Webfic
Abra la aplicación Webfix para leer más contenido increíbles

Bab 5

Insiden ini langsung menjadi berita hangat pada hari itu. Yasmin mengunyah kuaci sambil menatap tabletnya. Ketika melihat Alya berhadapan dengan seekor anjing, dia tidak bisa menahan tawanya. Yasmin mengambil ponsel dengan santai, lalu mengirim pesan suara kepada Shifa. [Ini lucu sekali. Meskipun pasangan bajingan itu menggigitku sekali, aku nggak bisa berdebat dengan mereka. Tapi kamu membuat mereka digigit anjing .... Ckckck, keterampilanmu makin meningkat!] Setelah mematikan tablet, Yasmin berbaring di sofa, memandang gedung-gedung tinggi di luar melalui jendela kaca. Dia pindah dari vila Keluarga Quiny bahkan sebelum lulus kuliah. Meskipun sejak kecil tinggal di vila itu, kehidupan Yasmin penuh dengan penderitaan. Setelah meninggalkan tempat penuh masalah itu, barulah dia menyadari betapa indahnya hidup ini. Suara dering pemberitahuan ponsel menariknya dari lamunan. Ini adalah pesan suara berdurasi 59 detik dari Shifa, yang menggambarkan situasi pada saat itu. Mereka berdua sudah saling mengenal sejak SD. Tanpa mendengarkan pesan suara ini, Yasmin tahu bahwa hanya beberapa kalimat awal yang penting. Sisanya hanya tawa lepas yang membuat suasana hati Yasmin juga ikut menjadi gembira. Tiba-tiba, Yasmin teringat akan Gavin, ketika mereka berpapasan di hotel pada waktu itu. Yasmin merasakan ada dorongan dalam hatinya. "Hei, bantu aku menyelidiki informasi tentang aku yang tenggelam tujuh tahun lalu, juga tentang email anonim itu," ujar Yasmin. Suara malas terdengar dari seberang telepon, "Nona Yasmin, apa kamu sedang senggang, jadi ingin menggangguku?" "Menurutku, kamu seharusnya melanjutkan pendidikanmu. Jangan sia-siakan waktu dan bakatmu!" Arvin Limanta adalah seorang genius komputer yang Yasmin kenal di universitas. Apa pun yang berkaitan dengan internet, tidak ada yang tidak bisa dia temukan. Pada saat itu, Shifa baru saja kembali dari luar negeri. Sahabatnya itu secara khusus mengantarkan hadiah untuk Yasmin. Secara kebetulan, Arvin tertarik padanya. Kemudian, pria itu melakukan pendekatan agresif pada Shifa, juga sangat perhatian pada Yasmin. Meskipun pada akhirnya dia belum berhasil mendapatkan orang yang diinginkan, mereka berdua menjadi teman. "Jangan banyak bicara. Setelah kamu berhasil menyelesaikan masalah ini, aku akan membantu mengatakan hal baik tentangmu di depan Shifa," ucap Yasmin. Arvin tertawa getir, lalu membalas, "Apa kamu tahu? Sekarang, orang di luar sana akan membayarku jutaan hanya untuk melakukan pekerjaan seperti ini." "Aku tahu. Jadi, apa yang kamu inginkan?" Yasmin sekarang tidak kekurangan uang. Dia bersiap mentransfer sejumlah uang pada Arvin dengan sangat murah hati. Bagaimanapun, Arvin juga telah banyak membantu Yasmin sebelumnya. "Baiklah, aku nggak akan berani mengambil uangmu. Hanya saja, tolong bantu aku untuk mengatur waktu makan bersama Shifa kalau kamu ada waktu," jelas Arvin. Setelah mengatakan ini, Arvin melihat pemberitahuan transfer masuk di rekening banknya. "Astaga! Nona Yasmin, aku hanya bercanda. Apa kamu ingin memutuskan hubungan Ayah dan anak ini denganku?" Arvin buru-buru ingin mengembalikan uang ini, tetapi dia mendengar umpatan dari Yasmin. "Hubungan Ayah dan anak apanya? Arvin, jangan lupa kalau kamu masih membutuhkan bantuanku. Berhati-hatilah!" "Kalau kamu mengembalikan uangnya, kita benar-benar impas. Simpan saja." Kemudian, Yasmin menutup telepon, langsung kembali berbaring dengan lemas di tempat tidur. Angin malam terasa menyejukkan, menembus celah untuk masuk ke dalam kamar. Ini membuat orang yang berbaring di tempat tidur memeluk bahunya tanpa sadar. Dia membalikkan badan, lalu kembali tertidur. Keesokan harinya. Suara dering ponsel yang merdu membangunkan Yasmin. Begitu menjawab panggilan ini, dia langsung mendengar suara bising di seberang. "Yasmin, kalau kamu nggak segera datang, studio rekaman akan tamat!" Yasmin baru teringat bahwa hari ini ada pekerjaan rekaman yang menunggunya. Sepertinya manusia memang tidak boleh terlalu kaya. Begitu memiliki banyak uang, dia akan kehilangan kepekaan terhadap waktu kerja. "Aku ... aku sudah dalam perjalanan. Kak, tolong bantu aku sebentar!" Yasmin tidak punya waktu untuk terus mendengarkan omelannya. Setelah mandi dan bersiap, dia terburu-buru