Bab 4
Di bawah tatapan penuh curiga dari banyak orang, mereka berdua keluar berurutan satu sama lain.
Yasmin berjalan sambil mengamati punggung Gavin dengan cermat, terus membandingkannya dengan foto itu.
Kemudian, Yasmin mentertawakan pikirannya sendiri. Mengenali seseorang hanya dari punggungnya terlalu terburu-buru.
Mobil Mercedes hitam berhenti di pinggir jalan. Keduanya tidak mengatakan apa pun hingga Gavin membuka pintu mobil dan berhenti. Baru pada saat itulah Yasmin tersadar.
"Nona Yasmin benar-benar membuat orang kagum," ujar pria itu.
Yasmin terbatuk pelan ketika bertatapan dengan Gavin.
"Aku nggak tahu apa maksud Pak Gavin," balas Yasmin.
Sayangnya, Gavin tidak melanjutkan kata-katanya. "Kalau Nona Yasmin merasa dirugikan, kamu bisa datang padaku kapan saja kamu mau untuk mendapatkan kompensasi sampai kamu puas."
Yasmin memandang Gavin dengan tatapan aneh. Cara orang ini berbicara membuatnya merasa tidak nyaman.
Rasanya seperti ketika "Rein" berbicara dengan nada menyindir ....
Begitu mobil mulai bergerak, Yasmin berbicara lagi, "Aku nggak perlu kompensasi. Tapi suara Pak Gavin memang menyenangkan untuk didengar."
Setelah mengatakan ini, Yasmin menatapnya tanpa berkedip. Sayangnya, ekspresi Gavin tidak berubah sedikit pun.
"Apakah ini cara yang biasanya Nona Yasmin gunakan untuk menggoda pria?" tanya Gavin.
Sebelum Yasmin bisa bereaksi, mobil sudah melaju pergi.
Setelah Gavin pergi, Keluarga Quiny baru berani perlahan-lahan mendekat.
"Alya, jangan khawatir. Setelah kembali, aku pasti akan menjelaskan semuanya pada pamanku dengan baik," ujar Rizky.
Rizky tahu bahwa Alya adalah orang yang penakut. Jadi, dia berusaha menenangkannya sebisa mungkin.
"Selama Kak Rizky baik-baik saja, aku nggak akan meminta apa-apa lagi," balas Alya.
Kedua orang itu langsung memainkan adegan romantis tepat di depan semua orang. Yasmin berjalan kembali dengan tidak sabar.
"Berhenti!"
Wilson menatapnya dengan wajah tidak senang.
"Aku sudah mengalah, membiarkan mereka menikah, apa lagi yang kamu inginkan?" ujar Yasmin.
"Sejak kapan kamu mengenal Gavin?" tanya Wilson.
Ketika mendengar ini, Yasmin tertawa pelan. Dia memang tidak salah menduga.
Bagaimana mungkin orang yang selalu mengutamakan kepentingan diri sendiri akan peduli pada dirinya?
"Nggak kenal."
Setelah mengucapkan dua kata itu, Yasmin bersiap meninggalkan tempat yang menyebalkan ini.
Tak disangka, Alya mengubah sikapnya, langsung berjalan ke hadapan Yasmin.
"Bagaimana? Meskipun kamu sudah menemani Rizky selama tujuh tahun, akhirnya tetap aku yang menggantikanmu."
Rizky sudah pergi. Jika tidak, bagaimana mungkin Alya berani menunjukkan sifat aslinya?
"Kalau begitu, ini benar-benar hal yang patut dirayakan!"
Yasmin tertawa sambil menampar Alya dengan keras. Setelah itu, dia mengibaskan tangannya yang mati rasa karena kesakitan.
Setengah wajah Alya langsung membengkak seperti bakpao, serta berubah merah.
"Yasmin!"
Sofia yang baru tersadar, segera berlari ke antara keduanya, lalu mendorong Yasmin.
"Dia adalah adikmu. Beberapa hari lagi dia akan menikah, bagaimana kalau wajahnya sampai rusak?"
Yasmin mengeluarkan tisu basah, dengan hati-hati membersihkan jarinya, lalu tertawa dingin sambil membalas, "Memang kenapa kalau rusak? Bukankah dalam pernikahan gaya tradisional dia akan memakai kerudung untuk menutupi kepalanya?"
"Kalau kamu ingin mengambil dan mengunyah permen karet yang sudah dikunyah orang lain, itu urusanmu. Tapi pamer di depan pemilik aslinya sungguh perbuatan yang rendahan!"
Setiap kali berada di tempat ini, Yasmin selalu merasa sesak, tidak dapat menahan keinginan untuk melarikan diri.
Wilson segera menghalangi jalannya. Wajahnya yang penuh keriput tampak lebih berwibawa dibandingkan saat Yasmin masih kecil dulu.
Namun, Yasmin tidak sama seperti dulu lagi. Dia mundur beberapa langkah untuk menjaga jarak dari ayahnya.
"Aku hanya menamparnya sekali untuk melampiaskan kekesalan. Aku nggak berniat merusak pernikahannya. Tapi kalau kalian berharap aku melakukan sesuatu, aku nggak keberatan untuk turun tangan," ujar Yasmin.
