Bab 9
Franciska sangat gembira melihat orang yang datang.
"Kak Shayne!" Franciska menunjuk ke arah Merry dan mengeluh, "Entah apa yang salah dengan Merry, dia ngotot merebut barang yang Sofie suka! Dia juga menyebarkan gosip buruk tentang Keluarga Wilson dan melarang orang berbelanja di sana!"
Kemampuan Franciska untuk memutarbalikkan fakta benar-benar luar biasa.
Sebelum Merry bisa mengatakan apa pun, tatapan suram dan dingin Shayne tertuju pada di wajahnya.
"Merry, kembalikan gelang itu ke Sofie."
Franciska terlihat puas dan Sofie juga mengangkat sudut bibirnya membentuk senyuman.
Kembalikan?
Sungguh kata yang cerdas.
Merry juga tidak merasa kesal dan suaranya lembut.
"Pak Shayne, nggak mau coba pahami seluruh cerita sebelum mengambil keputusan?"
Wajah tampan Shayne terlihat acuh tak acuh. "Sejak Sofie kembali, kamu selalu menentangnya dan selalu bilang kamu nggak bersalah, tapi aku melihatmu kalau kamu menindasnya. Apa lagi yang perlu dicari tahu?"
Awalnya ketika Merry dan Sofie berselisih, Shayne memeriksa rekaman kamera pengawas untuk memahami situasi.
Ironisnya, setiap adegan menunjukkan bagaimana Merry "mengincar" Sofie.
Seiring berjalannya waktu, Shayne sudah malas untuk percaya pada cerita Merry.
Merry melirik wajah pria yang dingin dan tampan itu, lalu menatap Sofie serta sahabatnya yang provokatif.
Dia tersenyum dan berkata, "Oke, karena Nona Sofie suka, kuberikan saja padanya."
Raut wajah Shayne agak melembut, senyuman Sofie semakin jelas dan Franciska terlihat lebih sombong.
Merry menyerahkan gelang itu. "Nona Sofie, ini."
Gelang ini merupakan bukti Shayne menyayanginya dan juga merupakan penghargaan yang dimenangkan setelah berdebat dengan Merry.
Sofie tidak menolak dan mengulurkan tangan untuk mengambilnya.
Akan tetapi saat Sofie hendak mengambil gelang itu, gelang itu terlepas dari tangannya dan jatuh ke lantai.
"Prang!"
Dengan suara pecahan yang memekakkan telinga, gelang itu jatuh dan pecah berkeping-keping.
Semua orang membeku dan Sofie tercengang untuk waktu yang lama.
"Nona Sofie." Merry tiba-tiba berbicara untuk memecah keheningan dengan nada mencela, "Bukankah kamu sangat menginginkan gelang ini? Kok begitu ceroboh sampai nggak diambil?"
Sofie sadar kembali. "Merry ... kamu sengaja melakukan itu!"
"Jelas Nona Sofie sendiri yang nggak ambil, kok malah menyalahkanku?" Merry mengangkat alis dengan bingung. "Toh Nona Sofie yang ceroboh, kok malah menuduhku sengaja melakukannya?"
"Jangan-jangan ...." Merry terdiam sejenak sambil setengah tersenyum. "Nona Sofie sudah berpengalaman dalam hal ini?"
Franciska berkata dengan marah, "Kak Shayne, lihatlah Merry yang kejam sekali! Dia sengaja nggak mau Sofie meraih gelang dan malah menyalahkannya! Benar-benar nggak tahu malu!"
Mana mungkin Shayne tidak tahu trik kecil Merry? Dia pun berkata dengan dingin, "Merry, minta maaf pada Sofie!"
Merry berkata dengan acuh tak acuh, "Kalau aku nggak mau, apa yang akan kamu lakukan padaku?"
Shayne tercengang.
Dulu Merry pasti akan berusaha mati-matian menjelaskan ketidakbersalahannya.
Mencari segala macam alasan dan keterangan, tetapi pada akhirnya tidak bisa membantah dan hanya bisa meminta maaf dengan mata memerah untuk meredakan suasana.
Akan tetapi, saat ini Merry berkata dengan sombong, "Kalau aku nggak mau, apa yang akan kamu lakukan padaku?"
