Bab 64
Tenaganya terlalu besar. Aku terjatuh ke tanah, telapak tanganku terasa panas dan sakit. Aku menatap tanganku. Kulitku sudah tergores dan terlihat sedikit darah yang merembes.
Namun, aku tidak sempat memikirkan lebih jauh, dan buru-buru bangkit.
Beberapa preman itu menarik rambut Weni, menampar wajahnya beberapa kali, sambil berteriak dengan keras, "Masih berani menindas adik angkatku? Berani atau nggak!"
"Jawab!"
"Kalau nggak jawab, aku anggap kalian masih berani!"
Melihat situasi itu, aku langsung berlari dan memohon. "Jangan dipukul lagi, Weni nggak akan berani lagi."
Weni adalah orang yang berprinsip. Dia tidak mau menyerah dan tetap diam. Hanya ketika melihatku, dia berteriak dengan lantang, "Queny, cepat pergi! Jangan pedulikan aku! Cepat pergi!"
Melihat Weni dipukul, hatiku sangat sakit.
Aku menggertakkan gigi. Kalau aku menyerang pada saat seperti ini, aku hanya akan dipukuli sia-sia, tidak ada gunanya.
Aku mengerutkan alis, menahan sakit di telapak tangan, dan panik mengeluark

Locked chapters
Download the Webfic App to unlock even more exciting content
Turn on the phone camera to scan directly, or copy the link and open it in your mobile browser
Click to copy link