Bab 170
Suara Cakra terdengar serak, seolah-olah mengandung sedikit ejekan yang samar.
Cakra bersandar santai di sofa, dengan kerah kemeja yang terbuka lebar, sama sekali tidak peduli memperlihatkan tulang selangkanya.
Melihat sosok Cakra yang begitu santai dan tanpa beban, Nindi merasa ada sesuatu yang menarik dalam dirinya.
Namun, perasaan itu cepat-cepat ditepisnya. Ia menundukkan kepala dan berbisik pelan, "Aku cuma memberi saran yang baik."
"Tenang saja, dia bakal tidur bareng aku."
Senyum tipis menghiasi sudut bibir Cakra. "Hei, bocah. Kecil-kecil, ternyata pemikiranmu dewasa juga."
Mendengar itu, Nindi merasa gelisah.
Dia tidak bisa membayangkan bagaimana sikap baik Cakra kepada gadis lain, bahkan sampai berbagi tempat tidur, membuat dadanya sedikit sesak.
Ekspresi Nindi perlahan berangsur tenang. "Aku mau balik dulu. Mau istirahat," ucapnya singkat.
Tanpa menunggu tanggapan, Nindi langsung berbalik dan melangkah pergi, menutup pintu dengan sedikit keras.
Suara benturan pintu yang tajam

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda