Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 2

Begitu sadar apa yang terjadi, aku langsung panik dan buru-buru menutupi tubuhku. Namun rasa sakit akibat payudaraku yang bengkak membuat seluruh tubuhku gemetar. "Kamu ... kamu ... " Aku mengerutkan kening, bahkan sulit merangkai kata karena rasa nyerinya. "Bagaimana bisa seorang pria dewasa seperti kamu membuka baju wanita begitu saja. Dasar kurang ajar!" Nada suaraku naik, dipenuhi rasa takut dan amarah. Pria itu buru-buru menggeleng dan melambaikan tangan karena merasa dirinya dituduh. "Untuk mengatasi sumbatan ASI memang harus dipijat dengan cara khusus. Tenang saja. Kalau kamu nggak percaya padaku ... setidaknya kamu percaya pada nenekku, 'kan?" "Nenek yang memintaku datang. Dia nggak tega melihat kondisimu ... juga kasihan pada bayimu." Melihat wajah pria itu memerah karena terlalu panik, aku merasa serbasalah. Kalau dipikir lagi, aku dan Dokter Wening sudah seperti keluarga sendiri. Kalau pria ini memang tak bisa dipercaya, mana mungkin beliau mengutusnya kemari? Lagi pula, pria ini adalah cucu kandungnya. Namun membiarkan tubuhku dilihat oleh laki-laki lain selain suamiku tetap membuatku gelisah. Kalau berita ini sampai keluar dan didengar suamiku atau mertuaku, mereka akan marah besar dan menghukumku habis-habisan. Aku benar-benar bingung harus bagaimana. Kalau orang tahu soal ini, aku pasti malu sekali. Saat aku masih ragu, bayiku tiba-tiba menangis keras. Karena kelaparan, wajahnya sudah terlihat pucat dan tidak segar seperti biasanya. Tangannya bergerak lemah, suaranya serak, jelas sekali dia sudah kehabisan tenaga. Hanya dalam beberapa detik, dia bahkan sudah tak punya tenaga untuk terus menangis. Air matanya mengalir diam-diam, dan wajahnya tampak sangat menyedihkan. Melihatnya seperti itu, hatiku sebagai ibu rasanya hancur. Pria itu berkata, "Kamu juga harus memikirkan bayimu. Dia masih kecil, kalau dia nggak bisa menyusu, nanti bisa ... " Belum selesai pria itu berbicara, aku sudah kembali berbaring dan dengan nekat mengangkat bajuku sendiri. Angin dingin menyentuh dadaku, dan saat melihat tatapan panas pria itu, wajahku langsung memerah. "Kalau kamu gugup, tutup saja matamu." Aku pun menutup mata. Tak lama kemudian, tangan hangat dan lembutnya menyentuh tubuhku, mengusap dan meremas payudaraku perlahan. Gerakannya begitu lembut, namun setiap sentuhannya seolah membawa aliran listrik yang langsung menyebar ke seluruh tubuhku. Napasku menjadi berat dan tidak teratur, dan seluruh tubuhku gemetar. Saat kekuatannya bertambah, aku akhirnya tidak tahan dan mengeluarkan suara lirih. Aku merasa sangat malu. Seluruh tubuhku menegang, dan rasanya aku ingin lenyap saja dari tempat itu. "Nggak apa-apa, ini hal yang normal. Kamu nggak perlu malu." Lalu dia menambahkan, "Menurutku, setelah melahirkan, tubuhmu malah jadi semakin indah." "Jauh lebih cantik daripada para mahasiswi." Kata-katanya terus terngiang di telingaku, membuat hatiku seperti tersentuh sesuatu yang lembut dan geli. Embusan napas hangatnya mengenai daun telingaku. Seluruh tubuhku merinding, dan perlahan-lahan tubuhku seperti kehilangan kekuatan, nyaris melemas begitu saja. Di bawah pijatannya yang lembut dan terampil, wajahku benar-benar merah merona. Dengan gugup, aku menggenggam seprai erat-erat hingga ujung jariku memutih. Suara rintihan tak sengaja kembali keluar dari bibirku. Pipiku memerah, dan aku bahkan tidak berani membuka mata. Belum pernah ada yang menyentuh tubuhku dengan kelembutan seperti ini. Aku menahan bibirku sekuat mungkin hingga seluruh tubuhku seperti meremang tanpa bisa dikendalikan. Selama masa kehamilan, aku dan suamiku sama sekali tidak pernah berhubungan. Begitu melahirkan, dia pun langsung merantau untuk bekerja. Sudah sekian lama aku tidak merasakan sentuhan laki-laki, bahkan melihat yang begitu pun tidak. Jadi ketika tubuhku disentuh seperti ini, mana mungkin aku sanggup bertahan? Badanku makin panas, seperti kehilangan kendali. Pria itu rupanya menyadari perubahan diriku. Dia hanya mengeluarkan gumaman rendah, lalu menekan sedikit lebih kuat. Aku tidak mampu menahan diri lagi. Suara desahan pun meluncur keluar tanpa bisa kutahan. "Mm ... "

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.