Bab 6
Ruang VIP lelang dipisahkan oleh pembatas geser.
Orang-orang yang datang ke sini rata-rata orang kaya raya, tapi tak sedikit yang datang dengan modal besar untuk mencari peluang.
Pihak penyelenggara juga senang memberikan kesempatan semacam ini.
Jadi, jika kedua pihak setuju, kunci pembatas bisa dibuka.
Setelah beberapa saat hening, terdengar suara ketukan dari sekat sebelah.
Chelsea tidak berniat menanggapi.
Tapi Savira berdiri, membuka kunci pembatas dan menggeser sedikit.
Chelsea mengangkat alis, tatapannya bertemu dengan Jason yang berdiri di celah pembatas.
Wajah Jason kelihatan tidak senang dan serius.
Chelsea hanya menaikkan alis sedikit tanpa banyak emosi, lalu mengalihkan pandangan seperti melihat orang asing dan berkata pada Savira.
Cepat duduk kembali untuk melihat barang lelang.
Savira tersenyum lebar, tampak sangat senang.
"Aku hanya penasaran, tahi macam apa sampai ada orang berebut memakannya."
Savira dan Chelsea tumbuh bersama, beberapa tahun lalu setelah tahu Chelsea meninggalkan Kota Dustin demi seorang pria, dia marah dan memutuskan hubungan.
Belakangan mereka berbaikan lagi dan Savira tidak tertarik bertemu Jason.
Ini juga pertama kalinya dia melihat Jason.
Chelsea, "..."
Ucapan Savira seakan ikut memakai dirinya.
Wajah Jason makin masam, matanya menatap tajam ke Chelsea, lalu melangkah hendak mendekat.
Savira menyeringai dingin sambil mengangkat tangan untuk menghadang, pengawal yang berdiri di sisi ruangan langsung maju melindunginya.
"Ini ruang VIP yang aku sewa, bukan sembarangan sampah yang bisa masuk."
Wajah Jason menegang, tatapannya terpaku ke sosok anggun Chelsea yang duduk di kursi.
"Chelsea, kemari."
Chelsea tersenyum tipis dan berkata pelan.
"Kalau aku ke sana, peliharaan kecil kamu yang manja itu bisa-bisa jatuh. Lebih baik aku nggak ganggu kesenangan kalian."
Wajah Jesslyn langsung pucat, tubuhnya kaku.
Ekspresi Jason juga jadi jelek dan menatapnya dengan dingin.
Savira memberi isyarat pada pengawal untuk menutup pembatas, tapi Jason mengangkat tangan menghentikan dengan tatapan dingin.
Suasana makin tegang.
Jason menatap Chelsea, "Kamu yakin nggak mau ke sini?"
Itu tanda dia sudah mulai marah.
Chelsea mengangguk, "Yakin."
Dulu, dia bersedia menenangkan Jason agar tidak marah, sehingga mengikis perasaan di antara mereka. Sekarang, meski Jason marah besar tepat di depan matanya, dia pun tidak akan berkedip sedikit pun
"Nyonya, barusan kami hanya bercanda. Pak Jason dan kamu sebentar lagi menikah, mana mungkin ...."
Orang yang tadi minta Jason ajari cara membuat dua wanita hidup damai bersama, kini mulai membela Jason.
Savira langsung memotong kalimatnya.
"Tutup mulutmu! Jangan banyak omong kosong. Chelsea belum menikah, jangan kaitkan dia dengan bajingan."
Suara Savira cukup keras, sampai ruang VIP lain pun ikut diam.
Wajah orang itu menegang, tapi tidak berani bicara karena pengawal di sisi Savira.
Dia melihat lambang di tubuh beberapa pengawal itu. Mereka dari tim keamanan terbaik di dalam negeri.
Harga untuk mempekerjakan mereka sampai sepuluh digit. Jika bukan keluarga kaya, sama sekali tidak mampu harga semahal itu.
Bukankah Chelsea mendampingi Jason membangun usaha dari nol?
Bagaimana dia bisa mengenal orang sehebat itu? Bahkan kelihatan akrab?
Beberapa orang yang hendak membela Jason akhirnya memilih diam.
Jesslyn berdiri dengan mata merah, terlihat seperti terhina berat.