Yasmin berusaha keras menahan senyuman di sudut bibirnya. Wilson hanya bisa mengepalkan tangannya, membiarkan Yasmin pergi.
"Sayang, bagaimana bisa kamu membiarkannya pergi begitu saja?"
Tentu saja Sofia ingin membalas tamparan Yasmin. Nada suaranya penuh dengan celaan.
"Kenapa kamu terburu-buru? Masih ada banyak kesempatan untuk memberi pelajaran pada gadis itu. Saat ini yang terpenting adalah memastikan pernikahan Alya dengan pemuda dari Keluarga Gunawan itu berjalan dengan lancar," balas Wilson.
Meskipun Sofia masih merasa tidak puas, ada hal yang lebih penting untuk diprioritaskan.
Setelah kembali ke tempat tinggalnya, Yasmin masih merasa marah.
Dia membuka ponsel, langsung mencurahkan isi hatinya kepada Rein untuk beberapa saat. Baru setelah itulah suasana hati Yasmin yang muram mulai mereda.
Tidak mungkin melepaskan perasaan tujuh tahun ini hanya dalam sekejap. Namun, sekarang setiap kali Yasmin memikirkan wajah Rizky, yang tersisa hanyalah rasa muak.
Yasmin segera mengeluarkan kartu SIM dari tasnya, lalu menekan nomor Rizky yang tidak asing baginya.
Yasmin langsung mengirimkan video bersamaan dengan sebuah pesan: [Dua miliar, sebelum sore ini.]
Rizky yang baru kembali ke kediaman Keluarga Gunawan, baru saja dimarahi habis-habisan serta berlutut di depan para tetuanya.
Ketika membuka ponsel, dia langsung melihat video itu. Rasanya seperti ada petir yang menyambar di siang bolong.
[Siapa kamu?]
[Bagaimana kamu bisa mendapatkan videonya?]
[Sebaiknya kamu menghapusnya. Kalau nggak, Keluarga Gunawan nggak akan melepaskanmu.]
Rizky mengirimkan berbagai macam pesan seperti itu, tetapi Yasmin bahkan tidak meliriknya sedikit pun. Hanya suara transfer ke rekening bank yang bisa menarik perhatian Yasmin.
Pada detik terakhir pukul 23:59, Yasmin akhirnya menerima transfer.
Yasmin merencanakan apa yang akan dimakannya besok, lalu mengirimkan pesan kepada Shifa.
[Apa kamu mau pergi makan hotpot besok? Aku yang traktir.]
Setelah mengirim pesan, Yasmin merasa sedikit menyesal. Seharusnya dia meminta lebih banyak uang.
[Boleh saja. Sekalian ceritakan padaku tentang pasangan bajingan itu.]
Restoran hotpot tampak sangat ramai, banyak orang yang datang dan pergi.
Di atas panci tampak banyak cabai merah yang mengambang. Orang yang tidak bisa makan pedas mungkin akan bersin hanya dengan mencium udara di sini.
"Sudah aku duga!"
Shifa melihat panci berisi makanan pedas itu. Meskipun tidak yakin temannya bisa memakan ini, dia tidak melarangnya.
Shifa hanya meminta beberapa gelas air putih dari pelayan.
"Apa yang sedang kamu lakukan? Pelayan itu memandangku dengan tatapan aneh, seolah-olah aku nggak bisa makan pedas!"
Yasmin yang tidak mau mengakui hal ini, mengeluh beberapa kali. Namun, ekspresinya tampak penuh kebahagiaan.
"Kamu masih berani bicara begitu? Apa kamu nggak peduli dengan tenggorokanmu kalau makan makanan sepedas ini?"
Keduanya segera memulai percakapan. Entah karena terlalu pedas atau marah, Shifa tiba-tiba memukul meja.
"Tunggu, kamu melepaskan mereka begitu saja?"
Sebelum Yasmin menjawab, Shifa sudah melanjutkan, "Ini nggak benar. Berdasarkan pemahamanku tentangmu, mana mungkin kamu melepaskan mereka?"
"Shifa, kamu memang hebat! Kamu memang yang paling mengerti diriku," balas Yasmin.
Kemudian, Yasmin memberitahu sahabatnya tentang rencananya. Sementara itu, Shifa terus mengangguk.
"Sebagai sahabat terbaikmu, ada beberapa hal yang akan aku lakukan tanpa kamu minta," ujar Shifa.
Shifa memang orang yang sangat membenci kejahatan. Berita tentang Alya dan Rizky yang menjalin hubungan sudah menjadi berita panas.
Hanya karena Yasmin tidak peduli dengan hal ini, bukan berarti Shifa tidak punya ide.
"Kamu harus berhati-hati. Jangan sampai digigit dua bajingan," kata Yasmin.
"Tenang saja, aku tahu batasannya," balas Shifa.
Keesokan harinya.
Rizky berencana untuk memanfaatkan kekuatan publik. Melalui pameran peluncuran perhiasan perusahaan keluarganya, dia ingin menjelaskan tentang pergantian pengantin di pernikahannya.
Namun, sebelum dia mulai berbicara, entah dari mana muncul dua ekor anjing di tempat acara.
Anjing-anjing itu hanya mengejar mereka berdua. Pada akhirnya, pakaian mewah Rizky dan Alya robek hingga hancur berkeping-keping.