Webfic
Abra la aplicación Webfix para leer más contenido increíbles

Bab 9

"Terima kasih!" Meskipun agak canggung, rasa terima kasih Yasmin benar-benar tulus dari lubuk hatinya. Mulutnya ini sebenarnya bagus dalam segala hal, hanya saja dia terlalu cepat bicara! Gavin tersenyum simpul, tetapi dalam sekejap senyumnya menghilang. "Sejauh yang aku tahu, berlian di atasnya adalah batu Taaffeite. Karena kelangkaannya, harganya bisa mencapai 150 juta per karat." Sambil berbicara, Gavin membantu Yasmin memakai kalung itu di lehernya. "Pak Gavin memang memiliki mata yang jeli. Tapi bagiku, harta benda nggak bisa mengukur nilainya. Terima kasih banyak karena sudah mengembalikannya padaku." Ketika Yasmin menyentuh kalungnya, tatapan matanya terlihat berbeda dari biasanya. Keduanya tenggelam dalam pikiran masing-masing, tidak menyadari bahwa pintu ruangan VIP terbuka sedikit. Kunjungan Yasmin kali ini tidak sia-sia. Di depan pintu restoran .... "Sudah aku bilang kalau aku yang akan mentraktirmu makan, tapi pada akhirnya kamu yang membayar tagihannya." Yasmin merasa sedikit malu karena Gavin sudah membayar tagihan sebelum mereka makan. "Aku adalah pemilik tempat ini. Kalau Nona Yasmin benar-benar merasa sungkan, kamu bisa membalas undangan ini lain kali," kata Gavin. Seorang pria turun dari mobil Maybach di pinggir jalan, lalu dengan tergesa-gesa menghampiri Gavin untuk membisikkan sesuatu. Pria itu terlihat panik. Namun, setelah mendengarkannya, Gavin tetap terlihat tenang. Memang benar, orang yang bisa menduduki posisi seperti itu selalu terlihat tenang, tidak pernah menunjukkan emosi. Saat Yasmin masih memikirkan hal itu, Gavin berkata, "Aku masih ada urusan lain di perusahaan, lain kali kita ...." "Tunggu sebentar. Aku tahu pertanyaan ini agak lancang, tapi apakah tujuh tahun yang lalu Pak Gavin pernah menyelamatkan seorang gadis?" potong Yasmin. Meskipun menyelidiki hal ini secara pribadi akan lebih baik, Yasmin merasa Gavin bukan orang jahat setelah berinteraksi dengannya kali ini. "Pak Gavin sudah menyelamatkan banyak orang. Apakah Nona Yasmin mengetahui petunjuk tentang gadis tersebut? Mungkin ini bisa membantunya mengingat." Asisten yang berpakaian rapi itu menatap Yasmin dengan senyuman. "Aku nggak tahu, aku hanya penasaran saja. Ini bukan apa-apa," balas Yasmin. Yasmin melambaikan tangannya berulang kali. Setelah melihat keduanya masuk ke mobil, dia pun bersiap pulang. Di dalam mobil. "Sepertinya Nona Yasmin sudah curiga tentang kejadian tujuh tahun yang lalu. Apa rencanamu, Pak Gavin?" Gavin terus memandangi sosok itu melalui jendela mobil sambil tersenyum geli. "Bukankah Pak Sanji punya banyak ide? Menurutmu, apa yang harus kita lakukan?" balas Gavin. Tadi, Gavin bahkan belum membuka mulut, tetapi Sanji sudah menjawab dengan sangat cepat. "Pak Gavin, kamu nggak akan marah padaku, 'kan? Tadi aku hanya ingin menciptakan citra yang baik untukmu di depan Nona Yasmin!" ujar Sanji. "Lagi pula, aku nggak berbohong. Di mataku, Pak Gavin adalah pemuda teladan yang selalu berbuat baik!" Alis Gavin berkedut ketika dia berujar, "Kalau begitu, sebutkan sepuluh hal baik itu." "Kamu adalah orang yang tampan, kaya, tinggi, muda, kuat, pintar ...." Jika benar-benar ingin membicarakannya, tentu saja akan ada lebih dari sepuluh. "Pak Gavin, jangan khawatir. Semuanya akan berjalan sesuai dengan rencanamu," kata Sanji. Setelah berkata demikian, Sanji menginjak pedal gas, lalu mobil pun melaju dengan kencang. Baru saja Gavin dan Yasmin pergi, Rizky datang. "Akhirnya Pak Rizky datang juga. Kami nggak akan mengganggu waktu bermesraan kalian berdua." Teman-teman di sekitar Alya pun membubarkan diri. "Alya, kenapa kamu begitu terburu-buru mencariku? Apa ada masalah?" tanya Rizky. Rizky akhirnya berhasil melarikan diri dari cengkeraman ayahnya dengan susah payah. Awalnya, dia pikir Alya sedang merindukannya. Ternyata ini tentang Yasmin. "Tadi aku makan di sini dengan teman-temanku. Coba tebak siapa yang aku lihat?" ujar Alya. Alya mengerutkan keningnya, terlihat sedikit khawatir. "Alya sayang, katakan saja langsung." Rizky terlalu malas untuk menebak. "Aku melihat Kakak bersama dengan Pak Gavin. Mereka sepertinya ...." Ketika mendengar Alya menyebutkan dua nama yang seharusnya tidak bersama, Rizky langsung merasa terkejut. "Sepertinya apa?" tanya Rizky. "Kak Rizky, aku sungguh merasa kasihan padamu. Kakakku ternyata begitu dekat dengan Pak Gavin, tapi reputasi buruknya malah jatuh padamu seorang!" Alya berlagak seakan sangat mengkhawatirkan Rizky, tetapi sebenarnya dia sedang mengadu domba mereka. Meskipun pernikahannya dengan Rizky sudah dipastikan, Alya masih tidak merasa aman. Satu-satunya cara adalah membuat Rizky benar-benar membenci Yasmin. "Apa itu benar?" Rizky dan Yasmin telah bersama selama tujuh tahun. Selama tujuh tahun itu, Yasmin tidak pernah dekat dengan pria lain, apa lagi pergi makan bersama. "Kak Rizky, apa kamu nggak percaya padaku? Kejadian tadi terekam di kamera pengawas restoran!" Alya berpura-pura mengusap air mata yang tidak ada, sambil diam-diam mengamati ekspresi wajah Rizky. "Bukan itu maksudku. Aku nggak meragukanmu," balas Rizky. Rizky menjelaskan dengan pikiran tidak fokus, tanpa sadar mengepalkan tangannya. Memang benar bahwa Rizky yang berkhianat terlebih dulu, tetapi menurutnya, Yasmin juga bersalah. Jika tidak punya niat dari awal, mengapa hari ini wanita itu pergi makan bersama Gavin? Setelah memikirkannya, Rizky tidak bisa menahan amarahnya. Dia langsung membawa Alya ke apartemen tempat Yasmin tinggal. Sepuluh menit kemudian, mereka melihat Yasmin turun dari taksi. "Kak Rizky, jangan marah, salahkan saja aku!" Tepat sebelum turun dari mobil, Alya masih berpura-pura menyedihkan. Rizky mendengus dingin, sementara suara pintu mobil yang tertutup terdengar jauh lebih keras dari biasanya. "Sedang apa kalian berdua di sini?" Ketika melihat mereka berdua, Yasmin merasa agak terkejut. Bagaimanapun juga, besok adalah pesta pernikahan keduanya. Seharusnya mereka sedang mempersiapkannya. "Yasmin, dasar kamu wanita nggak tahu malu! Apa kamu sudah lama merencanakan ini?" tanya Rizky. Rizky menahan keinginan untuk memukul Yasmin, tetapi giginya bergemeretak. Mendengar ucapannya, Yasmin hampir tertawa karena amarah. "Beraninya kamu mengatakan hal itu! Apa kamu ingin seluruh dunia tahu kalau kamu, Rizky Gunawan, adalah orang yang berselingkuh duluan?" balas Yasmin. Yasmin merasa ada yang aneh. Apa yang sudah dia lakukan sampai membuat pria ini kesal? Rizky tentu tidak ingin membuat masalah ini makin besar. Dia mendekat, lalu bertanya dengan geram, "Apa kamu sudah tahu sejak awal tentang hubunganku dan Alya?" "Kamu hanya menunggu saat ini, menggunakan kami sebagai perisai, membuat semuanya seolah adalah hal yang wajar ketika kamu berhubungan dengan Gavin!" Nada bicara Rizky seakan menegaskan bahwa ini adalah fakta. "Kalau kamu sakit, pergilah ke rumah sakit. Kalau aku tahu lebih awal kamu sudah mengkhianatiku, situasinya nggak akan sesederhana ini!" ujar Yasmin. Amarah Yasmin juga memuncak karena dipicu kedua orang ini. Baru saja Yasmin hendak masuk ke kompleks perumahan, dia ditarik kembali oleh Rizky. "Jadi, kamu mengakuinya? Kamu memang wanita licik yang penuh tipu muslihat!" Ini adalah pertama kalinya Alya melihat Rizky begitu marah. Untuk sesaat, dia tidak tahu harus bereaksi seperti apa. "Enyah! Bisakah kalian berhenti menggangguku? Jangan sentuh aku, aku merasa muak!" bentak Yasmin. Yasmin menepis tangannya, tetapi Rizky menyerangnya seperti orang gila. Rizky tidak tahu apa yang terjadi pada dirinya. Mungkin dia tidak bisa menerima pengkhianatan Yasmin. "Pak Rizky! Di tempat umum seperti ini, kita harus memperhatikan citra Keluarga Gunawan!" Pada saat itu, sesosok bayangan muncul dari pinggir jalan. Dia berbicara sambil mengedipkan mata ke arah Yasmin. Baru pada saat itulah Yasmin mendapat kesempatan untuk melarikan diri.

© Webfic, todos los derechos reservados

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.