Benar, kalau Merry tidak mau meminta maaf, siapa yang bisa melakukan sesuatu padanya?
Franciska berkata dengan marah, "Kak Shayne, Merry sengaja merusak barang. Kita harus panggil polisi untuk menangkapnya dan penjarakan selama beberapa hari untuk merenung! Ayo lihat dia masih bisa begitu sombong dan nggak mau minta maaf atau nggak!"
Merry tersenyum dan berkata, "Sepertinya Nona Franciska nggak begitu paham hukum. Kalau merusak barang jualan, cukup bayar ganti rugi harga aslinya saja dan nggak perlu dipenjara."
Franciska menunjuk ke arahnya dan berteriak.
"Dia mengakuinya! Kak Shayne, wanita ini mengaku kalau dia sengaja merusaknya!"
Suaranya begitu lantang hingga memekakkan telinga.
Merry menggosok telinganya yang terasa perih. "Nggak cuma otak Nona Franciska yang nggak berfungsi dengan baik, bahkan telinga juga sama. Sudah kubilang akan kuganti barang dengan harga asli, tapi kamu malah bilang aku sengaja merusaknya ... apa hubungannya?"
Franciska berkata dengan yakin, "Bukankah kamu bilang mau ganti rugi dengan harga asli karena nggak mau masuk penjara dan merasa bersalah!?"
Setelah mendengar kata-kata yang tidak masuk akal ini dan tuduhan yang tidak cerdas, semua orang pun terlihat bingung.
Wanita ini benar-benar tidak masuk akal, seperti wanita gila.
Orang seperti ini yang datang ke mal kelas atas hanya akan menurunkan standar semua orang.
Bahkan raut wajah Sofie pun tidak terlihat bagus.
Merry tetap tenang menghadapi Franciska yang terus berkoar-koar.
"Aku nggak bilang akan bayar ganti rugi, cuma memberitahumu tentang hukum."
Franciska ingin mengatakan sesuatu, tetapi disela oleh pria itu.
"Cukup!"
Meskipun Franciska sombong, dia masih agak takut pada Shayne.
Franciska menciut tanpa berani mengatakan apa pun lagi.
Merry berbalik dan berkata kepada pelayan di samping, "Mau aku atau Nona Sofie yang merusaknya, biar Pak Shayne yang bayar."
"Nona Sofie adalah kekasih Pak Shayne. Dialah yang menjatuhkan gelang itu, jadi Pak Shayne pasti akan ganti rugi. Sementara aku ...."
Merry melirik Shayne dan berkata, "Sebagai istri, aku juga berhak pakai uang suami, 'kan?"
Begitu Merry selesai berbicara, tempat itu menjadi gempar.
"Ya ampun, Bu Merry? Ternyata dia istri Shayne?"
"Masalah Shayne bersama seorang wanita ramai dibicarakan akhir-akhir ini ... nggak kusangka ternyata dia sudah menikah?"
"Dia menikah tiga tahun yang lalu tanpa resepsi, jadi bisa dianggap sebagai pernikahan rahasia. Tapi ada beberapa orang di kalangan yang tahu."
"Lalu ... apa maksudnya dengan kekasih Pak Shayne yang dikatakan dengan lantang oleh gadis tadi?"
"Apa lagi? Tentu saja selingkuhan. Semua pria itu jahat ...."
"Ya ampun, Bu Merry ini benar-benar kasihan. Jelas dia istri sah, tapi harus tunduk pada selingkuhan saat belanja dan bahkan harus merelakan barang yang disukai padanya ...."
"Benar, barusan aku sudah lihat. Jelas Bu Merry yang pilih gelang itu dulu, terus kedua wanita itu masuk dan mulai merebut barangnya."
"Haist, suaminya jelas lebih suka selingkuhannya. Bu Merry ini benar-benar sudah menderita."
Semua orang menatap Shayne dan Sofie dengan sinis.
Shayne juga bisa memahami apa yang terjadi dari obrolan semua orang.
Ternyata dialah yang bersalah pada Merry.
Pria itu menyipitkan mata, tatapan tajamnya menyapu Sofie dan Franciska.