
Merry mengangguk.
Kevin merenung. "Tinggal tiga bulan lagi sampai masa tiga tahunmu habis. Meski sekarang kamu mengajukan cerai, masih ada masa tenang selama satu bulan. Kalau pakai jalur gugatan cerai, prosesnya terlalu lama dan mungkin saja akan ada hal nggak terduga terjadi di tengah jalan ...."
Kevin menatap Merry dan bertanya, "Bagaimana kalau tahan dulu selama tiga bulan?"
Negara Zazie sangat melindungi pernikahan. Meskipun pasangan berselisih pendapat, perceraian hampir tidak akan dikabulkan kalau ada satu pihak tidak setuju.
Kalau terus bertengkar, berpisah dan mengikuti prosedur, sudah dianggap cepat kalau bisa bercerai dalam waktu dua tahun.
Bersabar selama tiga bulan justru merupakan pilihan terbaik.
Shayne tidak sering pulang, jadi bersabar selama tiga bulan lagi bukanlah masalah besar.
Namun Merry tidak bisa menerima hal ini.
Shayne mengambil semua keuntungan. Kelak Shayne akan menggunakan uang yang diperoleh yang diberikan kepadanya oleh Keluarga Lumanto untuk membiayai Sofie si selingkuhan itu.
Sebelum bertemu Shayne, kapan dia pernah merasa begitu lemah?
Seolah bisa melihat apa yang wanita itu pikirkan, Kevin berkata, "Pada hari penandatanganan kontrak, aku melihat wanita bernama Sofie yang menemani Shayne sebagai sekretarisnya."
Kevin membujuk dengan sabar, "Setelah proyek ini beres, akan kuserahkan padamu. Merry, toh sekarang kamu belum bisa cerai, kenapa nggak balas dendam dulu?"
Merry melirik ke arah Kevin dan berkata, "Kak, kamu nggak mau tambah beban kerja sendiri, jadi kamu mencari alasan yang muluk-muluk, 'kan?"
Merry dan Kevin adalah saudara kandung, jadi dia tahu betapa liciknya Kevin.
Meskipun Merry telah membongkar niatnya, Kevin tidak marah.
"Kamu sudah istirahat lebih dari tiga tahun, nggak keterlaluan kalau biarkan aku istirahat selama tiga bulan, 'kan?"
Merry tahu Kevin datang ke sini demi dirinya dan orang tua mereka juga menggunakan kejadian ini untuk memberitahunya kalau dia bisa pulang.
Semua kejadian ini disebabkan oleh keegoisan Merry sendiri dan tidak seharusnya Kevin membereskan semua kekacauan ini.
Memikirkan hal ini, Merry mengangguk perlahan.
"Oke."
...
Keesokan harinya, Merry dan Kevin telah menentukan waktu serah terima sebelum bersiap pergi ke mal untuk membeli beberapa set pakaian.
Shayne selalu percaya Merry menikahinya karena uang.
Untuk membuktikan dirinya tidak menikah demi uang, Merry tidak membeli pakaian atau perhiasan apa pun dalam tiga tahun terakhir karena takut Shayne akan salah paham padanya.
Sekalipun hidup sederhana, dia tetaplah seorang wanita yang hanya mementingkan keuntungan di mata Shayne.
Di mal, Merry sedang mencoba gelang giok.
Merry sangat menyukai gelang giok.
Sebelum menikah dengan Shayne, dia telah mengoleksi banyak gelang giok di rumah dan harga setiap gelang giok setidaknya mencapai puluhan miliar.
Sekarang Merry belum bercerai dengan Shayne, jadi dia tidak boleh terlihat mencolok.
Merry memilih gelang senilai 4 miliar untuk dicoba.
Melihat Merry memeriksa gelang itu dengan profesional dan lancar, serta berpenampilan anggun, sekilas pelayan itu tahu Merry adalah pelanggan kaya. Itu sebabnya dia semakin antusias dalam mempromosikan produk.
Merry melepas gelang itu dan hendak menyuruh pelayan untuk membungkusnya sebelum suara sinis terdengar dari belakang.
"Hei, kalau nggak mampu beli ya jangan beli. Ini bukan tempat yang bisa dikunjungi orang miskin. Masih dicoba ... nggak takut bau miskin nempel di gelang?"
Pemilik suara itu terdiam sejenak, lalu berkata dengan angkuh, "Pelayan, bersihkan gelang itu. Kami mau beli!"