Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 6 Kedatangan Nyonya Besar Aruna

Vienna mengerutkan alis dan merasa agak cemas, "Siapa dia?" Kekagetan melintas di mata Melisa, "Apakah Bu Elvira mengenalnya?" Orang yang dikenal oleh Elvira tentu bukan orang biasa. Jangan-jangan mereka salah menilai Ardelia? Elvira tersenyum sinis. "Tentu saja kenal. Tapi bukankah kalian keluarganya? Memangnya nggak tahu dia siapa? Dia itu juri Adeline!" Sebelum kata "juri Adeline" keluar dari mulutnya, suara dering ponsel memotongnya. Begitu melihat nama Ardelia di layar, Elvira langsung sadar. Celaka! Identitas Adeline selama ini dirahasiakan dan dia paling tidak suka jadi pusat perhatian. Elvira melirik punggung Ardelia yang hampir menghilang. Jantungnya masih berdebar kencang karena dia hampir membongkar identitasnya. Setelah itu, Elvira benar-benar kehilangan kesabarannya pada Vienna, "Kalian pergi saja. Aku sudah menonton ulang video tariannya dan aku yakin dia nggak mungkin meraih juara pertama!" Setelah berkata begitu, Elvira langsung kembali ke ruangannya. Wajah Vienna jadi jelek dan dia mengetuk pintu, "Bu Elvira, apakah kakakku melakukan sesuatu yang membuatmu marah?" Elvira yang ada di dalam nyaris meremukkan gelas di tangannya. Bagaimana bisa ada orang yang tidak tahu malu seperti ini? Benar-benar murahan! Dia sudah mengingat wajah wanita itu. Dengan sifatnya yang seperti itu, jangan harap bisa dapat nilai bagus. Elvira segera mengirim pesan pada Ardelia, menanyakan apa yang sebenarnya terjadi. Tak lama kemudian, Ardelia membalas pesannya. Setelah tahu semuanya, Elvira semakin kaget. Sial, putri palsu saja bisa sesombong ini! Setelah ketukannya tidak digubris, Vienna berbalik dengan mata memerah dan berkata dengan suara serak, "Ibu, aku tahu kakak nggak menyukaiku, tapi kompetisi kali ini sudah aku persiapkan selama bertahun-tahun. Kakak sungguh keterlaluan!" Begitu selesai bicara, Vienna langsung menangis. Melisa merasa iba dan sedikit rasa bersalahnya pada Ardelia pun berubah menjadi benci, "Dia benar-benar nggak tahu diri! Kalau dia kembali ke Keluarga Lume, aku akan menyuruhnya minta maaf padamu. Vienna, jangan menangis lagi. Ibu akan cari cara supaya kamu bisa dapat guru lain." "Baik, alangkah bagusnya kalau bisa menemukan Bu Adeline," kata Vienna sambil menyeka air mata dan tampak penuh harap. Melisa tampak ragu, "Itu ... aku coba tanya teman dulu." Adeline sangat misterius, bahkan lebih susah dihubungi daripada Elvira. Baru saja Melisa mengeluarkan ponsel, pesan dari Adrian masuk, "Vienna, nenekmu datang. Ayo kita pulang dulu." "Nenek?" Mendengar itu, Vienna mengatupkan bibir dan ikut pulang bersama Melisa. Sementara itu, Ardelia sudah kembali ke tempat Kenzo. Saat makan, dia tiba-tiba melihat pesan dari Melisa. Setelah hasil tes DNA keluar, mereka bertukar kontak seminggu lalu. Selain obrolan singkat di awal, Melisa tidak pernah menghubunginya lagi. Ardelia membuka pesan itu. Melisa, [Ardelia, kali ini kamu benar-benar mengecewakanku. Kamu jelas tahu betapa pentingnya kesempatan ini bagi adikmu, tapi kamu malah sengaja membuat masalah! Pulang dan minta maaf pada adikmu!] Tatapan Ardelia langsung dingin. Melisa untuk pertama kalinya memintanya pulang, tapi tujuannya justru supaya dia minta maaf pada putri palsu itu. Hatinya terasa sedikit sesak, tapi perasaan itu segera dia tekan. Dia masih punya orang tua dari Keluarga Myles. Kasih sayang mereka padanya sangat tulus. Ketika memikirkan mereka, sorot mata Ardelia menjadi lembut. Kenzo menatapnya, "Ada kabar baik?" "Nggak juga." "Bagaimana proses pertemuan keluarga itu?" tanya Kenzo. Ardelia terdiam sejenak, "Jasa melahirkan nggak sebanding dengan jasa membesarkan." Mendengar itu, Kenzo langsung paham. Di dalam matanya yang gelap, terselip seberkas kilatan dingin. Ardelia tidak menyadarinya. Setelah makan, dia pamit dengan Kenzo. Saat tiba di kantor, Ardelia melihat seikat besar bunga segar di mejanya. Dia memanggil asistennya dan asisten berkata, "Itu kiriman dari Keluarga Lume, Nona." Keluarga Lume? Setelah semua yang terjadi hari ini, mereka masih bisa kirim bunga? "Oh ya, ada orang dari Keluarga Lume yang sedang menunggumu. Aku baru mau kirim pesan, tapi Nona sudah datang," ujar asisten penuh semangat. Apakah itu Melisa? Ardelia merasa penasaran dan berkata, "Mulai sekarang, panggil aku Bu Ardelia." Asistennya langsung diam, lalu berkata, "Baik, Bu Ardelia." Ardelia melangkah ke ruang tamu kantor dan tertegun ketika melihat orang di dalam. Orang yang datang bukan Melisa, tapi nenek tua yang sama sekali tidak dia kenal. Nenek itu mengenakan baju yang elegan. Meski sudah berusia lebih dari tujuh puluh tahun, auranya tetap elegan dan memancarkan wibawa yang ditempa oleh waktu.

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.