Bab 12
"Hei, cepat lihat, bukankah itu pengantin wanita hari ini? Kenapa dia berpakaian seperti itu di ruang perjamuan?"
"Apa kalian nggak lihat? Nama di undangan pernikahan sudah berubah. Namanya sekarang adalah Alya dan Rizky!"
"Bukankah Alya adalah Adik Yasmin? Lelucon macam apa ini? Kenapa pengantin wanita berubah menjadi adik perempuannya?"
Begitu satu orang mulai bergosip, orang yang ikut membicarakannya akan makin banyak.
Masih ada waktu sebelum pesta pernikahan dimulai. Yasmin menegakkan punggungnya, mengangguk serta tersenyum sopan kepada orang-orang.
"Kamu pasti Nona Yasmin. Pak Gavin sedang menunggumu di belakang panggung."
Tiba-tiba, seorang pelayan datang dari sudut, lalu berbisik di samping Yasmin sejenak.
Meskipun Yasmin tidak tahu mengapa Gavin mencarinya, mereka sekarang tidak bisa dianggap orang asing. Mungkin ada hal penting.
Yasmin mengikutinya ke belakang panggung. Namun, pelayan itu menghilang dalam sekejap mata.
Yasmin merasa ada yang aneh. Jelas-jelas Gavin yang mencari dirinya, tetapi begitu Yasmin sampai di tempat, pria itu tidak muncul. Apa maksudnya? Apa dia sedang bermain petak umpet?
"Pak Gavin?" panggil Yasmin di dalam ruangan yang gelap gulita itu. Setelah memastikan tidak ada orang, dia melangkah mundur, tetapi malah menabrak seseorang.
"Aduh!" Alya mundur dua langkah sambil menahan sakit. Dia bersandar ringan di dinding.
Wajah Yasmin langsung berubah tidak senang. Ketika melihat Alya mengenakan pakaian pernikahan tradisional dengan riasan yang sempurna, hati Yasmin tidak merasakan apa-apa.
Saat Yasmin hendak melangkah pergi, Alya memanggilnya.
"Kakak, bagaimanapun juga ini adalah hari pernikahanku. Apa kamu nggak mengucapkan selamat untukku?"
Yasmin tersenyum dingin. "Ini adalah pernikahan yang kamu rebut dariku, tapi kamu masih ingin aku memberimu selamat? Alya, dari mana kamu mendapatkan keberanian sebesar itu?"
"Dibandingkan dengan Kakak, keberanianku masih belum seberapa. Setidaknya aku nggak menggoda Pak Gavin," balas Alya.
Begitu Alya selesai berbicara, dia melihat Yasmin menggerakkan pergelangan tangannya.
"Apa otakmu rusak karena pukulanku? Apa perlu aku bantuan untuk memukulnya lagi?" tanya Yasmin.
Ketika Rizky mengatakan hal-hal itu kemarin, Yasmin tahu dengan baik bahwa itu pasti gosip yang dibuat-buat oleh Alya.
"Kakak, bukankah yang aku katakan benar? Hari itu aku melihatmu makan bersama Pak Gavin. Kalian juga bersikap intim. Apa kamu hanya berani berbuat, tapi nggak berani mengakui?"
Baru pada saat itulah Yasmin mengerti mengapa Alya begitu yakin. Ternyata dia telah melihat sesuatu.
"Maaf, tapi aku nggak sepertimu. Hanya karena kami makan bersama, bukan berarti harus terjadi sesuatu."
Setelah mengatakan ini, Yasmin bersiap untuk pergi. Namun, sepertinya Alya masih merasa tidak puas.
"Meskipun aku menggoda Gavin, memang kenapa? Aku belum menikah, dia juga belum menikah. Kami berdua sama-sama lajang, semua bisa melihatnya!"
"Aku masih lebih bermartabat daripada menjadi selingkuhan yang tertangkap basah sepertimu. Daripada mengkhawatirkan kehidupan pribadiku, lebih baik kamu mengkhawatirkan pernikahanmu."
Akhirnya, Yasmin menunjukkan senyum penuh arti, lalu pergi dari belakang panggung.
Alya menatap punggung Yasmin dengan tatapan yang seolah sedang melihat orang bodoh.
Setelah kembali ke ruang perjamuan, Yasmin menarik napas dalam-dalam. Tiba-tiba, dia merasa dirinya masih terlalu baik hati.
Bersamaan dengan musik perayaan yang mulai terdengar, Rizky berjalan masuk dari luar. Buket di tangannya terbuat dari emas murni.
Dulu Yasmin merasa bahwa benda itu akan mudah untuk dicuri, tetapi Rizky dengan arogan mengatakan bahwa Yasmin terlalu picik.
Orang-orang yang datang semuanya adalah orang dari keluarga kaya. Siapa yang akan peduli dengan sedikit emas ini?
Kemudian, Alya melangkah masuk dengan menggunakan penutup kepala. Dipimpin oleh Wilson, wanita itu dibawa ke hadapan Rizky.
Awalnya, Yasmin mengira pernikahan akan berjalan dengan normal. Namun, siapa yang menyangka bahwa setelah pembawa acara mengucapkan kata-kata berkat, Alya mengangkat penutup kepalanya.
