Bab 512
Mata Alice tiba-tiba memerah. Saat dilanda cinta, sosok Alice yang bagai gadis cilik itu benar-benar berbeda dengan wanita dewasa sepertiku.
Baik dengan Reynard maupun Mario, rasa cinta dan benciku sangat jelas, tidak seperti Alice yang selalu ragu-ragu.
Ketika melihat Alice yang terluka seperti ini, aku bertanya dengan hati-hati, "Apa dia mengatakan ucapan yang menyakitimu?"
Alice menggeleng dengan pelan. "Dia nggak menolakku. Tapi setelah aku mengungkapkan perasaanku, dia nggak pernah ke sini lagi."
Itu juga merupakan bentuk penolakan.
Sepertinya masih ada Yuna di hati Austin.
"Sudah berapa hari?" Jari-jariku mengetuk meja.
"Tiga hari!" jawab Alice dengan mata berkabut. "Sebenarnya aku juga menyesal. Aku menyesal sudah mengungkapkan perasaanku kepadanya."
Aku mengernyitkan dahiku. "Kenapa? Apa kamu nggak yakin dengan perasaanmu?"
"Bukan." Bahkan hidung Alice juga memerah. "Aku memang menyukainya. Aku menyesal karena setelah aku mengungkapkan perasaanku, dia jadi nggak mau ketemu aku

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda