Bab 459
Nindi menyaksikan akting 'sok polos' yang begitu meyakinkan itu, dan instingnya seketika memberikan peringatan yang kuat.
Bila sesuatu sudah berlebihan, biasanya ada hal yang tidak beres.
Trik apa lagi yang direncanakan perempuan licik ini?' batinnya.
Banyak mahasiswa yang berkerumun untuk menonton, beberapa dari mereka bahkan mengeluarkan ponselnya.
Sania menangis hingga matanya memerah. "Kak Nindi, kalau kamu mau menjenguk Kak Nando untuk terakhir kalinya, aku akan berlutut di depanmu."
Nindi menyunggingkan senyum tipis. Ia melangkah maju dan seketika mencengkeram tangan si 'perempuan licik' itu.
"Ngapain kamu berlutut? Kamu cuma buang-buang waktu! Ayo kita cepat ke rumah sakit!" jawabnya dengan ekspresi yang begitu khawatir
Seketika, Sania pun terdiam. Ia tidak salah dengar, kan?
Tak disangka, Nindi langsung mengiakan untuk menjenguk kakak keduanya di rumah sakit. Padahal, dengan sifatnya selama ini, ia pasti akan menolaknya dengan tegas!
Sania telah memperhitungkannya dengan cermat

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda