Bab 412
Brando pernah berkata, tidak ada adik yang tidak bisa diajari. Seperti saat mereka masih anak-anak, setelah dipukul, adiknya akan menurut.
Brando berhenti dan berjongkok di depan Nindi. "Lihat, aku sudah memperingatkanmu berkali-kali sebelumnya. Aku menyuruhmu untuk nggak macam-macam denganku. Tapi kamu nggak percaya. Sekarang kamu yang merasakan sakitnya, 'kan?"
Nindi menutupi wajahnya dan terus terisak.
Brando tersenyum tipis, lalu dia berkata dengan suara lembut, "Jangan nangis, Kakak hanya memberimu pelajaran. Aku nggak akan benar-benar memukulmu sampai mati. Kamu ini satu-satunya adikku."
Nindi tiba-tiba menurunkan tangannya, tidak ada jejak air mata di wajahnya.
Dia menatap Brando di depannya sambil tersenyum cerah.
Ketika Brando melihat senyum itu, hawa dingin tiba-tiba merayapi punggungnya.
Firasat buruk muncul di hatinya.
Dia mengerutkan kening dan bertanya, "Kenapa kamu tersenyum? Apa kamu belum cukup dipukuli?"
Saat itu, Sania bergegas naik ke lantai atas dan berkata sambil

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda