Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 18

Arman melirik selembar kertas di tangan Mitha, meneguk minumannya, lalu mendengus dingin dan tidak lagi menghiraukannya. Namun, ibu Arman tak tega mengabaikan menantunya, lalu mengambil kertas itu dan mulai membacanya dengan saksama. "Aku nggak menyangka bisa hamil anak Kak Arman secepat ini." "Ayah, Ibu, setelah bayi ini lahir, kalian nggak perlu sedih lagi." "Aku akan mendidik anak ini dengan baik, agar kelak bisa berbakti pada kalian. Dia adalah anak Kak Arman, juga anak Seno." Semakin Mitha berbicara, semakin bersemangat dia. Namun, ekspresi kedua orang tua Arman justru berbeda dari yang dia bayangkan. Mereka tidak terlihat bersemangat, dan hanya menunjukkan sikap dingin yang sulit diungkapkan dengan kata-kata. Apa yang terjadi? Mitha berhenti, lalu mendekat pada ibu Arman dengan manja. "Ibu, kenapa Ibu nggak senang?" Ibu Arman mendorongnya dan bertanya dengan nada curiga, "Mitha, apa anak ini anak Arman?" "Apa itu hasil dari terakhir kali kalian berhubungan?" Mitha mengangguk malu-malu. "Kak Arman sangat hebat. Dia melakukannya berkali-kali." "Selain itu, tubuhku memang mudah hamil, jadi sekali saja bisa berhasil, apalagi berkali-kali." Ayah Arman melemparkan ponsel dengan keras ke kepala Mitha. "Kamu lihat sendiri." "Mitha, aku nggak pernah meragukanmu dan nggak pernah menyelidikimu. Bahkan ketika Arman ingin menginterogasimu, akulah yang melindungimu." "Apakah Keluarga Pratama pernah memperlakukanmu dengan buruk? Bukankah kami selalu menjagamu?" Kepala Mitha berdarah karena hantaman itu, dan perihnya luar biasa. Namun yang lebih membuatnya takut adalah kata-kata ayah Arman. Apa dia melakukan kesalahan? Apa mereka sudah tahu soal hubungannya dengan pria lain? Tidak mungkin. Bahkan ketika Seno masih hidup, dia sudah diam-diam melakukannya berkali-kali, dan tidak pernah ketahuan. Sekarang, seluruh Keluarga Pratama sangat sibuk, bagaimana mungkin dia ketahuan? Apakah mereka sedang mencoba mengelabuinya? Mitha mengambil ponsel yang dilemparkan padanya dan memeriksanya dengan cermat. Semakin dia melihat, semakin panik hatinya. Sperma mati? Bagaimana mungkin? Otak Mitha langsung berputar cepat. "Ayah, Ibu, apakah ada kesalahan?" "Jika Kak Arman mandul, bagaimana Kak Rani bisa hamil?" "Pasti ada kesalahan dalam pemeriksaan rumah sakit. Semua wanita di keluargaku mudah hamil, siapa tahu keberuntungan sedang berpihak padaku?" Ayah Arman marah sampai matanya melotot, lalu mengangkat tangan ingin memukul Mitha, tetapi Arman menahannya. Arman tersenyum dingin. "Apa yang dia katakan memang masuk akal." "Bagaimana jika dia benar-benar hamil anakku?" Ayah Arman memandang Arman dengan curiga. Arman melempar botol minumannya, melangkah ke depan Mitha, dan mengambil hasil tesnya. "Biarkan dia melahirkan anak itu. Nanti kita lakukan tes DNA setelah bayi lahir." Mitha agak takut melihat Arman seperti ini. Namun sampai titik ini, dia tidak akan mengakui bahwa anak itu bukan anak Arman. Mitha berencana, setelah anak itu lahir, dia akan menyuruh orang memalsukan tes DNA. Selama dia menjadi penguasa di Keluarga Pratama, dia yakin pasti banyak orang yang bersedia menjalankan perintahnya demi mendapat perhatiannya. Namun, semuanya tidak berjalan seperti yang dia bayangkan. Orang tua Arman, yang sebelumnya selalu memanjakannya tanpa syarat, kini mengurungnya di vila dan mengawasinya setiap saat. Makanan dan pakaiannya diawasi oleh orang khusus, sementara makanan bergizi yang hambar hampir membuatnya muntah. Mitha ingin keluar untuk makan masakan Barat, pergi ke klub, dan bertemu para pria. Namun sekarang, seekor nyamuk pun tidak bisa terbang keluar dari vila Keluarga Pratama. Ini benar-benar membuatnya hampir gila. Yang lebih gila darinya adalah Arman. Selama tiga bulan penuh tanpa kabar dari Rani, Arman menjadi murung dan selalu gampang marah. Dia menyibukkan diri dengan berbagai pekerjaan berat untuk melupakan masalahnya. Selain itu, dia juga memantau pergerakan di pos-pos imigrasi, memastikan begitu Rani muncul, dia bisa segera menemukannya dan meminta maaf. Di saat yang sama, sebuah perusahaan sejenis dengan anak perusahaan teknologi Grup Pratama tiba-tiba muncul. Saat Arman sibuk mencari Rani, perusahaan itu sedang melakukan ekspansi besar-besaran. Perusahaan yang bernama Inova Tech ini sudah mengambil banyak bisnis milik keluarga Arman. Melihat perusahaan itu berani bersaing dengan Grup Pratama yang memiliki koneksi luas di Seranda, Arman mengakui keberanian mereka memang sangat besar. Kabarnya, pendukung Inova Tech berasal dari Kota Belvina. Setelah kembali bekerja, Arman berulang kali mencoba menghubungi pihak perusahaan tersebut untuk menjalin kerja sama, namun selalu ditolak. Hanya dalam tiga bulan, bisnis senilai hampir 1,6 triliun direbut, membuat Arman yang biasanya tenang mulai merasa frustrasi dan terdesak. Dia sangat berharap bisa bertemu dengan direktur dari perusahaan itu. Untungnya setelah mencari informasi sejak lama, dia tahu sang direktur akan menghadiri acara pribadi hari ini. Arman membawa kalung ruby hasil lelang, dan tanpa ragu langsung masuk ke pesta itu. Tapi begitu melangkah ke ruangan acara, dia langsung membeku di tempat.

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.