"Pak Jason, jangan gara-gara aku kamu bertengkar dengan Kak Chelsea, nanti ditertawakan orang. Itu salahku, aku nggak seharusnya datang ke sini. Aku pergi sekarang."
Jason mengernyit, tangannya yang menahan sekat sedikit mengendur.
Chelsea berdiri dari kursinya.
Jason yang sempat lega kembali tegang. Dia tahu Chelsea tidak akan membiarkannya kehilangan muka di depan umum dan demi tidak membuat Chelsea merasa tidak nyaman, tentu dia akan menyuruh Jesslyn pergi.
Tapi Chelsea hanya melangkah ke depannya, menarik pembatas dan langsung menguncinya, menutupi pandangan Jason.
"Chelsea!"
Terdengar suara Jason yang marah dari balik pembatas.
Chelsea kembali duduk dengan wajah tenang.
Savira merasa puas dan ikut duduk lagi.
"Aku kira kamu akan ke sana barusan."
Ekspresi Chelsea tampak datar dan menatap panggung lelang, "Memangnya aku orang serendah itu?"
Savira merasakan kesedihannya, lalu mendekat, merangkul pundaknya, pipinya ditempelkan ke pipi Chelsea.
"Jelas bukan. Kamu hanya buta selama beberapa tahun."
Chelsea, "..."
Beberapa menit lagi acara lelang dimulai, tapi ruang sebelah masih berisik.
Jesslyn terdengar terisak pelan.
"Semua ini salahku, sampai membuat Pak Jason sama Nona Chelsea bertengkar. Aku ingin minta maaf langsung dan menjelaskan kalau aku dan Pak Jason nggak ada hubungan apa-apa."
Orang lain diam, hanya Jason yang berkata dengan nada dingin.
"Nggak perlu."
Lelang masuk ke tahap pengumuman.
Isak tangis pelan Jesslyn sesekali terdengar.
Akhirnya, panitia lelang mengetuk pintu ruang VIP Jason.
"Pak Jason, ada tamu yang mengeluhkan ruang VIP Anda terlalu berisik, sampai mengganggu proses pelelangan. Mohon jaga ketenangan, semoga semua bisa mendapatkan barang yang disukai."
Wajah Jason seketika gelap.
Tubuh Jesslyn menegang. Dia tidak berani bicara saat dipermalukan Chelsea. Tapi sekarang, seorang staf kecil berani datang menegur, jadi langsung membuatnya marah.
"Bukan hanya ruang kami yang berisik!"
Ada yang ikut menyahut.
"Mungkin orang itu ingin cari kesempatan kenalan dengan Pak Jason. Kita kasih dia kesempatan, bilang saja biaya ruangannya Pak Jason yang bayar. Kalau dia minta maaf langsung, masalah ini selesai."
Suara ribut itu juga terdengar sampai ke telinga Chelsea, membuatnya mengernyit.
Jason tetap diam.
Sejak Grup Jimino tercatat di bursa, Jason dikelilingi penjilat semacam itu.
Kesombongan seperti itu, cepat atau lambat akan jadi bumerang.
Staf panitia menasihati sebentar lalu pergi.
Jason masih cukup waras, ruangannya tidak ribut lagi.
Tapi dia ganti cara, sengaja menargetkan Chelsea dan Savira. Setiap kali mereka angkat papan lelang, dia pasti ikut angkat dan menaikkan harga.
Beberapa kali barang yang Chelsea incar, berhasil direbut Jason.
Dia tampak senang, bahkan mengirim pesan untuk menantang Chelsea.
[Masih suka apa? Aku beli semua untukmu.]
Chelsea membalas, [Barang-barang sampah yang kamu dapatkan tadi, aku nggak suka satu pun.]
Jason, [Kamu sengaja ya?]
Chelsea hanya menatap layar, tidak membalas lagi dan kembali mengangkat papan.
Kali ini Jason tidak ikut, Chelsea berhasil mendapatkan barang yang dia suka.
Gelang itu sangat cocok untuk kakaknya dan itu hadiahnya saat Chelsea kembali ke Kota Dustin.
Jason, [Kamu kira aku akan ikut?]
Chelsea, [Terima kasih Pak Jason nggak ikut, jadi aku bisa mendapatkan barang bagus dengan harga murah.]
Kali ini Jason tidak membalas.
Chelsea sudah bisa membayangkan wajahnya yang dingin penuh amarah.