Hidup Segan Mati Pun Tak Mau
Daniel menghembuskan nafas kasar. Ia menatap tajam sosok yang terlihat tengah santai duduk di sofa tak jauh darinya saat ini.
“Maafkan saya Pak. Dia bersikeras untuk masuk.” Menundukkan kepalanya merasa bersalah karena sudah bekerja tidak becus.
“Semua ini bukan salahmu Zi. Lebih baik kamu kembali ke tempatmu,” titahnya.
Zio mengangguk pelan dan segera pergi dari ruang Bosnya itu. Sekilas, ditatapnya sosok wanita yang tidak tahu malu yang sudah menerobos masuk. Rasanya, ingin sekali Zio mencekik lehernya itu.
Febby yang ditatap tak suka oleh Zio menyunggingkan senyumnya tanda mengejek.
Setelah sosok Zio sudah pergi. Daniel memutuskan untuk menghampiri Febby.
“Cepat katakan! Apa maumu!” kata Daniel sengit. Jujur, wanita itu sudah menganggu dirinya yang begitu sibuk. Jika Febby itu pria, mungkin sedari tadi Daniel sudah melayangkan bogem mentah kepadanya.
Bukannya marah atau apa, Febby malah tersenyum senang. “Sayang, jangan marah-marah dong!” Mengusap pipi Daniel pelan.
“Singkirkan tang

Haga clic para copiar el enlace
Descarga la aplicación Webfic para desbloquear contenido aún más emocionante
Encienda la cámara del teléfono para escanear directamente, o copie el enlace y ábralo en su navegador móvil
Encienda la cámara del teléfono para escanear directamente, o copie el enlace y ábralo en su navegador móvil