"Aku tahu kalau semua orang merasa terkejut, mengapa aku yang berdiri di sini, bukannya kakakku. Meskipun yang aku lakukan ini nggak adil bagi kakakku, aku juga nggak ingin disalahpahami oleh semua orang," ujar Alya.
Yasmin dan Gavin yang berdiri di bawah panggung menunjukkan ekspresi yang sama. Alis mereka terangkat, kepala miring dengan penuh kebingungan.
Kemudian, sebuah rekaman audio mulai diputar. Ini adalah percakapan Yasmin dan Alya sebelumnya.
"Kakak, aku nggak melakukan kesalahan apa pun. Kenapa kamu memperlakukanku seperti ini?"
"Benar sekali. Akulah yang lebih dulu menggoda Gavin, jadi aku nggak menginginkan Rizky lagi."
Tidak bisa disangkal, teknologi sekarang memang sangat canggih. Sebuah percakapan bisa diubah sampai tidak terdengar ada masalah sama sekali.
Yasmin tidak pernah mengatakan hal seperti itu. Tentu saja dia tidak mungkin akan mengakuinya.
Entah sejak kapan, lampu sorot menyinari Yasmin. Dalam sekejap, dia menjadi sasaran kritik semua orang.
Alya berujar, "Kakak, maafkan aku. Aku tahu ini akan menyakitimu, tapi ini menyangkut reputasiku. Aku nggak bisa terus menahan diri seperti ini. Aku benar-benar mencintai Kak Rizky, aku nggak bisa menanggung reputasi buruk ini untukmu. Aku juga nggak ingin dicela orang lain."
Setelah mendengar kata-katanya, banyak orang yang menitikkan air mata. Setiap kali, citra yang dibangun Alya akan selalu membuat orang merasa kasihan padanya.
Mikrofon ada di tangan Alya. Tentu saja dia bisa mengatakan apa yang dia inginkan.
Gavin dengan wajah muram bergegas pergi ke panel kontrol, mengalihkan cahaya dari tubuh Yasmin.
"Yasmin, setidaknya katakan sesuatu! Kalau kamu melakukan kesalahan, seharusnya kamu meminta maaf. Adikmu sudah melakukan banyak hal untukmu!"
"Pantas saja Keluarga Quiny nggak menyukainya. Kalau itu aku, aku juga nggak akan menyukai gadis yang pikirannya begitu licik."
"Usianya masih muda, tapi hatinya sangat jahat. Dia sendiri yang nggak ingin menikah, jadi dia menyuruh adiknya menggantikannya. Ini pertama kalinya aku melihat hal seperti ini sepanjang hidupku."
Kemudian, ocehan serta makian datang dari berbagai arah. Entah berapa kali adegan seperti ini telah dialami oleh Yasmin.
Setiap kali, Yasmin akan dipaksa mundur selangkah demi selangkah karena dijebak oleh Alya.
Tepat ketika semua orang dipenuhi dengan kemarahan, layar di belakang Alya mulai memutar video lain.
"Pada saatnya nanti, kamu hanya perlu menggantikan Yasmin dengan mengenakan penutup kepala, lalu menjadi menantu Keluarga Gunawan. Setelah nasi menjadi bubur ...."
Kata-kata yang tidak asing, orang-orang yang tidak asing, serta suara desahan yang mencurigakan bergema di ruang perjamuan.
Tanpa perlu melihat, semuanya tahu siapa dua orang yang ada dalam video tersebut.
"Sungguh memalukan!"
Herman yang berdiri di bawah panggung mengetukkan tongkatnya ke lantai dengan keras. Wajahnya merah padam karena amarah, hampir pingsan karena batuk.
"Cepat! Bawa ayahku ke dokter!"
Rizky dengan tergesa-gesa berlari ke arah panel kontrol. Dia ingin mematikan video itu, tetapi tidak bisa melakukannya.
Alya yang berdiri di atas panggung ingin menutupi layar dengan panik. Namun, ini adalah layar proyeksi. Selama aliran listrik tidak terputus, semua usahanya akan sia-sia saja.
Orang-orang di bawah panggung langsung gempar. Siapa yang bersalah dalam masalah ini? Buktinya sudah ada di depan mata.
Akhirnya, video berhenti secara tiba-tiba setelah Rizky mencabut semua kabel penghubung.
Alya berdiri di atas panggung, berhadapan dengan tatapan tajam dari orang-orang di bawah. Pikirannya menjadi sedikit linglung.
"Video ini palsu! Yasmin, aku nggak menyangka pikiranmu begitu jahat. Nggak apa-apa kalau kamu ingin menyakitiku, tapi Alya adalah adikmu. Bagaimana bisa kamu merusak reputasinya?"
Kata-kata Rizky sekali lagi mengarahkan tuduhan kepada Yasmin.
Hanya saja, meski video itu memang bukan Yasmin yang memasang, dia yang harus menanggung kesalahannya.
Alya tersadar kembali setelah mendengar kata-kata Rizky. Karena mereka sudah berselisih satu sama lain, serta video tidak senonoh itu sudah tersebar, Alya tidak bisa membiarkan Yasmin lolos.
Dia turun dari panggung dengan penuh amarah, lalu berlari ke arah Yasmin.
"Sungguh, bukan aku yang memasangnya!" ujar Yasmin.