berangkat dengan memakai masker serta topi. Siapa sangka dia akan bertemu dengan seseorang yang dikenalnya di pintu kompleks. Yasmin menarik topinya ke bawah, melangkah pergi dengan cepat. Namun, dia masih tidak bisa lolos dari mata tajam Alya. Wanita itu yang langsung menarik lengan Yasmin, membuat jaketnya merosot dari bahunya. Pundak Yasmin yang putih langsung terpapar, membuat Rizky tidak bisa menahan diri untuk melihatnya beberapa kali. "Kakak, aku tahu kalau kamu masih dendam padaku. Situasinya sudah seperti ini, apa kamu benar-benar nggak bisa melepaskanku?" ujar Alya. Sebelum Yasmin bisa bereaksi, Alya langsung berlutut di hadapannya dengan suara keras. Banyak orang berlalu-lalang di kompleks perumahan. Ketika melihat adegan ini, mereka langsung menunjuk ke arah Yasmin. "Kenapa gadis ini tegas sekali? Dia membuat adiknya berlutut di depan umum." "Setiap keluarga punya masalahnya sendiri. Kalian adalah satu keluarga, apa yang nggak bisa dibicarakan?" Yasmin tertawa kesal, lalu berkata, "Jangan lemparkan semua reputasi buruk itu padaku." "Sepertinya kamu nggak keberatan kalau aku menceritakan pada semua orang bagaimana kamu, sebagai seorang Adik Ipar, menggoda kakak iparmu sendiri?" Sifat dasar manusia yang paling sulit diubah adalah kecenderungan untuk bergosip. Mereka tidak hanya tidak merasa menyesal karena sudah salah paham, tetapi juga menunjukkan sikap seolah ingin mencari tahu akar permasalahannya. Banyak orang berbicara sekaligus. Mereka mendorong keduanya untuk membuat masalah makin besar. Yasmin tidak punya waktu untuk berdebat dengan mereka. "Kalau kalian berdua nggak merasa malu, teruslah berlutut di sini." Setelah tersenyum mengejek, Yasmin langsung melangkah pergi. "Kak Rizky, apakah Kakak nggak akan pernah memaafkanku seumur hidup?" tanya Alya. Alya melemparkan diri ke dalam pelukan Rizky dengan wajah memelas. Suaranya yang penuh kesedihan membuat hati Rizky terasa perih. "Semua ini salahku. Aku akan menyelesaikan masalah ini dengan Yasmin," ujar Rizky. Ketika mereka berdua bertengkar tadi, Yasmin bahkan tidak meliriknya sekali pun. Rizky merasa sedikit kesepian. Dua orang yang dulu begitu mesra, kini seperti orang asing hanya dalam beberapa hari. "Kenapa kamu baru datang?" Suara sepatu hak tinggi terdengar dari tangga di depan. Suara itu terdengar bahkan sebelum orangnya terlihat. Yasmin yang terburu-buru, tidak sengaja menabrak pria di depannya. Pria itu mengenakan hoodie abu-abu serta masker. "Maaf." Jika saja tidak ada begitu banyak orang di lobi, Tania pasti sudah memarahi Yasmin habis-habisan. "Aku sudah bilang padamu. Kalau bukan karena kemampuanmu, atasan pasti nggak akan memintamu untuk mengisi suara karakter ini ...." Suara itu perlahan memudar dari pikiran Yasmin. Pandangannya terpaku pada punggung pria itu. "Aku sedang bicara padamu. Apa kamu mendengarkan ...." "Siapa orang itu?" tanya Yasmin. Tania memegang dahinya dengan pasrah. "Aku sudah memberitahumu kemarin kalau 'Rein' akan datang hari ini. Siapa yang menyangka kalau kamu malah akan datang terlambat. Sekarang kamu nggak bertemu dengannya, malah akan mendapatkan reputasi sebagai orang yang sombong." Tadi Yasmin mencium aroma parfum yang tidak asing. Selain itu, punggung itu sangat mirip. "Sudahlah. Ayo, cepat naik. Kalau nggak segera pergi, aku juga nggak bisa bertahan lagi," ujar Tania. Yasmin didorong naik oleh Tania. Setelah memasuki studio rekaman, Yasmin sepenuhnya fokus pada pekerjaannya, melupakan kejadian tadi. Dia tidak menyadari sesosok bayangan yang diam-diam berdiri di sudut. "Pak Hasan, bagaimana?" Setelah melakukan rekaman selama dua jam berturut-turut, suara Yasmin menjadi sedikit serak. Pria paruh baya yang duduk di depannya adalah sutradara film pendek ini. Dari janggut yang mulai tumbuh serta lingkaran hitam yang menunjukkan kelelahan, terlihat jelas bahwa pria ini telah bekerja sangat keras untuk karyanya. "Bagus sekali. Aku memang nggak salah memilih orang. Tapi masih ada banyak waktu, nggak perlu terburu-buru." Hasan adalah orang yang profesional, tidak membawa masalah pribadi ke dalam pekerjaan. Meskipun sekarang nada bicaranya terdengar lembut, konsekuensinya akan sulit dibayangkan jika Yasmin datang lebih terlambat lagi.

© Webfic, todos los derechos reservados

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.