Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 15 Kamu Lumayan Cantik

Reza mengernyit, "Vienna, dia sudah melakukan hal seperti itu padamu, untuk apa mengajaknya makan bersama?" "Tapi, Kakak, mungkin seumur hidup Kak Ardelia nggak pernah makan di restoran sebagus ini." Vienna menoleh dengan tatapan penuh iba. Hati Vienna benar-benar terlalu baik! Reza menghela napas, mengusap kepala Vienna, lalu menatap Ardelia dengan jijik, "Karena Vienna sudah bilang begitu, aku kasih kamu kesempatan, selama kamu mau berlutut dan minta maaf padanya, aku akan mengajakmu makan bersama kami." Ardelia benar-benar tidak habis pikir, "Kalian berdua sedang main drama, ya? Apa aku bilang mau makan bersama kalian?" Tatapan Vienna penuh sindiran, suaranya terdengar lembut, "Kakak, aku tahu kamu gengsi, tapi tempat di sini harus dipesan jauh-jauh hari. Kecuali kamu mau bayar tiga kali lipat harga normal baru bisa masuk. Tapi meskipun kamu masuk, biaya per orang di atas sepuluh juta! Kamu yakin nggak mau makan bersama kami?" Dia sangat yakin, Ardelia tidak akan melewatkan kesempatan makan gratis seperti ini. Siapa sangka, Ardelia malah semakin heran, "Tiga kali lipat harga? Jadi kalian duduk di area umum?" "Area umum pun bukan level yang bisa kamu sentuh!" Reza langsung kesal, wanita ini malah menyindir mereka! Vienna juga mulai kesal. Kakak dari kampung ini bisa tidak berhenti pura-pura? Uang sebanyak sepuluh juta setara biaya makan di kampung selama setahun! Vienna baru hendak bicara lagi, tiba-tiba manajer restoran keluar tergesa-gesa. Mereka berdua memang datang ke sini untuk menjalin hubungan dengan manajer itu, jadi Vienna langsung mengenalinya dan sedikit heran, "Kakak, kenapa manajernya datang ke sini?" Reza berpikir sejenak, "Mungkinkah datang mencariku karena tahu perusahaan teknologiku baru saja terdaftar di bursa saham ...." Benar saja, manajer itu memang berjalan ke arah mereka. Reza tersenyum sombong, melirik Ardelia dengan tatapan merendahkan. Dasar wanita kampung, seumur hidup pun tidak akan merasakan hidup seperti mereka! "Nona, tamu Anda sudah datang. Aku antar Anda ke ruang VIP sekarang," ucap manajer dengan sopan, tapi dia berbicara dengan Ardelia. Ardelia mengangguk dan pergi bersama manajer, bahkan tidak melirik Vienna dan Reza sedikit pun. Keduanya tampak tidak percaya. Ardelia di ruang VIP? Padahal Keluarga Lume juga termasuk kaya, tapi mereka sendiri belum pernah masuk ke ruang VIP, karena biaya minimumnya saja sudah dua ratus juta. Sekali makan bisa menghabiskan dua ratus juta, Keluarga Lume belum sampai level itu! Mengingat kata-kata mereka barusan, wajah Vienna dan Reza seperti ditampar berkali-kali, rasanya sangat malu. "Bagaimana mungkin Kakak bisa ...." Vienna menggenggam tangannya erat dengan ekspresi rumit. "Huh, ternyata dia benar-benar dipelihara orang kaya!" Reza mendengus dingin. "Aku ingin lihat siapa pria yang memeliharanya!" Di dalam ruang VIP. Kenzo sudah datang lebih dulu. Dia sedang minum teh, setelan jas pesanan khusus yang pas di tubuhnya membuat bahunya tampak bidang dan pinggang ramping, auranya berkelas, seolah tak tersentuh urusan duniawi. Entah kenapa, Ardelia tiba-tiba teringat ucapan sahabatnya. Dia tidak rugi kalau bisa mendapatkan Kenzo. Wajah dan tubuh Kenzo memang luar biasa. "Masih belum puas melihat?" Suara berat dan magnetis pria itu menyadarkannya. Ardelia segera duduk, "Kamu pilih saja, mau makan apa." "Aku sudah pesan. Sekarang giliranmu." Kenzo menyerahkan menu dengan jari-jari panjang dan ramping. Begitu Ardelia menerima, jarinya tanpa sengaja menyentuh tangan pria itu yang dingin. Tangan Ardelia gemetar sedikit, lalu mengambil menunya. Dia melirik Kenzo. Pria itu sedang menunduk melihat ponsel. Pose sesederhana itu pun tampak santai namun berwibawa, membuat orang sulit mengalihkan pandangan. Ardelia menunduk, meneguk air. Kalau musuh tidak mengusiknya, dia juga tidak akan mengusiknya. Mungkin setelah makan malam ini, Kenzo tidak akan menghubunginya lagi. Bagaimanapun, dunia mereka berbeda jauh. Tak lama kemudian, hidangan datang. Rasanya sangat cocok di lidah Ardelia. Saat dia sedang menikmati yakitori, Kenzo tiba-tiba menyerahkan tusukan terakhir padanya. Ardelia menatapnya, "Kamu nggak suka?" "Pria sejati nggak akan merebut apa yang disukai orang lain," jawab Kenzo dengan suara rendah, matanya yang gelap menatap Ardelia. Ardelia merasa aneh, "Ada sesuatu di wajahku?" "Ya." Ardelia refleks menyentuh pipinya. Kenzo berkata, "Ya, lumayan cantik."

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.